Kalau ditanya siapa yang paling gue benci dan yang paling sering gue caci maki, jawaban yang akan gue berikan adalah diri sendiri. Kedengeran kayak orang yang merasa dirinya paling menderita sedunia ya? Haha. Dramatis abis sih, emang.
Gue nggak tau apakah ada oranglain selain gue yang juga akan punya jawaban serupa dengan gue. Setiap kali ada hal buruk yang terjadi, pada akhirnya gue pasti akan menyalahkan diri sendiri terlepas apapun dan siapapun penyebabnya. Karena cara berpikir gue terkadang emang bisa se-butek itu sampai sampai gue sendiri pun bingung gimana caranya mengontrol.
Gue hampir selalu meragukan segala hal---meragukan oranglain, termasuk meragukan diri gue sendiri. Gue juga meyakini kalau semua orang punya yang namanya trust issue nya masing masing, mungkin yang membedakan cuma besaran porsinya.
Sejujurnya gue nggak tau harus menyebut ini sebuah keberuntungan atau malah kesusahan, entah kenapa alam bawah sadar gue seolah selalu menjadikan trust issue yang gue punya sebagai sebuah pertahanan diri tanpa diperintah sekalipun. Gue menyebutnya demikian karena terkadang gue sendiri pun bingung kenapa pikiran gue bisa se-keterlaluan itu memaksa kepala gue untuk nggak henti hentinya menerawang jauh berbagai macam pikiran pikiran buruk.
Terutama disaat saat seperti sekarang, dimana gue dihadapkan dengan keraguan yang lagi lagi muncul dan menghantui kepala bahkan setelah gue berani meyakinkan diri sendiri perihal sebuah keputusan besar yang udah gue buat.
Gue udah berprinsip kalau dalam hidup nggak boleh sampai menyesali apapun yang udah terjadi, mungkin karena hal itu juga salah satunya gue jadi tipikal orang yang begitu pemikir.
Dan diwaktu begini pun gue masih nggak habis pikir sama diri gue sendiri yang tetep aja berpikiran buruk ketika Brian bahkan masih mau maunya dan dengan penuh pengertian menghadapi gue yang lagi lagi membahas perkara yang sama.
"Bilang sama gue Ya, yang sebenernya lo takutin itu apa sih?"
"Lo tau bri--"
"Enggak. Gue nggak tau, makanya kasih tau gue sekarang." katanya menyela
Gue harusnya bersyukur, apalagi yang mau gue cari dari seorang Brian. Mungkin gue nggak akan menemukan sosok lain yang sama persis dengan dia. Orang yang udah terhitung selama enam tahun ini gue anggap sebagai 'rumah', tempat dimana gue menumpahkan hampir segalanya juga tempat gue berbagi banyak hal sejauh ini. Gue tau gue butuh Brian. Gue pun tau kalau gue mau sama Brian. Justru karena nggak lagi melihat ada kekurangan apapun, gue jadi merasa kalau bukan orang yang pantas buat dia.
Gue dulu pernah bertanya tanya, gimana caranya orang yang sampe memutuskan untuk nikah bisa merasa seyakin itu sama pasangan sekaligus dirinya sendiri. Meskipun nggak seratus persen, gue yakin kalau sebagian besar orang di dunia ini maunya menikah sekali seumur hidup---ya memang nggak semuanya penganut paham itu.
Nggak sekali dua kali gue mendengar kisah orang dengan berbagai cobaan yang muncul sewaktu mereka akhirnya memutuskan untuk menikah, dan belum apa apa---ini bahkan masih mau minta restu tapi keraguan yang asalnya dari gue sendiri itu seolah memberatkan langkah gue.
"Gue tanya sekali lagi bri, lo beneran yakin?"
"Harusnya gue yang nanya begitu sama lo Ya--"
"Ini nggak main main, kita berdua bakalan terikat sampe seumur hidup. Lo tau kan semuanya pasti nggak akan selalu sama, dan kita juga sama sama nggak pernah tau bri bakalan ada hal serumit apa nanti--"
"Emang kalo nggak seumur hidup, lo maunya gimana? Setahun abis itu mau cere?"
"Lo tau bukan itu maksut gue--"
"Sayangku, dengerin." kedua telapak tangannya tiba tiba menangkup sisi wajah gue "Mau serumit apapun nanti, manusia emang nggak pernah tau apa yang bakal terjadi di hidup mereka kedepannya, yang jelas kita berdua udah saling memilih dan mau menerima satu sama lain. Udah Ya, itu udah cukup."
![](https://img.wattpad.com/cover/243281345-288-k250403.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Hidup
FanficOrang bilang yang sempurna itu tidak ada. Tapi Brian adalah perwujudan dari kata sempurna yang saya definisikan sendiri, ah cinta memang buta. Ini tentang Brian yang lebih dari kata 'kebagusan' untuk seorang yang tidak 'sebagus itu'. Brian yang sela...