"Apa yang dia lakukan?"Semua orang bertanya-tanya, begitupun Mino yang nampak mengusap wajahnya frustasi. Gadis itu tak mau turun bahkan mereka sudah berada di depan restoran.
"Kau tidak mau turun?" tanya Mino sekali lagi. Gadis itu menggeleng, kemudian semakin mengeratkan pelukannya pada leher Mino. Pria tersebut berjalan memasuki restoran diikuti dengan tatapan-tatapan aneh dari para pegawai di sana.
"Ruangan VIP," ucapnya pada manager restoran tersebut. Pria separuh baya itu mengangguk, kemudian menunjukkan ruangan yang kosong pada si pelanggan.
Mereka akan ke sana setiap sabtu untuk menghabiskan waktu bersama saat makan siang. Seperti biasa, akan ada drama-drama kecil yang dilakukan oleh si gadis pada tunangannya. Seperti hari ini, di mana dia ingin digendong sampai ke ruangan yang telah dipesan.
Sungguh bukan main bagaimana sabarnya seorang Mino menghadapi tunangannya yang kekanakan.
Sesampainya di ruangan VIP, gadis itu baru mau turun. Ia menyenderkan punggungnya di kursi sembari meraih sendok dan garpu di masing-masing tangannya.
"Makan ... makan ... makan ...," seru gadis itu -Kim Jisoo. Mino nampak menggeleng keheranan menyaksikan kelakuan sang tunangan yang semakin hari semakin seperti anak kecil.
Manager menyodorkan buku menu pada Mino. "Ini menunya, Tuan," ujarnya yang kemudian dibalas anggukan oleh Mino.
***
Malam itu di balkon apartment, nampak dua orang pemuda sedang bercengkerama. Masing-masing dari mereka menggenggam soju, sembari meneguk minuman itu di sela obrolan.
"Lain kali jangan turuti dia, atau dia akan semakin manja setiap harinya."
Pria yang diajak bicara melirik. "Kau tega aku melakukan itu pada adikmu?"
"Aissh ... Dia bukan adikku, dia sepupuku. Mau berapa kali lagi aku harus mengingatkan ini padamu?" Pria pemabuk itu melontarkan protes. Kemudian ia merebut botol soju yang isinya masih setengah, dari tangan kawannya.
"Aku habiskan, ya," lanjutnya sembari terkekeh.
"Habiskan saja."
Pria CEO itu memandang langit malam yang cerah. Ia merenung untuk sesaat. Ia pun juga tak tahu mengapa ia harus menerima perjodohan itu begitu saja. Tanpa ia tahu bahwa sang tunangan adalah sosok yang kekanakan. Berbeda dengan mantan kekasihnya dulu yang bersikap sangat dewasa.
"Ibu dan ayah akan mengenalkanmu dengan putri teman lama ayah," ucap sang ayah. Pria yang diajak bicara melirik sekilas, ia memang sedang sibuk dengan komputernya saat itu.
"Mino, kau tak mendengarkan kata ayah?" tanya sang ibu yang sedari tadi menunggu jawaban dari sang putra.
"Eung ... Iya bu, terserah," jawab Mino tanpa mengalihkan mata sedikit pun ke wajah orangtuanya.
"Baiklah. Ayah rasa kau terlalu sibuk dengan pekerjaanmu, sehingga kau tak bisa mencari pendamping hidup sendiri," ucap sang ayah -Kwon Jiyong.
Mino mengangguk, "Ya. Ayah benar."
"Kau tahu 'kan maksud ayah?" tanya pria separuh baya itu lagi.
"Iya, yah," jawab Mino.
"Dia sangat cantik. Kau pasti kenal dengan Sandara-ommonim 'kan? Gadis itu adalah putrinya," ucap sang ibu -Mizuhara Kiko.
"Ah, iya bu. Dara-ommonim, ya? Aku belum pernah bertemu dengan putrinya."
Kiko mengusap pundak sang putra dengan senang. "Tenang saja, kalian akan bertemu di makan malam besok," ucapnya.
"Yaaa ... Mino-ya, kau melamun?" pria di sampinganya menggoyangkan telapak tangannya di depan wajah Mino.
Mino tersadar dari lamunan singkatnya, ia mendadak pusing. "Jinu hyung, ceritakan padaku pengalamanmu yang juga dijodohkan dengan Jennie Kim," pinta Mino.
Jinu menghela napas pelan. "Kau tahu 'kan marga kami sama. Kupikir itu tak akan bekerja baik untuk hubungan kami. Tapi nyatanya, itu tak berlaku karna ayah Jennie berasal dari New Zealand. Marga Kim ia dapat dari ibunya sebagai nama Korea. Aku sempat gila ketika aku merasa cocok dengannya, tapi justru harus dihantui dengan teror marga yang sama," --Jinu meneguk habis soju di genggamannya, "ah, itu semua sudah berlalu. Kami melewatinya dengan baik. Sama halnya denganmu. Kasus kita berbeda, kau hanya perlu menyikapi Jisoo dengan tegas. Cukup itu saja."
Hal itu hanya dijawab anggukan saja oleh Mino.
***
Bagiku Kim Jisoo adalah sebuah kepercayaan yang harus kujaga. Tak boleh diabaikan, atau bahkan disakiti. Ketika aku memutuskan untuk menjadi tunangan Kim Jisoo, maka itu berarti aku harus siap menerima bagaimanapun sikap dan sifatnya. Meski sebenarnya, aku tak memiliki perasaan apapun padanya.
Mino
***
TBC
Tes ombak🌊🌊🌊
Kalo rame kulanjut.
Btw, ini emang sengaja dibikin pendek per chaptnya.Vote + comment pls💕
Publish, 28 April 2020
©rugseyo

KAMU SEDANG MEMBACA
Hectic [END]
RomanceBagaimana caranya menjadi prioritas? Jisoo - Mino rugseyo ©2020