Mino melangkah memasuki sebuah restaurant cepat saji bernama Aori Ramen. Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah. Matanya jatuh pada sosok gadis bersurai oranye yang kini duduk di meja paling belakang. Sudut. Seperti kebiasaan kencan mereka dulu.
Jantung pria tan itu berdegup menatap wajah sang mantan pacar. Gadis itu tersenyum melambai ke arah Mino. Oh tidak! Senyuman manis itu mungkin saja bisa menggoyahkan Mino. Pria itu melangkah meski ragu, ia lemah dengan pesona seorang Minatozaki Sana.
"Oppa mau pesan apa, seperti biasa?" Gadis Jepang itu membolak-balikkan buku menu, kemudian menuliskan menu favorit yang biasa ia pesan dengan Mino semasa kencan dulu.
"Aku tak ingin makan," jawab Mino cepat.
Sana mendongak, menatap raut wajah Mino yang masih dingin. Gadis itu meletakkan pena yang semula ia jepit dengan jemarinya.
"Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kau sudah bahagia bersama Jackson di Jepang?" sungut Mino. Ia masih ingat ketika Sana lebih memilih Jackson dibanding dengan dirinya.
Kala itu, keadaan begitu sulit. Sana kehilangan kedua orangtuanya, sehingga ia harus dirawat oleh kakek dan nenek. Mereka memiliki bisnis properti di Jepang, dan membutuhkan investor agar bisnis mereka tetap berjalan. Ini semua mereka lakukan demi membiayai kuliah Sana. Di saat itulah datang orangtua Jackson yang bersedia menanam saham di perusahaan kakek Sana. Sampai akhirnya Jackson bertemu dengan Sana. Semakin lama mereka semakin dekat. Jackson mabuk akan pesona Sana dan akhirnya jatuh cinta. Ia pun mengungkapkan perasaannya.
Di saat itu pula Sana yang telah menjalin hubungan dengan Mino, merasa bingung. Ia menanggapi sikap manis Jackson untuk membalas kebaikan orangtua pria itu. Sehingga Sana harus memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Mino.
"Kami sudah usai. Dia memiliki banyak wanita, jadi untuk apa aku bertahan." Bibir Sana bergetar.
Mino tertawa pelan. "Jadi kau dicampakan? Lalu, bagaimana perasaanmu? Sakit bukan?"
"Kurasa itu tidak sesakit dirimu, karna aku tak pernah mencintai Jackson. Aku hanya mencintaimu hingga sekarang," jawab Sana.
"Lalu apa maumu? Apa kau ingin kembali pada pria yang kau campakan, begitu?" Mino menatap Sana dengan penuh kecewa.
Gadis di depannya menitikan air mata. Ia kembali beralih pada buku menu di depannya.
"Aku akan menulis pesanannya--" Mino menahan tangan Sana yang akan menulis. Ia melingkarkan tangannya di pergelangan gadis itu dengan sangat erat. Gadis itu sedikit mengaduh saat Mino mencengkeramnya, pria yang ia kenal tak pernah sekasar ini sebelumnya.
"Jangan mengalihkan pembicaraan!" Terlihat bahwa Mino begitu marah saat ini.
Sana menghela napas pelan. "Aku dengar kau bertunangan dengan Kim Jisoo. Sekarang, bolehkah aku bertanya?"
Mino mengangguk. Gadis di depannya nampak menggigit bibir. "Apa kau sudah benar-benar melupakanku?" tanyanya.
"Entahlah," jawab Mino diikuti dengan hembusan napas seolah frustasi.
"Kalau begitu, ayo kita mulai dari nol lagi!" pinta Sana. Namun, Mino menggeleng, ia melepaskan tangannya dari pergelangan Sana.
"Sudah tidak ada harapan. Aku sudah berjanji pada Jisoo bahwa aku akan menikahinya," jawab Mino.
Nafas Sana seolah tercekat. Bulir-bulir air mata mengalir di pipinya. Tanpa ia perkirakan, Mino menyekanya dengan cepat membuat jantung Sana berdebar-debar. Ia menatap raut wajah yang begitu dingin itu, namun meski begitu, Mino masih terlihat mempedulikan Sana.
"Aku adalah pria yang tak akan melanggar janjinya."
Deg!
Hati Sana begitu sakit saat itu juga.
"Sekalipun kau tidak mencintai Jisoo?" tanya Sana. Mino mengangguk. "Aku yakin perasaan itu akan tumbuh suatu saat," jawabnya.
15 menit kemudian, Sana hanya terdiam di tempatnya sembari menyantap ramen yang ia pesan. Air matanya tak mau berhenti jatuh. Ia meratapi kepergian Mino beberapa menit yang lalu. Pria itu memang teguh. Namun, Sana yakin bahwa Mino masih memiliki perasaan yang sama.
♡♡♡
Jisoo terisak menatap sebuah foto yang dikirimkan oleh salah seorang temannya. Orang itu berada di restaurant yang sama dengan Mino. Aori Ramen. Di sana ia melihat Mino sedang berbincang dengan seorang gadis cantik. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, ia pun memotret dan mengirimkannya pada Jisoo.
Tepatnya 30 menit yang lalu, bersamaan ketika Mino beralasan bahwa ia sibuk sehingga tak bisa menemani Jisoo makan siang.
Ya, Jisoo memeriksa riwayat chat-nya dan merasa geram.
Mino Mine : Maaf Jisoo, aku sangat sibuk.
Gadis itu meneka tombol dial, ia mencoba menelpon sang tunangan.
Nuth nuth....
Panggilan itu hanya berdering dan teputus dengan sendirinya hingga Jisoo mencobanya berulang-ulang.
Miris.
TETAP TIDAK ADA JAWABAN.
"Apa dia sedang bersenang-senang dengan gadis itu?!" Jisoo bertanya-tanya. Ia tak ingin berpikir macam-macam, tapi mau bagaimana lagi? Jisoo sudah kelewat cemburu.
Me : Apa yang terjadi setelah itu?
Apa mereka bermesraan?Jackson : Iya.
Sesaat setelah membaca balasan dari kawan lamanya, Jisoo kembali terisak.
♡♡♡
TBC
VOTE + COMMENT PLS💕
Publish, 31 Mei 2020
©rugseyo
KAMU SEDANG MEMBACA
Hectic [END]
RomanceBagaimana caranya menjadi prioritas? Jisoo - Mino rugseyo ©2020