11. Aurora

554 89 10
                                    

Jisoo melangkah ragu-ragu menuju meja resepsionis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisoo melangkah ragu-ragu menuju meja resepsionis. Minonya hanya bersidekap menatapnya dari kejauhan.

"Tanya pada petugas resepsionis, apa ada kamar kosong, dan tanya apa bisa membayar dengan cara debit?"

Perkataan Mino masih Jisoo ingat dengan baik. Ini adalah kali pertama dirinya memesan kamar hotel. Ya, sebelumnya selalu orang lain yang melakukannya.

"Selamat malam, ada yang bisa kami bantu?" tanya wanita resepsionis itu. Jisoo mendadak grogi. Lidahnya seolah kelu untuk hanya mengatakan bahwa ia harus menyewa salah satu kamar hotel agar bisa tidur dengan tunangannya.

"Emmmm... Anu, itu... Aku... Ehmm."

"Mau check in?" sela resepsionis. Jisoo mengangguk cepat.

"Tapi kamar reguler kami sudah penuh, hanya ada kamar VIP yang kosong," ucap resepsionis itu lagi, memberi keterangan.

"VIP?" Jisoo melirik ke arah Mino yang masih mengawasinya dari kejauhan.

"Adanya kamar VIP?" bisik Jisoo dengan menunjukkan penekan pada gerakan bibirnya. Agar Mino paham. Tapi pria itu hanya mengendikkan bahu karna tak mengerti apa yang diucapkan Jisoo.

"Aduh... Sebentar, aku tanya dia dulu," pamit Jisoo pada wanita di depannya. Gadis itu berjalan setengah berlari menghampiri Mino.

"Ada kamar VIP."

"Kenapa tidak langsung pesan saja? Oh ya, apa bisa bayar dengan debit?" tanya Mino.

"Aku belum tanya itu." Jisoo terkekeh. Pria di depannya kemudian berjalan masuk dan memutuskan untuk menemui resepsionis sendirian. Jisoo dengan polos mengekor di belakangnya. Akhirnya Mino juga yang harus maju.

Keduanya diberikan kunci kamar dan berjalan ke kamar yang terletak di lantai 2 itu.

"Aku tidak pernah check in ke hotel dengan laki-laki. Baru kali ini," ucap Jisoo secara tiba-tiba. Mino melihat ke arah tunangannya itu, gadisnya ini memang benar-benar polos.

"Baguslah," jawab Mino.

Setelah masuk mereka pun berbaring bersama. Sesekali Mino memeluk tubuh Jisoo dan memainkan rambutnya yang panjang. Dan momen itu membuat Jisoo menjadi lebih diam. Padahal biasanya ia adalah sosok yang cerewet.

"Tumben kau banyak diam, kenapa?" tanya Mino sembari mengusap lembut tangan Jisoo yang ia genggam.

"Entahlah, aku merasa grogi." Wajah Jisoo mendadak pucat pasi.

"Kau sakit?" Mino mengecek dahi Jisoo, tapi syukurlah karna suhunya normal. Gadis itu tersenyum lalu mengusap pipi Mino. Ia pandangi wajah kekasihnya itu dalam-dalam. Sulit rasanya percaya bahwa mereka akan sedekat ini.

"Aku masih tidak menyangka," ucap Mino. Aneh rasanya karna pria itu mengucapkan apa yang baru saja dipikirkan oleh Jisoo.

"Aku juga tidak menyangka kita sampai ke sini." Jisoo menampakkan jajaran gigi rapinya. Perlahan Mino melayangkan kecupan singkat di dahi Jisoo dan balas memandangi wajah Jisoo.

"Aku ingin setiap pagi saat bangun tidur bisa memelukmu, Kim Jisoo."

Gadis itu mengeratkan pelukannya pada Mino.

"Aku juga ingin," jawabnya. Keduanya kemudian berpelukan sampai tertidur.

***

Paginya mereka pulang, Mino mengantarkan Jisoo terlebih dahulu dan dipaksa untuk sekalian sarapan di sana. Ia pun berakhir di meja makan keluarga Kim. Di sana ia  mencoba mengakrabkan diri pada ayah Jisoo, Kim Seunghyun. Sebelumnya mereka hanya bertemu di acara-acara resmi dan pertunangan saja, sehingga belum pernah melewati momen intim seperti sarapan bersama. Beda dengan Sandara, ia lumayan sering mengajak Mino makan bersama dengan Kiko juga.

"Terima kasih sudah menjaga Jisoo semalaman, anak ini memang merepotkan," ucap Seunghyun. Mino tersenyum sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Saya sama sekali tidak merasa kerepotan," jawab Mino malu-malu. Jisoo tersenyum lebar, ia bahkan mengambilkan makanan ke piring Mino.

"Semalaman Mino oppa memelukku--"

"APA?" potong Seunghyun. Ia melirik tajam ke arah calon menantunya itu. Ah. Sial! Seharusnya Jisoo tak berkata seperti itu. Apalagi sebelumnya Mino tak berkata bahwa mereka tidur satu ranjang.

"Eungh... Bukan begitu. Saya bisa jelaskan." Mino panik, dapat dilihat dari wajahnya yang mulai berkeringat saat ini.

"Papa jangan memarahi Mino oppa, ini semua karna aku," cegah Jisoo. Seunghyun menghembuskan napas panjang, sedangkan Sandara hanya dapat menyaksikan hal itu tanpa bicara. Seunghyun tak bisa menolak permintaan Jisoo. Tapi ia bersumpah akan memaki Jiyong setelah ini, saat mereka bertemu di kantornya nanti.

***

TBC

Don't mind me...
Just read and give me feedback
Vote + comment pls

Publish, 27 November 2020
©rugseyo

Hectic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang