34. Bimbang

31.8K 4.7K 165
                                    

"Bagaimana, Ayah?"

Archas bertanya sambil menatap ayahnya yang tampak ragu memandang sebuah surat di tangannya. Di dekat Archas berdiri, Duchess juga Larz sama-sama menunggu dengan cemas.

Duke Illarion perlahan mulai membuka surat dengan segel keluarga milik Count Theyvan. Setelah kepulangan Chryssa dan Athanasios tadi, dia langsung mengutus orang untuk memastikan soal hal yang sejak tadi membuat jantungnya serasa akan berhenti.

Sebenarnya Duke Illarion sudah tahu kalau isi surat itu kemungkinan besar adalah hal yang saat ini ada dalam pikirannya, sekaligus hal yang menjadi rasa takutnya. Dia tahu kalau Athanasios tidak mungkin berbohong padanya, apalagi untuk hal sebesar ini. Hanya saja, Duke Illarion berharap kalau semua itu bohong. Dia ingin suratnya berisi penyangkalan dari Count Theyvan.

Duke Illarion lalu memberanikan diri untuk membaca surat tersebut. Bola mata itu bergulir membaca isi surat yang kini terbuka sempurna. Wajah Duke Illarion jadi semakin pias tiap saatnya dengan mata yang sesekali terbelalak.

"Apa isinya, Suamiku?" Duchess bertanya khawatir setelah melihat Duke yang terdiam membatu setelah selesai membaca surat tersebut. "Tolong, cepat katakan!"

"Chryssa..." Duke Illarion menghela napasnya dalam-dalam. Kepalanya terasa sakit setelah membaca seluruh isi surat. "Duke Phaelathon tidak berbohong. Chryssa memang berperan dalam rencana kudeta ini."

Duchess terduduk di sofa yang ada di sampingnya. Dia meremas gaunnya kuat. Tatapan mata Chryssa yang dia lihat tadi langsung kembali teringat olehnya. Tubuhnya sedikit gemetaran.

Sejak melihat tatapan Chryssa itu dia sebenarnya sudah mempersiapkan dirinya. Dia berniat untuk tidak menjadi lemah seperti ini, tapi kini kakinya bahkan tidak sanggup menopang tubuhnya.

Setelah mendapat kepastian bahwa putrinya benar-benar merencanakan kudeta untuk melawan raja, dia menjadi takut.

Sebenarnya, sejak kapan putri kecilnya mulai berjalan di jalan yang seberbahaya ini?

Duchess tidak mengkhawatirkan hal lain. Dia hanya takut... semua keluarganya akan meregang nyawa. Dia takut, keluarga yang dia sayangi akan berakhir dengan kematian. Terlebih, putri yang selama ini dia jaga dan rawat dengan sepenuh hatinya.

Archas memerhatikan seluruh anggota keluarganya. Dia melirik Larz yang langsung keluar tanpa mengatakan sepatah kata pun. Archas hanya diam, tidak mencegah Larz. Dia memang harus bicara dengan adiknya setelah ini.

"Ayah."

Archas kembali memanggil. Duke yang kini berdiri di balik meja kerjanya sambil memegang ujung meja dengan kepala tertunduk itu tidak menyahut, tapi Archas tahu kalau ayahnya sedang mendengarkannya.

Archas lalu memberanikan diri. Dia berucap, "perkataanku sekarang mungkin terdengar tidak pantas, tapi aku akan tetap mengatakannya."

"Ayah, mungkin... kita harus membantu Chryssa."

Duke dan Duchess langsung melihat Archas. Beruntung mereka tadi sudah menyuruh orang-orang agar tidak mendekati ruangan ini, jadi mereka bisa berbincang dengan leluasa.

Duke benar-benar tanpa ekspresi. Ditambah atmosfer di ruangan itu tidak begitu baik sejak tadi, jadi membuat Duke Illarion terlihat berkali-kali lipat lebih menyeramkan.

"Bisa kau jelaskan maksud perkataanmu barusan, Archas Illarion?" Duke bertanya dengan mata yang menatap Archas tanpa riak.

Archas tetap berdiri di tempatnya. Keraguan sama sekali tidak terlihat di matanya. Dia sudah bertekad akan mengatakannya meski ada kemungkinan ucapannya akan ditentang.

Lady Antagonist [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang