EVAN 2

438 36 0
                                    

Aku sedang terlelap ketika sesuatu menyentuh lenganku. Ruangan masih berpenerangan temaram. Sengaja kumatikan lampu saat hendak tidur tadi.

"Van ...," bisik seseorang di telingaku.

Aku membuka mata. Masih merasakan kantuk luar biasa. Karena aku yakin, belum lama aku terlelap.

Aku mendongak, ketika kudapati seseorang bergelayut di lenganku. Arsyana. Bukankah, tadi dia sudah tidur terlebih dulu?

"Van ...," bisiknya lagi.

"Apa sih, Ars? Ini masih malem kan?" tanyaku malas sambil menguap. Berbalik menghadap sandaran sofa.

"Van, bangun!" Arsyana menarik lenganku.

Ini menyebalkan!

Aaarrrggghhh.

Aku bergegas duduk. Menepis tangannya yang bergelayut manja pada lenganku. "Apa?" tanyaku ketus.

"Gue laper," ucapnya sambil nyengir kuda.

Astaga ... bangun tengah malam hanya karena lapar?

"Banyak makanan di lemari es. Lu ambil, terus angetin di microwave."

"Nggak mau. Gue maunya mie rebus pake telor, terus cabe sama sayurannya yang banyak."

Aku mengacak-ngacak rambut. Frustasi.

"Ars ... di lemari es udah lengkap semua yang lu mau. Lu tinggal masak sendiri."

"Tapi gue nggak bisa masak. Bikinin, Van ...," Arsyana menarik-narik lenganku merengek persis anak kecil.

Aku menatapnya dalam keremangan, sedikit cahaya dari lampu tidur menyoroti matanya. Kuakui, perempuan ini begitu manis. Bisa membuat siapapun yang melihatnya terpesona. Tak terkecuali aku.

Teringat kemarin, saat Ashkara -teman baikku- memintaku untuk menjemput Arsyana -adiknya- di salah satu klub malam. Saat itu, aku tengah berjalan di parkiran, tiba-tiba melihat target tujuanku.

Aku menghampiri Arsyana yang sedang berjalan sempoyongan. Memegangi kepalanya, dan meracau tak jelas.

"Arsyana!" teriakku.

Dia menengadah. Memicingkan mata. "Bang Ash? Kok muka lu beda?" racaunya sambil menepuk-nepuk pipiku.

"Ayo pulang!"

"Bang ... kenapa Aldi ninggalin gue? Kenapa, Bang, kenapa?"

Aku menopang lengannya. Membantunya berjalan.

"Bang ... Bang Ash!" Dia menarik tubuhnya hingga terjatuh.

Aku hendak membantunya berdiri, tapi dia menarikku. Hingga aku berada dalam pelukannya.

"Bang ... peluk gue."

Aku ... memeluknya. Tanpa dia sadari, aku pernah beberapa kali melihatnya saat berkunjung ke rumah Ashkara. Hingga suatu waktu, aku melihatnya berbeda. Aku menempatkannya di salah satu sudut di dalam hati.

"Bang Ash ... muka lu beda. Terus ... muka lu banyak banget. Berenti muter-muter, Bang. Gue pusing!"

Tiba-tiba Arsyana terkulai di pangkuanku. Pingsan.

Itulah saat aku dengannya berada dalam jarak yang begitu dekat. Walau sering melihatnya sebelumnya, tak pernah sedekat ini. Bahkan, dia tak pernah menyadari kehadiranku saat berkunjung ke rumahnya.

Kini, Ashkara menyerahkan tanggung jawabnya padaku selama dia bertugas di Kalimantan. Sebenarnya aku senang, karena bisa berdekatan dengan Arsyana. Tapi, sedikit berat. Karena dia perempuan yang masih labil. Belum bisa mengontrol emosinya. Tapi, akan kubuktikan pada Ashkara kalau aku mampu menjaganya.

I Love You, Ars!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang