Bekas Jamet Kece.

275 30 3
                                    



"Ayah," gue mendongak ke arah suara Nata yang memanggil gue barusan "Lagi kerja ya?"

"Mau ngomong apa sama ayah?" tanya gue menarik anak gue ini supaya ikut duduk di sebelah gue

"Emmm...tau nggak yah kenapa Nata gak cantik??"

Gue buru buru menatap anak gue yang paling cantik ini sambil keheranan. Gue heran, kaget lebih tepatnya. Ketiga anak anak gue syukurnya menuruni sifat kepedean gue yang nggak ada tandingannya.

Becanda.

Baik gue ataupun mamanya emang berusaha menanamkan hal hal yang baik supaya nantinya mereka nggak tumbuh jadi anak anak yang minderan, atau parahnya sampe gak percaya sama apa yang sebenernya mereka punya. Siapa yang berani ngomong aneh aneh sampe ini anak ngomongnya jadi begini.

"Siapa yang bilang nggak cantik? Sini ayah samperin terus gebukin orangnya!"

"Nggak ada yang bilang, hehe..." Nata malah cengengesan nunjukin deretan giginya yang seuprit uprit kayak biji jagung itu

"Terus?"

"Pengen nanya aja," seusai ngomong Nata malah pergi gitu aja lari ke pintu belakang ninggalin gue

Ada ada aja.

Nggak begitu lama setelahnya gue menoleh lalu memandangi ke arah tangga karena ada suara langkah kaki cukup berisik yang ternyata asalnya dari Jeje. Itu anak keliatan agak lari menuruni tangga, khas buru buru.

Bau baunya sih mau kelayapan,

"Kiw!" Jeje dengan style khas anak abg-nya berjalan menghampiri kesini sambil cengar cengir. Roman romanya mau nodong gue ini, udah apal banget gue kalo anak bujang gue gelagat nya begitu "Ganteng amat, mau ngelayap kemana nih?"

"Mama mana yah, kok gak keliatan."

"Nggak tau, tadi pamit ke rumah bu erte tapi gak balik balik."

"Yah...hehe.." katanya dengan gesture tangan yang lagi minta duit

"Nih," gue menyerahkan selembar uang ke Jeje setelah merogoh saku celana pendek yang untungnya lagi ada duitnya, jadi nggak perlu berdiri dari tempat gue duduk sekarang "Buruan pulang biar nggak diomelin mama kamu Je."

"Iya yah,"

"Eh sini dulu, sini." Jeje yang tadinya udah lumayan menjauh balik lagi kesini

"Kenapa lagi yah?"

"Jangan aneh aneh lho Je. Ayah pernah ya jadi anak seumuran kamu sekarang, kalo kamu nggak nurut atau bohong sama orangtua pasti keliatan."

"Aneh aneh yang gimana sih yah? Jeje penurut begini perasaan."

"Penurut, penurut. Pembangkang sih iya."

"Jadi pembangkang beneran aja kali ya, sekali kali." sautnya menantang yang kemudian gue hadiahi pelototan

"Jangan berani berani ngerokok, kamu masih smp. Pokoknya kalo main jangan jadi anak gak bener."

Partner HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang