11⚪ Memori kecil

21 12 10
                                    

SUDAH pukul delapan pagi namun lelaki dengan rambut hitamnya itu masih di rumah, hari ini dia ingin istirahat dulu dan menyuruh pegawainya untuk menjaga kedai miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SUDAH pukul delapan pagi namun lelaki dengan rambut hitamnya itu masih di rumah, hari ini dia ingin istirahat dulu dan menyuruh pegawainya untuk menjaga kedai miliknya.

Tadi Darren pamit untuk pergi kampus, dia juga meminta izin tinggal lebih lama disini dan tentu saja Theo mengizinkannya.

Sepi, itu yang selalu Theo rasakan setiap harinya. Dulu, selalu ada tawa Aksa dan dua temannya yang duduk di depan tv atau di kamarnya namun sekarang semuanya sunyi.

Theo melangkahkan kakinya menuju kamar Aksa, setiap ia lelah dengan pekerjaannya atau masalah kecil yang menimpa dirinya Theo akan datang kemari untuk sekedar mengulang memori singkat bersama adiknya itu.

Dia duduk di kursi yang biasanya Aksa pakai untuk menyimpan tas ataupun Hoodie miliknya, kamar ini sengaja tak Theo ubah agar kenangan bersama Aksa tetap abadi di dalamnya.

Mata Theo tak sengaja melihat bingkai foto yang tergantung di dekat jendela juga lampu tumblr berwarna putih yang selalu Aksa nyalakan jika ia tertidur.

Ia mengambil foto itu lalu mengusap nya pelan, ini fotonya dengan Aksa tiga bulan sebelum Aksa pergi meninggalkannya. Foto ini di ambil saat ada pameran seni di Jakarta, Theo saat itu mendapatkan libur setelah UAS lalu ia langsung mengajak Aksa untuk pergi melihat pameran ini.

Aksa tampak bahagia disini, dengan senyumannya yang manis. Bahkan mungkin itu adalah senyuman terakhir yang Theo lihat sebelum dirinya pergi lagi ke Jogjakarta untuk melanjutkan kuliahnya.

Kehilangan Bunda dan Ayah lima tahun yang lalu membuat Theo cukup terluka, dan tiga tahun setelahnya ia kembali terluka dengan kabar kematian Aksa.

Sebelum kejadian itu menimpa Aksa, dia mendapatkan telpon dari Aksa sehari sebelum Aksa meninggal.

"Bang, kapan pulang? Aksa kangen, Aksa sendirian disini." suara di sebrang sana terdengar sendu bahkan sedikit terisak.

Saat itu Theo tahu jika Aksa menangis, awalnya Theo aneh dengan Aksa karena tidak biasanya dia menanyakan kapan Theo akan pulang.

"Mungkin akhir bulan? Kamu kan tahu, skripsi Abang belum selesai disini."

Theo berniat untuk menenangkan Aksa di sana namun bukannya tenang Aksa malah makin terisak bahkan suaranya parau.

"Aksa pengin pulang, Bang."

"Emang sekarang Aksa dimana? Pulang kalo kamu ingin itu, hati-hati di jalan ya? Setelah sampai cepat-cepat tidur."

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang