Bisa tidur siang itu momen langka. Sepakat?Mungkin ini cuma berlaku buat sebagian besar orang, karena banyak juga mereka mereka yang bisa tidur siang karena pilihan hidup mereka atau mungkin mereka beruntung dengan sebuah kesempatan yang nggak mengharuskan mereka buat melewatkan tidur siang. Semakin beranjak menua dan bertambah umur dari waktu ke waktu gue merasa kalo disaat jadi dewasa waktu yang gue punya itu terbatas. Bukan jumlah waktunya yang jadi singkat, tapi sebenernya hal hal yang gue lakuin nyatanya menyita sebagian besar waktu itu.
Di umur dan di fase kehidupan gue saat ini, gue memang terbilang udah merasa cukup dengan apa apa yang gue miliki. Udah nggak ada lagi yang ingin dan harus dikejar mati matian untuk gue dapetin. Dari waktu ke waktu prioritas tiap orang juga perlahan lahan akan berubah seiring situasi, keadaan, dan waktunya masing masing.
Sejujurnya gue ini golongan orang yang suka tidur. Mama dulu sering negur dan nggak jarang ngomelin habis habisan karena kebiasaan tidur gue yang agak berlebihan. Tapi setelahnya gue memilih buat mulai punya banyak aktivitas dan kesibukan lainnya.
Ada masanya dimana gue disibukan dengan urusan kuliah atau juga sama seabrek kegiatan kampus lainnya diluar perkuliahan, sibuk main main mencari kesenangan bareng temen temen atau mungkin pergi kesana sini, lalu sibuk dengan emosi emosi yang gue punya perihal hati, sibuk mikirin impian demi impian yang gue mau, sibuk sama hobi yang terkadang harus gue kesampingkan lebih dulu. Lalu di fase berikutnya gue semakin sibuk dengan susahnya membagi waktu untuk banyak hal, sibuk mengejar banyak target yang harus dikejar sekaligus susah payah mempertahankan yang ingin gue pertahankan sampai akhir.
Belum lagi segunung konflik orang dewasa lainnya.
Semakin dewasa gue sadar kalo yang benar benar gue butuhin dalam hidup nggak banyak. Ah tapi setelah dipikirin banyak juga, gue pantas disebut serakah kalo menyebut ini semua nggak banyak. Pertama, gue butuh kestabilan dalam segala hal terutama perkara kerjaan yang ujung ujungnya demi keberlangsungan kemakmuran hidup gue nantinya. Kedua, gue butuh seseorang yang gue mau dan mau untuk menetap dan selalu ada sama gue dalam keadaan apapun. Gue beruntung karena tuhan membiarkan gue bisa menjalani hidup sampai detik ini bersama orang itu. Dan gue juga bersyukur sedari awal nggak pernah ngelepasin tangan orang itu, meskipun begitu banyak hal yang terjadi. Ketiga, gue butuh ketenangan hidup dalam bentuk apapun. Meskipun nyatanya nggak setiap waktu lo bisa tenang karena pasti ada aja yang akan membuat lo resah tentang banyak hal dalam hidup. Dan itu semua kebanyakan nggak disangka sangka.
Gue selalu bersyukur dengan template kehidupan yang udah tuhan kasih ke gue, tentunya beserta semua proses yang ngikut.
Balik lagi ke perkara tidur siang,
Gue bahkan udah lupa kapan terakhir kali bisa gegoleran santai seperti siang ini selain di hari libur. Hari libur biasanya aja jarang tidur siang. Semenjak insiden mobil nubruk pembatas jalan yang untungnya nggak sampe bikin gue kenapa napa banget itu, ini adalah hari pertama gue dirumah setelah kepulangan dari rumah sakit tepat kemarin sore. Kalo ini semua nggak kejadian mungkin gue nggak bakal punya alasan untuk istirahat. Akhir akhir ini tanggung jawab kerjaan gue di kantor lagi gila gilanya.
"Udah bangun ya daritadi?"
"Belom."
"Lepasin, gue mau bangun." katanya nepuk nepuk pundak gue
"Lima menit deh lima menit," sambung gue malah nawar ke Aya
"Udah sore, lanjutin tidur lagi aja. Minggir." perintahnya berusaha ngelepasin tangannya dari cengkraman gue
Tau nggak, hampir seharian ini tiap Aya keliatan nggak lagi sibuk sama sesuatu gue langsung narik dia untuk gue gelandotin. Kapan lagi bisa begini seharian. Yang gue lakuin saat ini udah mirip sama Danan kalo lagi gelandotan sama Aya tiap uring uringan nggak jelas karena sakit. Tapi bedanya gue cuma nempelin Aya aja tanpa nyusahin seperti kelakuan anak gue itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Hidup
FanfictionOrang bilang yang sempurna itu tidak ada. Tapi Brian adalah perwujudan dari kata sempurna yang saya definisikan sendiri, ah cinta memang buta. Ini tentang Brian yang lebih dari kata 'kebagusan' untuk seorang yang tidak 'sebagus itu'. Brian yang sela...