"Kok malah nangis sih Nan? Udah ya, kamu nggak usah ikut kalo nggak nurut sama mama."
"Aku nggak mau pake yang itu mah." tuturnya masih ngotot mendebat Aya dengan suara khas lagi nahan air matanya supaya nggak jatuh
"Nurut deh sama mama."
"Nggak mau pake yang itu pokoknya."
"Yaudah beneran nggak usah ikut aja ya kalo gitu?"
"Mau ikut!"
Aya keliatan mendengus kesel akibat ngadepin Danan. Lagi lagi gue cuma diem sambil menyaksikan episode ke---entah udah ke berapa pemandangan keributan semacam ini. Padahal perkaranya sepele sebetulnya menurut gue, tapi nggak untuk Aya. Cuma perkara celana aja mereka berdua begitu----gue masih nggak habis pikir apalagi ngeliat Danan yang udah nahan nahan hampir mewek itu.
Kalau mau tau, mereka berdua sampe demikian cuma karena perkara ngeributin sebuah celana yang mau dipake sama Danan buat ngikut gue dan Aya pergi ke acara reuni setelah sekian lama. Aya bersikeras kalo celana yang Danan mau itu warnanya udah pudar, sedangkan Danan nggak mau menuruti pilihan mamanya untuk pake celana yang lainnya.
Sepertinya kalo gue nggak segera menengahi, pendramaan ibu anak ini bisa bisa nggak bakal kelar--
"Dicobain dulu makanya Nan, ini baru kemarin mama beliin buat kamu." katanya sambil nyodorin sebuah celana yang nggak lagi terlipat rapi karena sedaritadi dijembreng di depan mukanya Danan
"Nggak mau mah, aku pengen pake celana yang ini aja." jawab Danan yang juga nge-jembreng celana yang Aya bilang warnanya udah pudar itu
"Biarin aja deh Ya kalo Danan maunya pake yang itu," sela gue menunjuk ke arah celana yang Danan pegang itu "Lagian siapa juga yang bakalan merhatiin celananya Danan sih."
Aya malah melototin gue setelah ucapan gue barusan.
"Tuhkan mah ayah bilang nggak papa!"
"Gitu ya kamu Nan ngomong sama mama ngebentak begitu-"
Ampun deh. Makin jadi ini mereka berdua.
"Danan." anak gue ini yang tadinya masih sibuk membalas tatapan mata Aya dengan berani, sekarang beralih ke arah gue "Kalo ngomong sama orangtua nggak boleh kurang ajar. Kenapa diulangin lagi?"
"Mama sih bikin kesel.."
"Terus sopan kamu ngomong sama mamanya kayak gitu?"
"Mama maksa ter--"
"Danan." dia seketika kicep mendengar suara gue barusan
Kalo udah begini, Danan emang harus diseriusin.
Sepaham gue dari dulu anak anak itu dapet hal hal baik dari orantuanya juga pengaruh dari yang biasa mereka liat dan dapetin secara langsung di lingkungan sekitarnya. Ternyata setelah sejauh ini punya pengalaman menjadi 'orangtua' gue baru menyadari kalo sejatinya setiap anak itu berbeda, mereka pada dasarnya punya karakter nya masing masing dan sebagai bapak ibunya baik gue ataupun Aya harus menyesuaikan gimana caranya 'menyikapi' ketiga anak ini.
Danan memang salah satu yang selalu suka ngeyel, semaunya, dan sering terkesan nggak mau dikasih tau. Anak gue itu hampir selalu kekeuh sama apa yang dia mau ataupun sama sesuatu yang menurutnya paling bener.
Walaupun jadi yang paling manja diantara kedua kakaknya, Danan sebetulnya anak gue yang paling sering diomelin sekaligus 'melawan' perkataan mamanya. Dan bagian gue adalah meluruskan Danan kalo udah kelewatan disaat Aya keliatan udah kewalahan. Mungkin yang gue bilang ini terkesan sepele kalo dilihat dari contoh yang saat ini sedang terjadi di depan gue, tapi sebenernya ini bukan kali pertama Danan begini--

KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Hidup
Fiksi PenggemarOrang bilang yang sempurna itu tidak ada. Tapi Brian adalah perwujudan dari kata sempurna yang saya definisikan sendiri, ah cinta memang buta. Ini tentang Brian yang lebih dari kata 'kebagusan' untuk seorang yang tidak 'sebagus itu'. Brian yang sela...