Mino terbangun dini hari. Ia bermimpi buruk, tapi anehnya ia tak dapat mengingat semuanya ketika bangun. Ia menatap Jisoo yang nampak terlelap dengan damai, pria itu menyelimuti tubuh Jisoo agar ia terlindung dari udara dingin yang menggigit. Saat akan beranjak, kakinya tak sengaja menjatuhkan tas kecil milik Jisoo yang dibiarkan terletak di atas ranjang.
Resleting tas itu belum ditutup, sehingga seluruh barang-barang di dalamnya ikut terjatuh keluar. Mino menautkan alisnya. Selain ponsel dan lipstik, Mino menemukan beberapa bungkusan plastik obat.
"Apa ini? Suplemen makanan?" Mino meraih beberapa obat itu. Ia menatap ke arah Jisoo, di dalam kepala Mino saat ini benar-benar dipenuhi oleh pertanyaan.
Pria itu kemudian memasukkan kembali benda-benda itu ke dalam tas Jisoo. Ia meletakkan tasnya di atas nakas agar tak terjatuh lagi.
***
Cahaya matahari pagi jatuh menimpa wajah Jisoo. Gadis itu mengerjap, rupanya ia lupa menutup tirai di jendela kamar. Selimut tebal melilit tubuhnya, ia tak mendapati Mino berada di sampingnya. Ya, pasti pria itu sudah bangun duluan dan meninggalkan Jisoo yang masih terlelap.
"Huh, pasti dia akan bilang kalau dia tak tega membangunkanku," gumam Jisoo.
Gadis itu menyingkirkan selimutnya dan beranjak dari ranjang empuk itu. Suasana pagi di tempat itu benar-benar menenangkan. Suara debur ombak bahkan seketika memanjakan telinga Jisoo. Ia berjalan menelusuri seluruh ruangan demi mencari keberadaan Mino. Jisoo berhenti di ambang pintu, ia menatap Mino tengah duduk di teras yang kebetulan langsung menghadap ke laut. Nampaknya pria itu juga baru bangun, terlihat jelas dari matanya yang masih menyipit karna masih mengantuk.
Jisoo berjalan mendekati Mino, lalu duduk di kursi yang satunya. Ia tersenyum memandangi Mino. Bahkan cahaya matahari pagi kalah dengan pancaran di wajah sang tunangan.
Kau memang matahari yang terbit di dalam hatiku. Batin Jisoo.
"Apa kau selalu bangun terlambat setiap pagi?" Mino menoleh menatap gadisnya yang semula sibuk tersenyum memandangi wajahnya.
Jisoo mengalihkan pandangannya ke arah laut dan mencoba bersikap biasa saja. Menutupi rasa kagumnya pada Mino.
"Tidak juga. Tadi malam aku bermimpi indah, itu sebabnya aku malas untuk bangun."
Mino terkekeh, ia mengacak rambut Jisoo dengan gemas.
"Kalau kau terlalu menyukai mimpi itu, bisa-bisa kau tidak bangun."
"Itu tidak masalah, jika oppa menemaniku di dalam mimpi."
Mino menoleh ke arah Jisoo, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Sebelah tangannya mengusap lembut rambut Jisoo.
"Untuk apa bersama di dalam mimpi, kalau kita bisa bersama di dunia nyata?" Pria itu meraih tangan Jisoo dan menggenggamnya. Ia melayangkan kecupan singkat di tangan Jisoo, lalu menempelkan tangan Jisoo ke wajahnya. "Aku mencintaimu, Jisoo-yaa."
Jantung Jisoo berdebar kencang saat itu juga. Wajahnya pun turut memerah, ia merasa semakin bahagia dari hari ke hari.
"Aku juga," jawab Jisoo.
"Kau juga mencintaiku?"
"Aku juga cinta aku."
"Aish... Tega sekali." Mino merajuk, sedangkan gadis di sampingnya kini tertawa.
"Aku juga mencintaimu, oppa...!" Jisoo mencium sekilas pipi Mino. Pria itu tersenyum, lalu perlahan mendekatkan wajahnya pada wajah Jisoo.
Ia rengkuh pipi Jisoo dan memberikannya kecupan singkat di bibir. Jisoo memejamkan matanya sesaat, setelah Mino melepaskan ciumannya gadis itu kembali membuka mata dan menatap wajah sang tunangan sambil tersenyum.
Mengapa tak dari dulu kita seperti ini? Pikir Jisoo.
"Oppa, ayo taruhan minum nanti malam!" ajak Jisoo.
Mino memiringkan kepalanya. "Taruhan? Apa yang akan kau taruhkan?"
"Biarkan aku yang akan menentukan itu." Jisoo menerawang jauh, ia berpikir untuk sejenak. "Ayo kita lihat siapa yang menghabiskan minum lebih banyak. Jika aku menang, kau harus janji untuk tak meninggalkanku. Dan jika kau yang menang—" Jisoo menahan kalimatnya. Gadis itu menoleh pada Mino dan tersenyum, "—aku janji aku tak akan meninggalkanmu."
Mino tersenyum. Ia kembali mengusap rambut Jisoo.
"Taruhan macam apa itu? Bahkan tanpa berjanji pun, aku tak akan pernah meninggalkanmu."
"Kau sudah mengatakan itu sekarang. Bolehkah aku mempercayaimu?" tanya Jisoo.
Mino kembali tersenyum, ia mengangguk.
"Aku orang yang dapat dipercaya!" Senyum itu tak habis-habis, begitu pun dengan Jisoo yang dapat menatap ketulusan di mata Mino.
***
Malamnya setelah menghabiskan waktu seharian berkeliling di Pantai Hyeopjae, Mino dan Jisoo memulai taruhan mereka. Ya, bahkan Mino sudah memesan beberapa botol soju dari layanan villa.
Mereka memutuskan untuk minum bersama di teras. Nampaknya akan seru ketika mereka bisa minum sambil melihat ke arah laut.
Mino teringat dengan obat-obat yang ia temukan di dalam tas Jisoo. Pria itu kemudian mencoba bertanya.
"Tadi pagi aku tak sengaja menjatuhkan tasmu. Barang-barang di dalamnya keluar semua dan aku menemukan beberapa obat. Apa kau mengkonsumsi itu semua?"
"Oh, itu. Aku memang mengkonsumsi beberapa vitamin untuk menjaga daya tahan tubuhku, oppa."
Mino membulatkan matanya, bagaimana ia tak tahu dengan kondisi tunangannya selama ini. Benar saja, ia memang terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
"Mengapa kau tak menceritakannya padaku sejak dulu?" tanya Mino.
Jisoo tersenyum sambil sesekali meneguk soju yang baru saja ia buka tutupnya.
"Aku tidak ingin membuatmu khawatir," jawab Jisoo.
"Mulai sekarang kau harus menceritakan semuanya padaku! Ingat, bukankah tak lama lagi kita akan jadi suami istri?"
Jisoo mengangguk.
"Ayo lanjutkan taruhan kita, oppa!" Jisoo mengangkat tinggi botol soju yang ada di genggamannya.
"Ayo! Siapa takut?" Mino mulai membuka botol soju yang lain dan meminumnya.
Aku memang sudah lama ingin minum denganmu, oppa. Aku ingin merasakan jantungku berdetak lebih kencang lagi. Aku ingin merasakan antusias itu, dan melihatmu terjaga di sampingku. Batin Jisoo.
Gadis itu tak lupa dengan hal-hal apa yang tak boleh ia lakukan. Tapi, ia bertingkah seolah lupa. Jisoo pikir sebotol soju tak masalah, lagi pula ia sudah lama tak minum juga. Tapi, perkiraannya salah. Dadanya terasa sesak sesaat setelah ia meneguk tetesan terakhir dari botolnya. Pandangannya kabur, hanya bayang-bayang senyuman Mino saja yang dapat ia lihat saat ini.
Aku masih mau minum. Pikir Jisoo sebelum ia benar-benar tak sadarkan diri.
***
TBC
Silahkan votementsnya pemirsahhh🖤
Publish, 16 Mei 2021
©rugseyo
KAMU SEDANG MEMBACA
Hectic [END]
Roman d'amourBagaimana caranya menjadi prioritas? Jisoo - Mino rugseyo ©2020