30. Mengutarakan Tujuan

39.4K 5.7K 354
                                    

Chryssa berusaha menenangkan degupan jantungnya yang menggila. Dia gugup setengah mati. Tangannya bahkan terasa dingin seperti habis memegang es.

Akhirnya setelah seminggu lalu dia mengirim surat pada Larz, dan setelah selama beberapa hari hanya menerima surat tidak penting seperti menanyakan kabar dan lain-lain dari kakaknya itu, kemarin Larz mengirim surat balasan yang Chryssa harapkan sejak minggu lalu.

Kini Chryssa sudah berdiri di depan kediaman Illarion yang sekarang di tinggali Larz. Tapi langkahnya terasa berat. Dia enggan melangkah maju.

Athanasios di samping memerhatikannya. Dia mengambil tangan Chryssa dan menggenggamnya erat. Athanasios tersenyum menenangkan. "Percayakan semuanya padaku. Kau hanya harus duduk dan melihatku berhasil."

Chryssa melihat Athanasios. Dia lalu tersenyum kecil. Kegugupannya berkurang sedikit saat melihat Athanasios yang sama sekali tidak terlihat gugup atau pun takut.

Chryssa mengangguk lalu mereka mulai melangkahkan kaki dan masuk ke dalam.

"Selamat datang Tuan Duke dan Nona." Kepala Pelayan menyambut mereka. Dia memberi hormat, "Mari, saya akan mengantarkan ke ruang makan. Semuanya sudah menunggu di sana."

Athanasios mengangguk. Mereka mulai berjalan lagi. Athanasios menggenggam tangan Chryssa semakin erat saat mereka sudah lebih dekat dengan tempat tujuan mereka. Melalui genggamannya dia ingin memberitahu kalau semua akan baik-baik saja.

Chryssa balas menggenggam tangan Athanasios. Dia mengatur napas saat mereka akhirnya tiba di depan sebuah pintu besar yang berdiri dengan kokoh.

Kepala Pelayan langsung membukakan pintu dan mempersilahkan mereka masuk. Di dalam sudah ada keluarga Chryssa. Lengkap, ada ayah, ibu, dan kedua kakaknya.

Kaki Chryssa terasa lemas. Dia semakin gugup. Wajahnya mulai pasi. Tubuhnya bahkan sedikit gemetar.

Chryssa sama sekali tidak bisa tenang. Berbagai pikiran buruk sudah berkecamuk memenuhi kepalanya. Chryssa khawatir. Dia takut jika semuanya tidak berjalan dengan baik.

"Selamat pagi Tuan Duke, Nyonya Duchess." Athanasios memberi salam. Pria itu tersenyum manis.

"Ayo, duduklah Tuan Duke." Duke Illarion menyambut ramah. Dia lalu menatap putrinya dengan hangat, "Chryssa, ayo mendekatlah pada ayah. Ayah sangat merindukan putri ayah."

Chryssa tersenyum tipis. Dia melepaskan genggaman Athanasios lalu berjalan menemui Duke Illarion dan memeluknya erat. Duke Illarion langsung tersenyum senang dan mengelus lembut surai putri kesayangannya itu.

Athanasios tetap memertahankan senyumnya. Dia berjalan mendekat dan berusaha mengingatkan dirinya kalau Duke Illarion adalah ayah Chryssa. Athanasios harusnya tidak perlu sekesal itu.

"Apa perjalanan kalian menyenangkan, Tuan Duke?" Duchess tersenyum. Dia menatap ramah Athanasios.

"Seharusnya saya yang bertanya seperti itu, Nyonya Duchess." Athanasios terkekeh pelan. "Kalian datang dari Zaeis, apa perjalanannya lancar?"

"Perjalanan kami lancar tanpa hambatan. Anda tidak perlu khawatir." Archas yang menjawab. Dia tersenyum tapi matanya memandang datar pada Athanasios.

Larz di sebelah Archas bahkan tidak repot-repot menunjukkan keramahannya. Dia dengan terang-terangan menatap dengan penuh permusuhan pada Athanasios.

Athanasios tersenyum manis melihat Archas. "Syukurlah kalau begitu."

"Ayo, duduklah." Duke mempersilahkan.

Chryssa yang baru akan duduk di sebelah Athanasios berkedip bingung saat kedua kakaknya memanggil.

Archas menatap lembut adiknya, "Chryssa, duduklah di sebelah kakakmu ini. Apa kau tahu? Aku sangat merindukanmu sampai aku tidak bisa tidur nyenyak."

Lady Antagonist [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang