ARSYANA 11

253 25 0
                                    

Aku setengah berlari sambil sesekali menengadah, menahan air mata. Tak menghiraukan tatapan aneh orang-orang di sekitar. Tak peduli. Sungguh, aku hanya ingin segera menghilang ke dasar bumi detik ini juga.

Seseorang mencekal lenganku saat tiba di halaman depan. Aku menoleh. Bang Ash.

"Ars, kenapa?" Jelas sekali dari raut wajahnya bahwa dia sedang khawatir.

"Ars!" Evan sudah berdiri di belakangku.

Bang Ash bergantian menatapku dan Evan.

"Ada apa ini, Van?"

"Ars, ayo aku anter pulang," ajak Evan. Dia menarik tanganku, tapi segera kutepis.

"Nggak! Aku bisa pulang sendiri!" jeritku.

"Van, jelasin! Apa yang ...."

"Stop, Ash! Ini urusan gue sama Arsyana!"

Evan menarik paksa lenganku. Aku menoleh pada Bang Ash yang tengah mematung melihat Evan menyeretku hingga ke mobil.

"Lepasin!" Aku menepis tangan Evan yang mencengkram dengan kuat. Sedikit bercak merah di atasnya. Aku meringis.

Evan membuka pintu mobil. "Masuk!"

Aku tak bergeming.

"Arsyana! Masuk!"

Aku segera masuk ke dalam mobil, di susul Evan. Dia mengemudikan mobil dengan cepat. Tak ada sepatah kata pun yang ke luar dari mulut kami. Aku tak peduli seberapa cepatnya dia melaju. Kami larut dalam pikiran masing-masing.

Di jalanan sepi, yang kanan kirinya hanya terdapat pohon-pohon yang menjulang, rem berdecit ketika Evan mendadak menghentikan lajunya. Napasku terengah.

"Sakit?" tanyanya.

Aku memalingkan wajah.

"Aku minta maaf, Ars. Aku ... nggak bermaksud kasar sama kamu. Tapi, tadi ada Ashkara. Aku nggak mau ada yang ikut campur."

Aku diam.

"Ars, aku jelasin satu-satu ya. Vanesha, dia nggak lebih dari partner aku. Aku sama dia kebetulan satu divisi. Tadi ... dia cuma nganterin berkas-berkas yang harus aku selesaikan aja. Nggak lebih."

Aku masih diam.

"Lalu ... perempuan yang anterin dasi itu, aku nggak tau, Ars. Aku bener-bener nggak tau. Bahkan, aku nggak liat wajahnya. Siapa tau perempuan itu temen kantor aku yang lain."

Air mataku luruh. Tak sanggup lagi untuk menahannya lebih lama. Apa saat ini aku sedang cemburu buta? Atau apa?

"Aku harap, kamu percaya sama aku, Ars."

Evan meraih jemariku. Erat.

"Aku ... aku bingung," ucapku disela isakan tangis. Aku menarik tangan yang digenggam Evan. Kemudian menutup wajah dengan kedua tangan.

Evan beringsut mendekat, lalu memelukku. Tak ada kekuatan untuk menolaknya. Aku pasrah. Aku sadar. Aku telah mencintainya sedalam ini. Apa ini salah?

"Aku cinta sama kamu, Arsyana. Aku nggak akan kecewain kamu," bisiknya.

Siapa sebenarnya pria yang tengah memelukku saat ini? Dia yang membuatku goyah. Dia pula yang menenangkan. Sungguh, aku tak mengerti.

Pernikahan yang mendadak. Apa itu termasuk sebuah kesalahan? Aku sama sekali belum mengenali suamiku sendiri. Siapa dia sebenarnya? Dan ... siapa perempuan-perempuan di belakangnya?

"Kamu maafin aku kan?" tanyanya lirih.

Aku mengangguk ragu.

Mungkin aku terlihat bodoh saat ini.

I Love You, Ars!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang