11. Happy; Yes or No?

2K 191 13
                                    

Suasana pagi ini dikediaman sepasang suami istri bermarga Kim ini, bisa dibilang sedikit berbeda. Keadaan mulai berubah sejak beberapa hari yang lalu.

Irene tidak tahu apa penyebab Suho berubah seperti pria yang pertama kali ia kenal. Dingin dan datar. Terkadang Irene perpikir, kesalahan apa yang ia lakukan pada suaminya.

"Biar aku bantu." Ucap Irene tersenyum menghampiri Suho yang turun dari tangga dengan setelan kerja.

"Tidak perlu." Tolak Suho.

Senyuman Irene perlahan luntur. Mengingat sudah beberapa hari ini, Suho terus menolak bantuannya dan tidak mau diganggu. Tapi Irene tetap berpikiran positif, bilamana Suho sedang sibuk karena pekerjaannya dan tidak mau ia ganggu.

"Aku sudah menyiapkan sarapan, kau tidak mau sarapan dulu?" Tanya Irene ketika melihat Suho hanya meminum air putih.

"Tidak. Aku sudah terlambat." Jawab Suho tanpa melihat Irene.

Irene menoleh pada jam dindin diruang tamunya. Masih jam tujuh.

"Ini masih jam tujuh, Suho, kau tidak akan terlambat. Jika kau tidak sarapan, nanti kau--"

"Tidak." Suho memotong pembicaraan Irene dengan nada yang dingin.

"Tapi setidaknya kau makan selembar roti atau membawa bekal, Suho." Irene masih bersikeras membujuk Suho agar pria itu sarapan walau hanya sedikit.

"Aku bilang tidak, ya tidak!" Ucap Suho dengan suara yang mulai naik.

Irene tersentak ketika nada bicara Suho tidak seperti biasanya. Apa dirinya akan kembali menjadi Irene yang dulu? Irene yang suka menangis disetiap paginya.

"Aku berangkat." Suho berjalan keluar rumah menuju mobilnya. Pria itu bahkan tidak merasa bersalah setelah membentak Irene.

Irene berjalan perlahan mengikuti Suho sampai depan pintu. Lalu senyuman terlukis diwajahnya.

"Hati-hati!" Irene sedikit berteriak karena suaminya sudah ingin memasuki mobilnya.

Senyuman diwajahmya perlahan luntur ketika mobil Suho perlahan menjauh dari pekarangan rumahnya dan menghilang. Ada apa dengan Suho? Apa Irene melakukan kesalahan?

Baru saja berbalik dan menutup pintu, tiba-tiba Irene merasakan perutnya bergejolak. Wanita itu menutup mulutnya dengan tangan kanannya dan berlari menuju wastafel dapur. Memuntahkan isi yang ada diperutnya.

"Ahjumma!! Hueek.." Irene memanggil ahjumma yang tengah menyapu ruang tamu.

Ahjumma dengan buru-buru menghampiri Nyonya nya. Tanpa perintah, ahjumma memijat tengkuk Irene dengan telaten.

"Nyonya tidak apa-apa?" Tanya ahjumma ketika Irene sudah tidak mual lagi.

"Tidak apa-apa ahjumma, sepertinya aku hanya masuk angin." Jawab Irene mencuci mulutnya dan berjalan duduk di kursi meja makan.

"Tapi beberapa hari ini, nyonya selalu mual setiap pagi." Ahjumma khawatir. "Apa kita pergi ke dokter saja, nyonya?"

Irene menggelengkan kepalanya, menolak. "Tolong telpon Wendy saja ahjumma, kalau parah, nanti aku pergi ke dokter bersamanya."

Setelah mendapatkan perintah dari nyonya besarnya, ahjumma berjalan menuju telpon rumah dan menelpon Wendy.

Irene merasa aneh pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia masuk angin, padahal dirinya tidak bepergian jauh.

●●●

"Bagaimana keadaan Irene unnie, dok?" Tanya Wendy cemas.

Trouble [SURENE]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang