Suatu hari tanpa alasan, dimana tiba tiba hanya ada kenangan dan memori indah yang terus terputar tidak henti henti tanpa ada satupun kenangan buruk yang ikut terputar. Hari hari itu akan selalu dirindukan kedatangannya-- another one, randomly
.
.
Pagi ini saya dan Brian bangun pagi pagi sekali di hari libur untuk mengantar mas Aksa yang harus sudah sampai di stasiun untuk pulang ke Surabaya setidaknya sebelum jam setengah delapan pagi. Karena cuma Danan yang sudah bangun duluan akhirnya hanya anak saya itu yang ikut serta bersama kami mengantar mas Aksa.
Tadinya mas Aksa duduk di depan bersama Brian yang menyetir di sebelahnya, sedangkan saya duduk di kursi belakang bersama Danan yang sebenarnya masih ngantuk tetapi ngotot ingin ikut. Alhasil sepanjang perjalanan Danan lanjut tertidur sambil menempel pada saya dengan kebiasaan kakinya yang selalu diangkat keatas badan saya seperti anak koala saat sedang tertidur memeluk saya begini. Di perjalanan sepulang dari stasiun saya beralih pindah ke depan dan Danan tetap berada di kursi belakang dengan keadaan telah melek sepenuhnya sambil sibuk mengoceh tanpa henti.
Kalau ada Nata dia pasti akan sibuk bersenandung ria di dalam mobil bersama Brian, mereka berdua memang selalu begitu. Anehnya Nata selalu suka playlist lama milik saya dan Brian yang sebenarnya agak kuno bagi anak seumuran Nata sekarang. Lagu lagu yang sama selalu diulang berkali kali, saya sendiri yang sebenarnya bahkan juga ikut menambahkan beberapa lagu yang akhirnya nangkring dalam playlist tersebut sampai bosan sendiri mendengarnya.
"Kita sekalian sarapan bubur dulu?" ajak Brian
"Dimana?"
"Yang ada aja lah, nanti kalo keliatan berhenti. Bosen beli yang di depan komplek terus."
"Nggak mau bubur yah," kata Danan menyahuti
"Terus maunya apa Nan?"
"Soto deh soto,"
"Mau soto Ya?"
"Gue ngikut aja. Atau nanti habis makan soto kita mampir ke tukang bubur juga?" tambah saya menyarankan
"Yaudah kita makan soto aja biar sekalian, gue nggak lagi pengen pengen banget kok makan bubur ayam."
Meskipun terkadang agak rewel, jika pergi kemanapun apalagi saat akan pergi makan diluar tidak pernah ada jawaban membingungkan seperti 'terserah' yang akan muncul. Danan selalu tau dan bisa mengutarakan dengan jelas apa yang sedang dia inginkan. Seringnya saat pergi berlima kami semua memang lebih banyak menuruti saran Danan yang lebih terdengar seperti perintah dan harus dituruti. Untungnya diantara kami semua selain Danan memang suka ngikut lalu pasrah daripada ribet.
Diantara ketiga anak saya Danan memang sedari kecil yang paling sering merepotkan karena sering tantrum saat diajak keluar. Saya akui, anak bontot saya ini agak semaunya. Maka dari itu terkadang saya suka mengabaikan Danan jika sedang semaunya agar tidak terbiasa sampai besar nanti.
"Ma, mamah.." panggil Danan lagi lagi
"Kenapa?"
"Lebaran besok kita nginep agak lama ya di rumahnya mbah?"
"Biasanya juga udah lama,"
"Lebaran kan masih lama Nan." tukas Brian melirik Danan dari kaca spion tengah
"Sekali kali sampe seminggu gitu mah biar pernah."
"Nggak bisa dong kalo kelamaan."
"Kamu seneng Nan kalo di Surabaya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Hidup
FanfictionOrang bilang yang sempurna itu tidak ada. Tapi Brian adalah perwujudan dari kata sempurna yang saya definisikan sendiri, ah cinta memang buta. Ini tentang Brian yang lebih dari kata 'kebagusan' untuk seorang yang tidak 'sebagus itu'. Brian yang sela...