Arsyana menceritakan detail kejadian saat diculik Aldi. Waktu itu, Aldi tiba-tiba berdiri di belakang Arsyana ketika dia sedang pergi ke toilet sebelum peresmian pernikahan Ashkara dengan Kanaya dilaksanakan. Arsyana mencoba untuk menghindar dan melarikan diri, tapi sayangnya pergerakan Aldi lebih cepat. Arsyana dibekap dengan sapu tangan yang sudah diberi obat bius sehingga dia tak sadarkan diri.
Saat membuka mata, Arsyana sudah berada di suatu ruangan yang sangat dia kenali; cottage miliknya dan Ashkara yang terletak di pinggir pantai. Tubuhnya terbaring di atas tempat tidur dengan kondisi kepala yang terasa berat.
Arsyana teringat, ketika terakhir kali dia sadar saat di pernikahan Ashkara, dan Aldi tiba-tiba muncul begitu saja dengan seringai mengerikan. Dia yakin bahwa Aldilah yang membawanya ke cottage, karena dulu dia pernah menceritakan tentang cottage itu padanya.
Dia mengamati sekeliling ruangan. Tak menemukan Aldi di sana. Namun, tergantung rapi sebuah gaun pengantin berwarna putih di salah satu dinding. Perasaannya mendadak khawatir atas apa yang akan dilakukan Aldi. Seketika dia bergegas untuk meninggalkan cottage dan melarikan diri.
Dia berjalan mengendap-endap menuju pintu, berharap tak bertemu Aldi di sana. Namun sayang, ketika dia membuka pintu, Aldi sudah berdiri di depannya. Arsyana ketakutan setengah mati mendapati Aldi sedang menggenggam sebilah pisau di tangannya.
Aldi maju beberapa langkah, yang membuat Arsyana mundur dan kembali masuk ke dalam kamar. Arsyana memohon agar Aldi tak melukainya, meminta belas kasihnya untuk membebaskan Arsyana. Hingga dia melemparkan barang-barang di dekatnya agar Aldi menjauh. Namun, Aldi sama sekali tak menghiraukannya.
Aldi mengancam akan membunuh Arsyana jika tak menuruti keinginannya. Dia ingin Arsyana menikah dengannya. Permintaan itu ditolak tegas oleh Arsyana, dan dia mulai berontak. Pada saat yang bersamaan, Aldi mendekat dan mencengkeram lengan Arsyana dengan kuat.
Arsyana mencoba untuk melawan, tetapi sebilah pisau itu disayatkan ke wajah Arsyana yang membuat dia menjerit kesakitan. Walau begitu, dia masih berusaha untuk lepas dari cengkeraman Aldi. Ketika tubuh Aldi mengunci Arsyana yang menghimpit tembok, wajahnya semakin mendekat, seperti hendak mencium Arsyana.
Arsyana berkelit, lalu menendang bagian vital milik Aldi. Kemudian dia segera berlari menuju pintu. Sayangnya, Aldi berhasil meraih dress yang dikenakan Arsyana, hingga sobek di beberapa bagiannya. Arsyana kembali jatuh ke tangan Aldi.
Aldi mengambil sebuah stick baseball di balik pintu, dan tak segan dilayangkan berkali-kali dengan kuat ke tubuh Arsyana. Arsyana jatuh tersungkur, tubuhnya melemah. Dia pasrah ketika Aldi menarik dan melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur.
Arsyana mulai meneteskan air mata ketika Aldi mengikat kedua tangannya dengan kuat. Dia kembali memohon pada Aldi untuk membebaskannya, tapi sekali lagi Aldi tak mendengarkannya. Aldi kembali mengancam Arsyana seraya menyayatkan pisau di beberapa bagian wajah Arsyana.
Hanya pasrah pada keadaan yang dapat dilakukan Arsyana. Dan berdoa semoga ada yang menemukannya. Ketika Aldi menghentikan aksi brutalnya, Arsyana kelelahan karena rasa sakit di sekujur tubuhnya. Dia kembali tertidur.
Sebelum membuka mata, dia merasakan ada sesuatu yang menempel di bibirnya. Ketika membuka mata, dia mendapati Aldi sedang melumat bibirnya dengan liar. Arsyana seketika berontak, dan mencoba menendang Aldi dengan keras. Dia berusaha membuka ikatan di tangannya, tapi lagi-lagi Aldi memukul Arsyana. Kemudian kembali membekap Arsyana dengan sapu tangan berisi obat bius saat dia mencoba berteriak kencang.
Arsyana yakin dia tertidur lama, karena saat terbangun, gaun pengantin berwarna putih yang tadinya tergantung di dinding, telah melekat di tubuhnya. Perasaannya mendadak hancur ketika tak sedikit pun dia merasakan sesuatu saat tertidur. Dia sangat takut apabila Aldi telah menjamah tubuhnya.
Namun, Arsyana masih berpikir untuk melarikan diri secepatnya. Dia membuka salah satu laci yang terletak di samping tempat tidur, lalu menemukan gunting dan segera melepas ikatan di tangannya. Kemudian berusaha keluar melalui jendela yang menghadap ke laut.
Pada saat yang bersamaan, Arsyana mendengar suara Aldi meneriakan namanya. Dia segera berlari di tepi pantai dengan keadaan susah payah karena gaun pengantin yang melekat di tubuhnya. Namun, dia terus berusaha hingga menemukan batu karang yang cukup besar, dan beristirahat sejenak menstabilkan napasnya yang tersengal.
Setelah beberapa saat keadaan menjadi hening dari deru napasnya, awalnya Arsyana mengira sudah terbebas dari Aldi. Namun tiba-tiba, dia merasakan rambutnya ditarik sangat kuat, hingga sampai kalung berlian pemberianku terlepas dan jatuh di atas pasir. Dia berteriak meminta tolong, berharap masih ada orang yang berkeliaran di tepi pantai selarut itu, tapi nihil.
Aldi menarik Arsyana menuju ke tengah laut dengan kasar. Walau Arsyana memohon, tapi Aldi tetap menyeretnya. Setelah hanya kepala Arsyana yang timbul di permukaan, dengan segera Aldi menenggelamkannya ke dalam air laut dengan cara menekan kepalanya kuat-kuat.
Arsyana berusaha meraih pergelangan tangan Aldi, lalu mencengkeramnya dengan kencang. Aldi kesakitan, dan Arsyana segera timbul ke permukaan laut untuk menghirup oksigen. Di saat itulah dia mendengar sebuah teriakan yang menyebutkan namanya.
Namun, tenaga Aldi begitu kuat sehingga Arsyana hanya bisa pasrah ketika Aldi mengulangi perbuatan kejamnya lagi. Terlalu banyak air yang ditelan, dan dia merasa telah kehabisan oksigen. Juga, tubuhnya yang teramat lelah untuk kembali melawan. Akhirnya dia terkulai lemas dan memejamkan mata.
***
Aku terhenyak mendengar penjelasan dari Arsyana. Dadaku bergemuruh hebat, kedua tanganku mengepal kuat. Membayangkan perlakuan orang brengsek seperti Aldi, tak hanya membuat Arsyana menderita, tapi aku ikut hancur seketika.
Sebab itu, ketika tersadar, Arsyana ketakutan melihatku dan Ashkara. Dalam benaknya, wajah Aldi yang sedang menyiksa dan melumat bibirnya selalu terbayang. Dia memiliki trauma yang mendalam, dan merasa dirinya sudah hancur tak berbentuk.
Arsyana mengkhawatirkan Aldi sudah berbuat kotor pada tubuhnya ketika sedang terlelap. Namun, aku menjelaskan bahwa menurut pemeriksaan dokter, tak ada perlakuan seksual pada tubuhnya. Kecuali luka lebam di sekujur tubuh dan beberapa sayatan di bagian wajahnya.
Barulah setelah itu, ketegangan di raut wajah Arsyana perlahan memudar. Dia pun sudah ingin bertatap muka dengan Ashkara, dan memintaku untuk tetap tinggal di sisinya selama di rumah sakit. Walau begitu, terkadang dia selalu histeris tiba-tiba ketika sedang tertidur lelap. Mungkin, kejadian mengerikan itu masih selalu terbayang, bahkan saat tertidur.
Perlahan, kesehatan Arsyana kembali pulih. Dokter pun mengizinkan jika Arsyana ingin segera keluar dari rumah sakit. Tentunya menjaga kondisi mental dengan berhati-hati dari keadaan di sekitarnya yang mungkin saja membuat traumanya kembali menguap.
Setelah kesehatan Arsyana benar-benar membaik, aku dan Arsyana kembali ke apartemen, bukan untuk ditinggali. Namun, hanya untuk berkemas beberapa hari menjelang keberangkatan kami ke luar negeri selagi mengurus visa.
Mengenai luar negeri, Arsyana setuju mengikuti ajakanku untuk tinggal di sana dalam waktu yang tak ditentukan. Aku akan mengurus cabang bisnis Papi, dan menyewa seorang asisten rumah tangga dan penjaga keamanan selama aku bekerja. Walaupun berada jauh dari Aldi dan sosoknya sudah mendekam di penjara, rasanya diri ini terlalu khawatir jika meninggalkan Arsyana hanya seorang diri di rumah.
Ashkara pun setuju mengenai itu semua. Terlebih, dia berniat untuk memperbaiki hubungannya dengan Kanaya selepas kami pergi. Rasa cintanya tak dapat dibohongi apa pun keadannya. Selama ini, dia hanya merasa belum tenang. Namun, setelah ini semua berakhir, dia yakin bahwa kami semua akan berbahagia pada waktunya.
Tamat gak? Tamat gak? Tamat gak? Ya tamatlah, masa nggak? Wkwk
Eits, tapi tunggu kisah Ashkara dan Kanaya di cerita selanjutnya ya :*
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Ars!
RomancePRANG! Aku melemparkan piring dan gelas di hadapanku yang masih berisi sandwich dan teh hangat. Biarlah. Aku suka ini. Aku suka ketika hatiku yang sedang bergemuruh mendapatkan 'teman'. "Ars, dengerin aku dulu ...." "Cukup!" Napasku terengah. Entah...