14⚪ Syarat dari Leon

12 7 4
                                    










HUJAN deras mengguyur kota Bandung malam ini, dengan ditemani secangkir teh hangat buatan Mamah juga ubi rebus yang sudah habis sepiring. Haris menghela napasnya lalu memasukkan kembali ubi rebus ke mulutnya, ia memikirkan rencananya untuk mencari si pelaku.

Ponsel yang berada di sakunya bergetar dengan cepat Haris langsung mengangkat telpon tersebut.

"Le? Lo gak salah pencet kan?"

"Engga."

"Berarti lu udah maafin gue dong?"

Tak ada jawaban dari Leon di sebrang sana membuat Haris ketar ketir sendiri, kenapa rasanya seperti menunggu jawaban dari doi sih?

"Iya, gue maafin."

Meskipun jawaban dari Leon terdengar singkat juga dingin tapi Haris begitu senang karena sahabatnya itu kembali lagi padanya

"SERIUS LE? ALHAMDULILLAH!!"

"Tapi ada syaratnya."

"Apaan?"

"Jajanin gue boba Bang Theo malam ini, sekarang lo kesini ke kedai Bang Theo."

Haris menganga kaget ingin rasanya ia membanting ponselnya, bisa-bisanya Leon menyuruhnya untuk datang ke kedai hujan-hujanan seperti ini?

"Lama banget mikir nya, kalo gak mau yaudah."

Pip

Demi pertemanan Haris akan lakukan apapun, meskipun hujan-hujanan lelaki itu menerobos mengunakan motornya dengan jaket kulit milik Kakaknya.

Sesampainya disana Haris langsung mengacir masuk kedalam kedai, di pojok ruangan ada Leon yang fokus pada ponselnya di sampingnya ada Bang Theo.

"Heh Singa!" panggil Haris tapi yang di panggil malah diam saja tak menoleh sedikitpun, Haris dengan kesal langsung mendekati meja keduanya lalu duduk dengan kasar di depan Leon.

"Ck, dateng-dateng ngagetin aja kayak setan."

Haris tak menyahut ucapan Leon, dia masih kesal.

"Mau minum apa Ris?" tanya Bang Theo tersenyum manis lalu berdiri dari duduknya.

"Boba satu ya Bang, Haris yang bayar."

Theo tertawa lalu mengangguk saja pergi dari hadapan keduanya, sedangkan Haris hanya mendengus kesal ingin sekali menampar wajah mulus Leon.

"Udah kan? Abis ini lo maafin gue?" tanya Haris menatap Leon yang masih fokus memainkan ponselnya.

"Gue hujan-hujanan kesini, dingin tau anjing!"

Leon tertawa lalu meletakkan ponselnya, seru sekali mengerjai Haris seperti ini.

"Ya suruh siapa hujan-hujanan," kata Leon sambil mengeratkan hoodie yang menyelimuti tubuhnya.

Cuaca malam ini cukup dingin apalagi hujan tidak berhenti sejak tadi ditambah AC di kedai membuat Leon meniupkan udara hangat ke tangannya.

"Ya kalo engga hujan-hujanan lo gak bakal maafin gue ya njing!" sewot Haris menatap tajam sahabatnya itu.

Untung ini di luar rumah jadi Haris bebas berkata kasar, coba kalau di rumah pasti sapu sudah mendarat di pantat nya.

"Gak ikhlas ya? Yaudah sana balik," Kata Leon enteng sambil menendang kaki Haris dari bawah, berniat mengusirnya.

Haris tentu saja tidak terima, ia berdiri lalu menjitak keras kepala Leon sambil sesekali menjambak rambutnya.

"Sakit woy!! Anjing ya lu!!" Leon memukul-mukul lengan Haris agar berhenti menjambak rambutnya, kenapa seperti perempuan sih jambak rambut segala?

Theo datang bukannya melerai keduanya malah tertawa terbahak melihat pertengkaran gratis di depannya, sampai pada akhirnya keduanya berhenti sendiri dengan rambut Leon yang acak-acakan.

"Setan lu!" umpat Leon sambil merapihkan rambut hitamnya yang kusut gara-gara tangan jahanam Haris.

Sementara Haris cengengesan dengan wajah watadosnya lalu menyedot Boba milik Leon tanpa izin, biarkan saja kan uangnya pun milik Haris.

Leon merebut paksa Boba nya kembali lalu mengelap sedotannya dengan tisu yang tersedia di atas meja.

"Apa-apaan lu?! Di lap segala, mulut gue bersih ya!" kata Haris tak terima tapi Leon mengacuhkannya.

"Ogah banget gue bertukar air liur sama lo, iwh." Leon bergidik jijik dengan wajah yang di buat-buat nya sampai kepalanya di jitak oleh Haris.

"Jangan berisik di kedai gue, gak liat apa udah ada pengunjung?"

Perkataan dari Theo membuat keduanya terdiam menghentikan perdebatan unfaedah nya.

"Gue maafin lo, sebenernya gue gak marah cuma kesel doang."

"Trus?"

Leon menegakkan duduknya menatap Haris dengan serius lalu berkata, "tapi ada satu syarat lagi yang harus lo lakuin buat gue dan yang ini tuh hukumnya wajib."

"Dih apaan dikira puasa kali," cibir Haris tapi tetap mendengarkan syarat yang akan di ajukan Leon.

"Berhenti cari pelakunya."

Hening, tak ada sahutan dari Haris begitupun Leon. Hanya ada suara obrolan dari para pengunjung yang baru datang ke kedai.

"Kenapa?" Tanya Haris tatapannya sinis lalu kembali bertanya, "Kenapa lo halangi gue buat cari si pelaku?"

Helaan napas Leon terdengar laki-laki itu tak langsung menjawab malah sibuk menghabiskan sisa minuman di depannya.

"Lo gak mikir? Dengan lo cari si pelakunya emang bakal bikin Aksa kembali? Malah lo bikin Atha sedih inget kenangannya sama Aksa dan lo apa gak kepikiran sama perasaan Bang Theo? Adiknya meninggal satu tahun yang lalu, dia berusaha buat ikhlas tapi sekarang lo malah ungkit lagi," jawab Leon dengan suara sedikit menekan di akhir kalimat ia takut Theo mendengar perkataannya.

Perkataan Leon ada benarnya juga tapi Haris itu keras kepala mau di bilangin ini dan itu pun dia tetap akan melakukannya.

"Gue tahu rencana gue gak bakal bikin Aksa kembali lagi tapi setidaknya gue udah berusaha nyari tahu sosok pelakunya, karena gak ada yang tahu bukan siapa sosoknya? Bahkan kakaknya sendiri gak tahu siapa orang dibalik kecelakaan yang membuat Aksa meninggal." Haris menghela napasnya sejenak lalu kembali melanjutkan perkataannya, "Kalo soal Atha, gue gak paksa dia buat cari si pelaku karena gue tahu dia gak bakal siap untuk itu. Maka dari itu gue minta bantuan ke lo, Bang Joni sama Bang Luky tapi lo malah cegah gue terus. Niat gue baik loh, Le."

"Niat baik lo kurang tepat waktunya, bahkan seharusnya lo gak perlu repot-repot cari pelakunya."

Haris mengernyit bingung, maksud dari perkataan Leon itu apa? Namun sedetik kemudian senyum sinis muncul di sudut bibirnya. "Karena pelakunya ada di depan gue sekarang? Iya kan Le?"

"Gue kan udah bilang sama lo, gue bukan pelakunya," jawab Leon dengan penuh penekanan di kata terakhirnya.

"Tapi sikap lo bikin gue curiga."

Leon mendengus kesal menatap sahabatnya yang terus-terusan menuduh tanpa bukti, jujur saja Leon lama-lama muak sendiri dengan sikap 'sok tahu' Haris.

"Kenapa lo tuduh gue?"

"Karena cuma lo yang punya masalah sama Aksa, dan gue tahu penyebabnya."

Leon terdiam tak mampu menjawabnya membuat Haris tersenyum kemenangan.

Leon terdiam tak mampu menjawabnya membuat Haris tersenyum kemenangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tim percaya Haris or Tim percaya Leon?

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang