Masalah terbesarku setelah menikah adalah ... ketika aku belum menyentuhnya sama sekali. Bagaimana tidak? Mami menahan kami untuk tetap tinggal selama satu minggu di rumah. Di saat seperti ini, entah kenapa ... satu minggu terasa amat panjang.
Inti masalahnya, ketika mami berusaha menggagalkan malam pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Mami sengaja tidur di tengah-tengah antara aku dan Arsyana. Menggelikan.
"Dari dulu tuh ya ... Evan paling nggak bisa tidur kalo nggak deket ketek Mami," ujarnya begitu yakin.
Sungguh, walaupun tempat tidur ini cukup besar, tapi ini terasa menyesakkan. Entahlah. Mungkin aku hanya terburu-buru ingin bercumbu dengan Arsyana.
"Oh, ya?" sahut Arsyana diiringi gelak tawa.
"Iya. Evan itu anak Mami banget. Pokoknya nggak bisa jauh-jauh dari Mami."
"Mami ... udah deh. Mending tidur," ucapku ketus.
"Kamu nih, ya. Mami kan cuma lagi inget-inget kenangan tentang kamu dari kecil. Kapan lagi coba kita bisa tidur bareng bertiga kayak gini? Biar Arsyana tau juga history kamu."
"Ceritain tentang Evan, Mam," pinta Arsyana.
"Evan itu ... idolanya ibu-ibu. Sejak kecil, ibu-ibu di sini sirik sama Mami, karena anak Mami ini ganteng banget. Suka cubit-cubit gemes pipinya."
Aku menutupi wajah dengan bantal.
"Terus, dia idola ibu-ibu arisan juga. Makanya, kemaren Mami sempet kecewa, kenapa pernikahan kalian biasa aja."
"Mam, kan udah Evan bilang ...."
Mami mendelik. "Lagian, kamu kenapa nggak mau ada pesta sih, Ars? Kalo ibu-ibu pada curiga Evan ngehamilin kamu duluan gimana coba?"
"Aku nggak mau aja, Mam. Lagian, Bang Ash kan nggak bisa lama-lama di sini," jawab Arsyana.
"Tapi nanti, kalian harus bikin pesta lah sesekali. Biar Mami bisa pamerin anak Mami yang ganteng ini sama ibu-ibu. Sekalian, ngenalin mantu Mami." Mami mengusap rambutku.
"Dih, ogah! Aku nggak mau dipamer-pamerin, Mam."
"Halah! Pokoknya harus. Apa kata omongan mereka nanti kalo anak Mami nikah nggak pake pesta?"
Aku mengusap wajah dengan kasar. Kesal.
"Mam, udah deh. Mending Mami tidur aja. Kalo bisa, tidurnya di kamar Mami sama Papi."
"Pokoknya Mami tidur di sini sampe kalian balik ke apartemen. Lagian, emangnya kalian mau ngapain sih nyuruh Mami tidur cepet-cepet?"
What? Mau ngapain mami bilang?
"Ya kita juga mau tidur, Mami ... tuh, liat Arsyana. Dia udah ngantuk kasian."
Mami melirik Arsyana, memonyongkan bibir. "Ya udah, kita tidur. Tapi tetep, Mami mau tidur di sini."
Terserah mami. Aku pasrah.
***
Aku dan Arsyana duduk di barisan paling pinggir di sebuah restoran. Kami menepi sebentar untuk makan siang, saat perjalanan kembali ke apartemen.
"Kamu mau pesen apa?" tanyaku.
Ah, ya. Aku dan Arsyana sepakat untuk beraku-kamu, setelah mendapatkan ceramah semalaman dari Mami. Bukan apa-apa, kami mengiyakan agar mami cepat diam.
"Aku mau ini aja."
Arsyana menunjuk satu menu paket ayam goreng dan jus alpukat.
"Oke, aku pesenin ya. Mas!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Ars!
RomancePRANG! Aku melemparkan piring dan gelas di hadapanku yang masih berisi sandwich dan teh hangat. Biarlah. Aku suka ini. Aku suka ketika hatiku yang sedang bergemuruh mendapatkan 'teman'. "Ars, dengerin aku dulu ...." "Cukup!" Napasku terengah. Entah...