Kriingggg ... Kriiiinggggggggg
Jam weker memekik, membangunkan Jisoo dari tidurnya. Gadis itu bangkit sembari merapikan rambutnya yang berantakan. Ia terduduk sesaat untuk mengumpulnya nyawa yang belum sepenuhnya bangun(?). Ia menatap sekitar, masih dengan mode cengo-nya. Matanya tertuju pada jam dinding yang terpajang di dinding ruangan itu.
Masih pukul 5 pagi. Jisoo menatap sebuah jas yang saat ini menutupi badannya. Untuk sejenak ia tersentak, jas ini milik sang tunangan —— Mino. Jisoo juga tersadar sekarang bahwa ia masih di kantor Mino. Lalu dimana kah gerangan pria itu?
Gadis itu turun dari sofa, tanpa ia tahu kakinya menginjak paha Mino yang sedang terlelap di atas karpet.
"ARGHH!" Mino memekik sembari mengibaskan kakinya, membuat Jisoo kehilangan keseimbangan hingga ia limbung menimpa tubuh Mino.
Gasp!
Sepasang mata mereka bertemu. Jisoo merasakan nyeri di dahinya, selanjutnya ia dapat melihat hidung Mino mengeluarkan darah segar.
"Ya ampun! Kau mimisan!" pekik Jisoo panik. Ia segera bangkit menghambur mencari kotak P3K yang ada di ruangan itu.
Mino bangkit sembari mengelap darah dari hidungnya dengan jari. Benturannya cukup keras, dan dahi Jisoo memang keras.
Tak berapa, Jisoo kembali sembari membawa kotak P3K. Ia mengambil kapas untuk membersihkan hidung Mino. Setelahnya ia menggulung kapas tersebut dan menyelipkannya pada lubang hidung Mino.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Mino yang merasa keheranan karna teknik pertolongan pertama yang Jisoo lakukan.
Ayolah! Mino bukan bocah 5 tahun yang hidungnya harus disumbat dengan gulungan kapas.
"Angkat wajahmu, jangan menunduk! Nanti darahnya akan mengalir terus," pinta Jisoo.
Mino justru melepas kapas itu dan mengambil kapas lain untuk membersihkan darahnya.
"Bukan seperti itu cara melakukan pertolongan pertama. Darah ini harus dibersihkan," ucap Mino yang masih melakukan hal yang sama.
"Bagitu kah?" tanya Jisoo ragu.
"Iya."
"Maafkan aku."
Mino menatap wajah Jisoo yang kini berubah rautnya. Gadis itu nampak bersedih.
"Tidak apa-apa, bukan salahmu," jawab Mino.
"Tapi, aku terjatuh dan menimpamu. Hidungmu jadi berdarah gara-gara aku." Jisoo menunduk seolah menyesal.
Ttuk ...
Dahinya di pukul pelan dengan jemari Mino. Jisoo menoleh menatap si pelaku.
"Itu salah dahimu, mengapa dia sangat keras dan lebar."
"Le-Lebar?" ——Jisoo meraba dahinya, "kurasa ini tak selebar punyamu," protesnya. Mino hanya tertawa kecil menanggapinya.
Ceklek!
Pintu ruangan itu dibuka dari arah luar. Seseorang masuk begitu saja.
"Hyung, kenapa kau tak pulang semalam. Ups!" Pemuda itu menghentikan langkahnya ketika mendapati sang kakak sedang berada di sana dengan calon kakak ipar.
"Hey ... Apa yang kalian lakukan berduaan di sini? Jangan bilang kalian berdua bermalam di sini," godanya.
"Aish ... Apa yang kau lakukan di sini? Tumben sekali kau mengunjungiku!" protes Mino pada sang adik.
Pemuda itu terkekeh sembari menggaruk tengkuknya karna merasa tak enak. "Ibu mengkhawatirkanmu dan menyuruhku mengecek apakah kau ada di kantor apa tidak." jawabnya.
Mino melirik ke arah jam dinding. Masih sangat pagi, sehingga ia heran mengapa adiknya mau datang sepagi ini. Pemuda di depannya melirik sang kakak sembari memainkan raut mukanya.
Kode?
"Kau ini kenapa?" tanya Mino.
"Tidak apa-apa. Bukankah hyung harus mengantarkan Jisoo pulang? Bagaimana jika Sandara ommonim mencarinya," jawabnya.
"Ah, benar. Mari kuantar pulang," ajak Mino, namun Jisoo menggeleng.
"Tidak usah oppa. Aku bisa pulang sendiri. Aku masih merasa tidak enak karna membuat hidungmu berdarah, dan lagi, pasti kau merasa sedikit pusing karna itu."
"Ekhemmmm, sepertinya Mino hyung bermain terlalu keras sehingga kau harus mengganjar hidung itu sampai berdarah," sela pemuda yang kini duduk di salah satu sofa di sana.
Seperdetik kemudian sebuah bantal melayang ke wajahnya. "Aishh ... Bicara apa kau ini!" protes Mino. Sang adik hanya terkekeh, ia memang senang menggoda kakaknya.
"Supirku sudah menunggu di lobby. Aku pulang dulu ya, oppa," pamit Jisoo.
"Ya, hati-hati."
"Jisoo!" panggil adik Mino. Jisoo yang hendak berjalan menuju pintu pun menoleh.
"Ada apa?"
"Kau tak berniat memberikan ini, pada hyung-ku?" pemuda itu menunjuk-nunjuk pipinya sebagai kode. Ia memang gemar sekali memakai kode.
Jisoo tersenyum malu-malu. Kemudian kembali berjalan menuju Mino dan memberikan kecupan singkat di pipinya. Mino yang tak menyangka bahwa Jisoo akan benar-benar menciumnya pun merasa terkejut. Ia mematung setelahnya.
"Sampai jumpa, oppa!" seru Jisoo. Gadis itu kemudian benar-benar pergi dari ruangan tersebut.
"Hyung, kau pasti tahu 'kan kalau alasanku ke sini bukan soal perintah ibu."
Mino menaikkan salah satu alisnya. Ia sudah menduga bahwa sang adik pasti punya niat lain.
"Ya, aku tahu. Katakan apa alasanmu!" jawab Mino. Sang adik diam sesaat. Kemudian ia berkata, "Dia sudah kembali dari Jepang. Temui dia di tempat biasa."
Deg!
Jantung Mino berdetak kencang mendengar hal tersebut. Ia berdiri dari tempatkan kemudian mengembalikan kotak P3K yang berserakan ke tempat semula.
Merasa tak mendapat respon, pemuda itu kemudian bertanya, "Hyung, kau akan menemuinya 'kan?"
"Entahlah, Taehyun. Aku bingung," jawab Mino.
♡♡♡
TBC
Ayo-ayo ramaikan!!!
Vote + comment juseyo💕Publish, 17 Mei 2020
©rugseyo
![](https://img.wattpad.com/cover/222234773-288-k740152.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hectic [END]
RomansaBagaimana caranya menjadi prioritas? Jisoo - Mino rugseyo ©2020