Mino masih tersenyum di tempatnya seolah enggan beranjak dari sana, ia bahkan mendongak menatap jendela kamar Jisoo. Gadis itu baru saja mematikan lampu kamarnya, pasti akan pergi tidur.
"Semoga mimpi indah," ucap Mino yang kemudian mulai masuk ke mobilnya untuk mengemudi pulang.
Di sepanjang jalan, pria itu teringat pada Jisoo. Setiap tingkah Jisoo dari pertama mereka bertemu tiba-tiba terbayang begitu saja. Ia mulai tersenyum, ingat ketika Jisoo menungguinya lembur di kantor hingga ketiduran. Mereka bahkan bermalam di kantor dan pagi harinya hidung Mino menjadi korban hantaman kerasnya dahi Jisoo hingga mimisan. Sadar akan perasaanya yang dipikir aneh, Mino segera menepisnya. Pria itu berusaha menepis senyumannya, namun tak bisa. Ia masih saja tersenyum karna teringat pada Jisoo.
"Kim Jisoo," gumamnya sembari tersenyum.
***
"Aku masih khawatir pada Mino," ucap Jiyong mengawali percakapan. Seunghyun yang sebula sibuk dengan tab-nya kini mulai mengalihkan pandangan pada sang teman.
"Apa yang kau khawatirkan?" tanyanya. Jiyong membenarkan duduknya, ia bersandar pada sofa ruangan itu dan mulai menerawang jauh.
"Aku takut kalau dia akan mengecewakan putrimu."
Seunghyun menaikkan salah satu alisnya. Ia beranjak ke dapur rumahnya dan mengambilkan segelas air putih untuk Jiyong. Ia menyodorkannya.
"Tidak ada orang, aku hanya bisa memberikanmu air putih," ucap Seunghyun seolah tak acuh. Jiyong meraih gelas berisi air itu kemudian meneguknya sedikit. Ia menaruhnya di atas meja, sedangkan sang teman kini kembali sibuk dengan tab-nya.
"Aku mengatakan hal yang serius, bisakah kau memperhatikanku?" tanya Jiyong menyela. Seunghyun kemudian meletakkan tab-nya dan menatap Jiyong. Ia mengangguk seolah mempersilahkan Jiyong untuk menyampaikan keluh kesahnya.
"Mino masih menyimpan foto mantan kekasihnya."
Seunghyun melirik tajam, ia tak menyukai topik ini mengingat bahwa Jisoo telah begitu mempercayai putra dari Jiyong. Ia tak ingin mendengar apapun yang mungkin saja bisa membuat dirinya maupun sang putri kecewa.
"Lalu?" tanyanya singkat.
"Aku sudah merobeknya, semoga tak ada foto lain."
"Tak bisakah kau melakukan hal lain yang lebih berguna dibanding dengan merobek foto?"
Jiyong memiringkan kepalanya. Mungkinkah ia harus 'menyingkirkan' seorang penghalang sama halnya seperti yang ia saksikan di film-film maupun drama.
"Kau masih tak mengerti? Apa kau tak punya otak?" sungut Seunghyun.
"Aku tidak mengerti."
"Suruh putramu mengambil cuti dan ajak Jisoo liburan bersama! Yang mereka perlukan hanyalah menjadi lebih dekat!"
"Kau benar. Kenapa aku tak pernah memikirkan itu?"
"Itu karna kau tak pernah berpikir!"
Jiyong menghembuskan napas pelan. Ia akan merencakan saran Seunghyun secepatnya.
"Bali, Hawaii, Maldives... Kira-kira mana yang cocok untuk mereka datangi?" tanya Jiyong meminta pendapat.
"Jeju," jawab Seunghyun singkat. Pria itu kembali meraih tab-nya dan mulai menyibukkan diri. Jiyong berpikir sejenak untuk mengiyakan saran dari Seunghyun, setelah mempertimbangkan banyak hal akhirnya ia menyetujui sarang calon besan.
***
Mino menurunkan koper miliknya dari mobil, di kejauhan ia melihat Jisoo yang sudah menunggunya duduk di ruang tunggu bandara. Pria itu tersenyum menatap Jisoo yang nampaknya sedang sibuk memainkan game di ponselnya. Ia berjalan pelan mengendik agar Jisoo tidak sadar akan kedatangannya. Mino berjalan menuju bangku belakang Jisoo dan secara tiba-tiba menutup kedua mata Jisoo dengan tangannya. Gadis itu terkejut dan menoleh ke belakang. Didapatinya Mino sudah berdiri di sana sembari tersenyum menggoda.
"Oppa, kau mengagetkanku," protes Jisoo.
"Maaf, ya. Soalnya kau kelihatan asyik sekali sampai tidak menyadari kedatanganku." Pria itu kembali tersenyum. Pipi Jisoo terasa memanas, jantungnya mulai berdebaran.
"Oh, ya. Siapa yang mengantarkanmu ke bandara?" tanya Mino yang kemudian duduk di samping Jisoo.
"Mama dan papa. Aku tak menyangka kita akan menghabiskan waktu bersama selama 3 hari di Jeju. Aku sangat menantikan hal-hal semacam ini, oppa." Jisoo nampak antusias.
Mino membelai kepala Jisoo, tangannya turun ke pipi dan mengusapnya perlahan. Yang mendapat perlakuan kini hanya bisa diam, namun kinerja jantungnya lah yang bereaksi. Ia berdebar-debar. Dadanya serasa akan meledak. Mino menatapnya dalam, pria itu tak henti-hentinya tersenyum menelusuri setiap pahatan sempurna di wajah Jisoo. Untuk beberapa saat Mino merasa takjub akan kecantikan tunangannya. Bukan tak sadar sejak awal, Mino pun mengakui bahwa Jisoo adalah sosok yang luar biasa. Namun, kali ini tak hanya matanya yang mengiyakan hal itu, melainkan juga hatinya.
Hari ini merasakan bahagia setelah sekian lama merasakan kekosongan di hatinya. Lama saling menatap, mereka sampai tak sadar bahwa jam teruslah berjalan.
"Oppa, sudah saatnya kita berangkat," bisik Jisoo yang sekaligus menyadarkan lamunan Mino.
"Astaga, kau benar. Ayo bergegas," jawabnya sembari berdiri dari tempatnya. Pria itu menarik kopernya, begitupun Jisoo juga melakukan hal yang sama. Mereka berjalan beriringan. Meskipun tanpa sepatah kata, senyum tak lepas dari wajah dua sejoli itu.
***
TBC
Yokk votements yokk
😂Publish, 23 April 2021
©rugseyo
KAMU SEDANG MEMBACA
Hectic [END]
RomantizmBagaimana caranya menjadi prioritas? Jisoo - Mino rugseyo ©2020