Perjalanan dari Seoul ke Jeju memang cukuplah singkat. Sesampainya di Bandara Internasional Jeju, mereka dijemput pihak dari villa yang mereka sewa untuk 3 hari ke depan. Villa tersebut terletak di dekat Pantai Hyeopjae. Mereka memerlukan waktu kurang lebih 2 jam dari bandara untuk dapat sampai ke tempat tujuan. Jisoo tertidur selama perjalanan karna kelelahan, bahkan ia masih belum bangun ketika mereka sampai di villa. Mino kemudian memutuskan untuk menggendong Jisoo, sedangkan barang mereka akan diurus oleh penjaga villa.
"Letakkan saja di situ," pinta Mino pada pria separuh baya di sampingnya.
"Baik, tuan." Si penjaga villa mengiyakan. Setelah selesai mengurus barang-barang tamu, ia segera meninggalkan tempat itu.
Mino membawa Jisoo ke kamarnya. Terdapat dua kamar di villa itu, ya, tentunya mereka tak diperbolehkan tidur sekamar karna belum menikah. Mino membaringkan Jisoo di satu-satunya ranjang di kamar itu, setelahnya Mino memutuskan untuk duduk memandangi wajah letih sang tunangan.
Ia tersenyum. Ditelusurinya wajah Jisoo dengan jemari tangannya. Tak sungkan bagi Mino untuk menyentuh setiap bagian wajah itu. Dari dahi, mata yang terpejam, hidung, pipi, hingga jemarinya sampai pada bibir Jisoo. Pria itu tersentak ketika dengan penasaran memegang bibir Jisoo. Tak mungkin ia berlama-lama memegang bibir itu. Tanpa ia perkirakan, Jisoo membuka matanya. Matanya membulat menatap pria yang baru saja menyentuh bibirnya.
"Oppa?"
"Eung... Maaf, mengganggu tidurmu." Mino hendak beranjak dari sana, namun Jisoo menahannya. Ia meraih tangan Mino.
Pria itu menoleh, wajah Jisoo seolah berkata bahwa ia tak mengijinkan Mino pergi selangkah saja darinya.
"Ada apa?" tanya Mino.
"Tak bisakah kita menghabiskan waktu berdua?"
Mino tersenyum, ia kembali terduduk dan menatap wajah tunangannya. Ia mengelus lembut rambut Jisoo.
"Kita punya waktu tiga hari untuk berduaan di sini. Jadi, sebaiknya kau beristirahat sekarang!" pinta Mino.
"Tapi, aku tidak mau melewatkannya sedetik pun."
"Jisoo-yaa..."
"Kumohon..."
Mino terdiam. Ia menatap Jisoo yang kini merengek. Rasanya malu sekali karna ia telah membuat seorang gadis sampai memohon padanya. Sekali lagi ia menatap wajah Jisoo dan berusaha menerka-nerka bagaimana perasaan gadis itu sebenarnya. Ia memang bodoh karna baru menyadarinya sekarang. Jisoo bukan sekedar mengaguminya sebagai pekerja keras, tapi juga begitu menginginkannya. Sama halnya dengan Jackson yang menginginkan Sana. Mino memahaminya sekarang. Sedangkan dirinya, hanya lelaki workaholic yang kadang lupa untuk membuat orang di sekelilingnya merasa bahagia atau paling tidak 'diakui' di matanya.
Benar! Mino mulai menyetujui perkataan Jisoo. Tiga hari bukanlah waktu yang panjang, ia pun tak akan melewatkannya barang sedetik pun. Mino tak mau kehilangan orang yang menginginkannya lagi, hanya karna kegilaannya akan pekerjaan. Setelah beberapa menit terdiam, pria itu akhirnya tersenyum. Dibelainya pipi Jisoo yang kini ikut mengembang karna membalas senyumannya.
Tanpa pikir panjang, Mino segera mendaratkan bibirnya pada bibir Jisoo. Gadis itu membulatkan mata, belum siap dengan serangan dadakan itu. Namun beberapa detik kemudian ia mulai menikmati lumatan-lumatan di bibirnya. Tubuh Mino kini bergeser, membenarkan posisi hingga ia dengan nyaman menindih tubuh Jisoo. Jujur, ini adalah kali pertama Jisoo mengalami hal ini. Sehingga di dalam dadanya terasa bergejolak. Ia menggebu-gebu, namun tubuhnya terasa melemas.
Mino menciumnya begitu lama dan sesekali mengambil napas di sela ciuman itu. Setelah beberapa menit, Mino menghentikan hal itu. Ia tatap wajah Jisoo yang sekarang menjadi merah. Gadis itu agak terengah. Mino berkedip berkali-kali. Sesaat ia terhipnotis oleh kecantikan seorang Kim Jisoo.
"Apa ini... yang pertama kali?" tanya Mino.
Sebelumnya pria itu hanya mengecup sekilas bibir Jisoo.
Gadis itu mengangguk. Bisa dilihat juga dari raut wajahnya yang nampak bingung, namun juga terlihat menginginkan hal tersebut.
"Apa aku terlalu kelewatan?" tanya Mino lagi. Jisoo segera menjawabnya dengan gelengan.
Chu~
Gadis itu mengecup sekilas bibir Mino. Lalu, Jisoo mengalungkan tangannya pada leher pria yang berada di atasnya itu.
"Kata Jennie, ada banyak hal dewasa yang harus kucoba."
Mino membulatkan matanya. Perkataan itu harusnya terasa canggung diucapkan dari mulut seorang gadis, tapi Jisoo mengucapkannya dengan sangat ringan. Dia memang sangat polos.
Setelahnya, Mino tertawa pelan. Ia tatap mata Jisoo dan tersenyum menggodanya. Gadis itu jadi salah tingkah.
"Aku berbeda dengan Jinu-hyung." Mino mendekatkan bibirnya pada telinga Jisoo. Ia hembuskan napas tepat di indera pendengaran sang gadis. Hembusan napas hangat itu seolah membakar gairah Jisoo. Gadis itu menginginkan lebih.
Mino mulai berbisik, "Aku akan melakukannya setelah pernikahan kita."
Jisoo menelan salivanya. Sesaat setelah itu, Mino menjauhkan bibirnya dari telinga Jisoo. Ia menatap sang tunangan sambil tersenyum hangat.
"Tapi kalau tidur sambil memelukmu, boleh juga."
Hanya peluk??? Batin Jisoo.
***
TBC
Yuuu mari votements😆
Publish, 7 Mei 2021
©rugseyo
KAMU SEDANG MEMBACA
Hectic [END]
Lãng mạnBagaimana caranya menjadi prioritas? Jisoo - Mino rugseyo ©2020