Permintaan Yang Aneh Aneh.

670 48 1
                                    

Pagi ini ketika saya membuka mata lagi setelah tadi lanjut tidur setelah subuhan karena ini hari libur, terlihat  sebuah pemandangan yang sangat langka di depan saya.

Karena ini masih jam setengah tujuh pagi dan sekarang libur, belum ada satupun anak anak yang sudah terbangun dan keluar dari kamarnya.

Pemandangan aneh yang saya maksut adalah Brian yang sedang memegang gagang sapu dengan keadaan rumah yang terlihat lebih rapi dari terakhir kali saya ingat semalam. Karena kami berlima kemarin malam berkumpul dibawah dan bermain monopoli bersama sama sambil menyantap indomie masing masing. Ralat, hanya kami bertiga yang bermain monopoli karena Nata dan Danan hanya ikut makan dan asik dengan tab di tangan mereka masing masing. Bahkan kemarin malam kami semua baru masuk ke kamar sekitar jam dua belas malam.

Sekarang Brian malah menunjukan cengiran lebarnya kearah saya setelah menyadari keberadaan saya sambil kemudian mengeraskan volume lagu yang sepertinya sudah sejak tadi terputar. Dia lalu menghampiri saya yang sedang menatap aneh pada setiap gerak geriknya yang memegang gagang sapu itu.

"Sayangku.."

"Ada apaan nih?"

"Gak liat ini gue lagi bersih bersih?"

"Iyaaaa, tapi tumben Bri?"

"Gak kenapa kenapa, emang kenapa."

Rumah kami memang tidak bisa dibilang besar ataupun terlalu kecil juga. Bagaimanapun kegiatan bersih bersih adalah salah satu pekerjaan yang lumayan menguras tenaga. Ada dua kamar di lantai bawah dan tiga kamar diatas yang ketiganya adalah kamar anak anak. Setelah menikah kami berdua memang lebih mirip rekan kerja saat membereskan urusan rumah, terlebih setelah punya anak. Dulu kami sering membagi bagi tugas, syukurnya Brian mau membantu karena diawal awal dulu saya masih suka sibuk dengan pekerjaan tidak seperti sekarang.

Bahkan kalau diingat lagi dulu saat Jeje baru lahir Brian yang lebih sering bangun lebih dulu ditengah malam saat Jeje terbangun, dan dia tidak akan membangunkan saya jika anaknya bangun bukan karena alasan lapar. Padahal dia kan juga sebenarnya lelah karena pulang bekerja seharian. Sampai sekarang Brian juga masih suka terkadang membantu saya. Tapi hanya sebatas mencuci piring atau memberi makan ikan ikan koi peliharaan saya dibelakang. Selebihnya tidak ada, yang ada dia pasti kabur.

"Ya'!" Panggilnya ditengah lantunan musik yang masih terus terputar di ruang tengah itu

"Kenapa sayang?"

"Gini aja baru sayang sayang mulut lo."

"Lanjutin deh nyapunya, entar aku yang ngepel."

"Eh raketnya lo simpen dimana?"

"Raket apa?"

"Raket nyamuk."

"Rusak, udah gue buang."

"Raket badminton ih sayang...."

"Oh bilang dong, itu ada di lemari. Mau raketan sama siapa?"

"Udah lama kita gak main badminton berdua, bentar lagi ayo mumpung gue lagi semangat nih."

"Males ah, mau masak aja. Lagian lo pasti udah laper kan??"

"Iyasih.." katanya baru menyadari

"Kannn. Yaudah ajakin Jeje aja tuh"

"Liat itu anak lo belom bangun, molor mulu pagi pagi begini.."

"Bangunin dong. Lagian lo pikir aja mirip siapa tuh jadi tukang molor terus."

"Mendingan sekarang kita berdua jalan ke depan aja makan bubur terus bungkusin buat anak anak. Lo masaknya nanti agak siangan aja sekalian."

"Ayo ya' keburu makin siang entar makin panas..." lanjutnya

Partner HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang