Anak Ayah.

676 53 0
                                    







Bisa dibilang hari ini akan jadi salah satu hari yang mungkin akan lebih sibuk dari biasanya. Setidaknya untuk Brian.

Tepat kemarin siang istrinya harus pergi ke Surabaya untuk menghadiri pernikahan sepupu dekatnya disana, karena rutinitas semua orang yang memang tidak bisa ditinggalkan jadi hanya Aya yang bisa pergi sendiri tanpa membawa siapapun. Seperti pekerjaan yang memang sedang tidak bisa ditinggalkan, juga anak anak yang harus sekolah serta Nata dan Danan yang sedang menghadapi ujian akhir semester sekolah dasar mereka. Aya benar benar harus pergi membawa dirinya sendiri.

Pagi ini Brian dan Jeje memilih untuk absen dulu subuhan di mesjid. Mereka berempat akhirnya subuhan bersama sama dirumah. Tentunya semua tidak berjalan selancar itu.

Membangunkan Nata dan Danan ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Ternyata begini rasanya mengurusi mereka. Karena lelah terus terusan membangunkan mereka yang tidak kunjung bangkit juga, Brian langsung menggendong anaknya yang sebenarnya sudah kurang pantas lagi untuk digendong karena tubuh anak anak ini yang sudah semakin tumbuh besar, terutama Danan.

Karena Nata dan Danan tidur dikamar berbeda, ia harus bolak balik. Ya meskipun kamar mereka berdua bersebelahan jadi tidak terlalu repot juga, tapi tetap saja. Setelah mendudukan mereka di ruang tengah, untungnya mereka benar benar bangun setelah itu.

Padahal ini baru permulaan, belum apa apa. Pagi-pagi mereka biasanya tidak terlihat sebegitu riweh nya seperti pagi ini. Atau mungkin dua bocah ini memang sedang ingin menguji kesabaran ayah mereka. Untung ayah mereka memang cukup sabar dengan permintaan permintaan yang mereka lontarkan.

Sesuai dengan intruksi istrinya kemarin, ia harus menyiapkan bekal untuk duo krucil. Semua sudah disiapkan dalam kulkas. Selepas subuhan tadi semuanya kembali tidur lagi sejenak sebelum pergi mandi lalu bersiap siap. Kecuali sang Ayah. Setelah subuhan ia langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan mereka semua. Menu pagi ini yang Brian buat hanya makanan makanan sederhana saja agar tidak ribet. Skill memasak nya memang masih bisa diperhitungkan, sudah lumayan pandai memasak sejak muda. Entah dapat keahlian darimana sebetulnya.

Setelah keperluannya di dapur dirasa sudah rampung, ia kemudian bergegas pergi bersiap siap untuk ke kantor seperti biasa. Ia pikir setelah selesai menyiapkan makanan, selebihnya hanya tinggal harus mengantar mereka ke sekolah. Tapi ternyata tidak.

Masih dengan setelan kerjanya yang belum benar benar rapi, Brian menoleh pada Nata yang tiba tiba masuk lalu menghampiri sang Ayah.

"Ayaaaah---"

"Kalo mau ngomong ayah disini Nat, jangan teriak teriak.."

"Benerin rambut Nata dong yah."

"Sini sini, ayah iketin rambut kamu." ucapnya sambil bergerak ke arah kursi di dekatnya

Baru saja ia selesai merapikan rambut Nata lalu mengumpulkannya menjadi satu dengan se rapi mungkin untuk kemudian diikat. Nata tiba tiba protes.

"Mau di kelabang aja yah hari ini, gamau dikuncir satu.."

"Lah, biasanya kan gini? Ngelabang rambut ayah gangerti caranya."

"Gitu aja gabisa, bisa bisain dong."

"Emang kamu bisa gitu?"

"Bisa kok, biasanya ngelabangin mama juga bisa."

"Yaudah kamu kelabang sendiri aja ya rambut kamu Nat."

"Mana bisa dong yaaaah---gak nyampe ini tangan aku." katanya sambil memberikan contoh tangannya yang memang tidak bisa melakukannya sendiri

"Dikuncir dua deh gimana?"

Partner HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang