Cemburu!

353 36 2
                                    




"Tumben ikutan ke mesjid nan?"

"Lagi belajar jadi anak sholeh om,"

"Pret. Yang bener lagi kabur dari mamanya wir." saut Brian membenarkan perkataan Danan


Biasanya hanya Brian dengan Jeje yang hampir setiap hari dan lumayan jarang absen untuk pergi subuhan ke mesjid komplek dekat rumah mereka, sesekali jika memang sudah dirumah Brian juga sekalian pergi seorang diri untuk isya an berjamaah. Semenjak tinggal disini dari beberapa tahun lalu ia mulai rajin sholat berjamaah ke mesjid, awalnya karena pengaruh dari Wirya kemudian lama kelamaan Brian serta Jenar jadi mengikuti.

Apalagi ketika anak anak mereka mulai tumbuh besar, katanya ingin jadi bapak yang memberi contoh baik ke anak mereka masing masing.

Tapi karena kali ini Danan sedang ingin menghindari mamanya yang sedang mengomel dirumah maka dari itu tiba tiba ia minta pada ayahnya ikut isya an ke mesjid. Padahal biasanya tiap diajak Danan tidak pernah mau.

"Ayah kamu belain nggak nan?" tanya Jenar tiba tiba menyela

"Nggak om, ngeliatin aja." balas Danan sedikit mengangkat sarungnya yang terasa longgar sambil melirik sang ayah

"Emang kamu salah ngapain dibelain,"

"Jadi anak om aja nan, enak nggak bakal ada yang marahin ntar." ucap Wirya lalu merangkul pundak Danan dari samping

"Ibu ibu emang begitu nan, makin hari makin suka ngome-ngomel kerjaannya. Apa apa salah terus,"

"Curhat lo nar?" sambung Wirya

"Gue sama Caca dirumah kadang berasa lagi tinggal sama ibu tiri, jadi berasa cs an banget sama anak sendiri."

"Kasian istri lo, batin tuh punya suami sama anak modelan lo sama Caca."

Jika mereka berdua terkadang suka mengeluhkan istrinya masing masing, tidak dengan Wirya. Istrinya adalah yang paling penyabar, lemah lembut dan serangkai sifat serupa yang menyertai. Dirumahnya, Wirya juga jadi figur papa-papa yang kalem pada anak anaknya.

Sedangkan jika dirumah Jenar, ia dan Caca hampir setiap waktu selalu saja menguji kesabaran Jingga. Meskipun rupa Caca begitu mirip dengan ibunya, justru sifat dan segala tingkah lakunya benar benar plek ketiplek dengan Jenar. Jenar dan Caca hampir selalu kompak setiap waktu mengenai banyak hal.

Sesampainya di dekat persimpangan Brian dengan Danan pamit berbelok duluan karena rumah mereka memang yang lumayan paling dekat dari mesjid.

"Bentar yah, gausah cepet cepet jalannya." Danan terlihat memelankan langkah dan menarik tangannya yang tadi sudah digandeng oleh si ayah

"Perasaan biasa aja, udah nggak usah kuatir. Nanti nyampe rumah kamu langsung naik ke kamar aja pokoknya."

"Yah,"

"Hg?"

"Ayo makan bakso depan komplek, jalan kaki aja." Danan masih belum menyerah

"Enak juga tuh," Danan terlihat senang karena raut muka si ayah tampak tertarik dengan ajakannya untuk makan bakso

"Tapi ayah nggak bawa uang nan." lanjutnya

Danan akhirnya hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah kaki sang ayah untuk segera sampai dirumah. Baru membuka pagar saja Danan sudah ingin buru buru mengendap endap kedalam lalu cepat cepat naik kekamarnya tanpa sepengetahuan mamanya.

Meskipun Danan sebenarnya adalah yang paling manja, tapi tetap saja jika sedang diomeli dia pasti akan menghindar sebisa mungkin. Danan bilang kalau mamanya sedang marah ia bisa mendengar ceramah yang sama sepanjang hari dan terkadang kata kata yang diucapkan sering kali sama dan diulang berkali kali. Jika diabaikan mamanya akan mendiamkan Danan, dan itu yang menurutnya paling menakutkan. Danan tidak senang jika dicuekin,

Partner HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang