learn.

313 37 1
                                    

Sore ini setelah hampir lebih dari setengah hari mengguyur seisi bumi sedari siang hingga sore langit akhirnya berhenti juga menitikan airnya, bahkan hawa hawa sunyi selepas hujan masih terasa. Ditambah saat ini saya hanya sibuk berdiam seorang diri di kamar sambil membiarkan tv menyala, tidak ada Danan ataupun Nata seperti biasa yang selalu meramaikan suasana rumah karena mereka sama sama pergi menginap dirumah mama sejak dua hari yang lalu. Mereka berdua memang sering meminta untuk menginap dirumah mama sekalipun dihari hari biasa mereka sekolah. Untungnya masih ada Jeje dirumah walaupun anak yang sekarang sudah mulai tumbuh jadi remaja itu makin asik dan sibuk dengan dunianya sendiri.

Samar samar terdengar suara pintu yang digedor dari luar, karena terlalu keras menyetel volume tv saya jadi baru benar benar menyadari kalau ada orang yang mengetuk pintu dan sekarang malah lebih terdengar seperti menggedor karena agaknya sudah lelah mengetuk biasa-biasa terlalu lama,

"Loh, kok udah pulang?"

"Tutup pintunya. Dingin Ya," katanya melangkah masuk lalu bergerak menutup pintu depan

Saya sedikit terkejut karena Brian yang sudah pulang kerumah dijam segini. Dengan keadaan rambutnya yang lumayan basah kuyup juga sekujur pakaian yang ikut basah, Brian melangkah dengan menyatukan kedua tangannya didepan dada memeluk dirinya sendiri menahan hawa dingin dari luar.

"Eh bentar bentar,"

"Lepas dulu sepatunya ntar lantai nya becek." imbuh saya mencegahnya melangkah lebih jauh lagi kedalam

"Nih udah ndoro, lama banget sih bukain pintu?" ujarnya mengeluh

"Nggak kedengeran gue tadi diem di kamar, ngapain kok hujan hujan?"

"Kehujanan, tadi langsung nerobos hujan lari ke parkiran depan kantor."

"Sengsara amat, nggak ada yang minjemin payung?

"Kehujanan dikit, lagian gue kan tadi balik duluan. Nggak enak mau minjem ke anak anak."

"Kenapa nggak nungguin hujannya berhenti dulu aja,"

"Kelamaan,"

"Buru mandi nanti masuk angin,"

Lantas kemudian saya merasakan ada sebuah tangan dingin yang meraih leher saya dari belakang, ketika saya menoleh kearahnya Brian malah semakin mengeratkan rengkuhannya sambil menempelkan kepala diatas kepala saya.

Tubuh saya bahkan jadi sedikit terhuyung karena menahan bobotnya yang seperti anak gajah itu, kepala saya juga rasanya mau pecah akibat ditimpa kepala Brian yang beratnya hampir setara bongkahan secuil dosa umat manusia,

"Dinginnn banget diluar," gumamnya berlagak menggigil

"Lo mandi dulu sana, baju gue jadi ikutan basah ini.. Jangan nempel nempel..."

"Maniez kuuu,"

"Nggak cocok Bri orangtua macem lo sok imut begitu,"

"Yeeeee.."

Sebetulnya hari ini kami berdua punya agenda khusus yang memang sudah sering dilakukan, tadi pagi saya  tidak terlalu menganggap serius perkataan Brian yang mengatakan akan pulang lebih awal. Ternyata dia malah sungguhan pulang sore.

Terakhir kali baru sekitar enam bulan lalu dan rambut saya memang sudah cukup panjang daripada biasanya, entah kenapa kali ini dia sampai pulang lebih awal yang katanya hanya demi memotong rambut saya yang sudah sangat panjang menurutnya. Padahal dia biasanya hampir selalu melakukan ini di hari libur.

Brian sama sekali bukan seorang ahli ataupun expert dalam hal memangkas rambut orang, dia juga sama awamnya. Tapi seiring waktu semakin sering dia mempraktekannya pada rambut saya dan Nata sekarang dia sudah seperti ahlinya betulan. Anehnya Brian tidak mau jika memotong rambut Jeje ataupun Danan, katanya daripada nanti malah petal.

Partner HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang