"Kemana saja kau? Aku sangat membutuhkanmu berada disisiku." suara Jaehyun teredam diperut Taeyong. Tangannya semakin melingkar erat dipinggang ramping Taeyong.
"A-aku pergi keluar makan siang tadi." ucap Taeyong, menjauhkan tangannya dari rambut Jaehyun setelah sadar apa yang telah dilakukannya. "Sajangnim, ayo makan."
Jaehyun menggeram malas, "Tubuhmu harum, sebentar lagi. Biarkan aku seperti ini beberapa saat." ucapnya pelan, sembari mengusak hidungnya diperut Taeyong, membuat Taeyong sedikit gelisah karena rasa geli yang menjalar disana.
"Aku tidak lapar."
Taeyong menghela nafas, Jaehyun selalu saja mengabaikan jam makannya. "Tapi Sajangnim belum makan." ucapnya lembut.
"Sudah." sahut Jaehyun agak keras.
"Belum, Sajangnim tak keluar dari ruangan saat makan siang." tangan Taeyong bermain pada pucuk kepala Jaehyun, membentuk pola abstrak disana membuat Jaehyun makin menyamankan diri.
Jaehyun menatapnya dengan kernyitan sejenak, lalu kembali membenamkan wajahnya. "Kau kan diluar, bagaimana kau bisa tau?"
"Aku bertanya dengan karyawan lain." sahut Taeyong, terdengar decakan dari bibir Jaehyun.
"Dasar pengadu."
"Ayo makan." Taeyong sedikit mendorong tubuh Jaehyun agar menjauh darinya tapi itu tentu saja gagal.
"Aku sibuk, ini harus diselesaikan dengan cepat." ucap Jaehyun, jarinya menunjuk pekerjaannya yang menumpuk.
Pria itu mengatakan harus diselesaikan dengan cepat tapi kegiatannya mari membenamkan wajah diperut Taeyong masih tak berhenti. Mata Taeyong memutar malas, ingin mengajak Jaehyun berkelahi tapi dirinya takut.
"Aku akan menyuapi Sajangnim. Lagipula masalah itu sudah mulai terkontrol, makan dulu ya sebentar." bujuk Taeyong dengan suara lembut. Bibirnya tertarik karena sepertinya berhasil ketika merasakan Jaehyun mulai menggerakkan kepalanya menjauh.
Ketika kepala Taeyong menunduk, matanya langsung bersitatap dengan netra tajam Jaehyun yang memandangnya dalam hingga membuatnya terkesiap.
"K-Kenapa memandangku seperti itu, Sajangnim?" tanyanya terbata.
Jaehyun semakin menariknya untuk mendekat hingga tak ada jarak yang tersisa lagi, "Memangnya bagaimana aku memandangmu?"
"S-Seperti i-itu..." cicit Taeyong, telunjuknya menunjuk mata Jaehyun.
"Jelaskan dengan kata-kata, Lee." suara berat yang Jaehyun keluarkan rasanya membuat kepala Taeyong pening seketika, apalagi tangan besar yang mengelus lembut punggung dan pinggangnya.
"A-Aku..." bibir Taeyong terasa kelu, matanya tak bisa lepas dari netra memabukkan itu. Seolah Taeyong ditarik untuk diperangkap didalamnya.
Tatapan Jaehyun semakin terasa intens dan intim. "Dapatkah kau menangkap sesuatu dari tatapanku untukmu?"
"S-Sajangnim, a-aku tidak mengerti..."
...
Jaehyun merapatkan bibirnya, lalu menepuk punggung Taeyong cukup keras hingga Taeyong terperanjat, "Ambil kursi, duduk disampingku. Suapi aku, hari ini kau tidak boleh kemana-mana selain berada disampingku sepanjang waktu."
"B-Baik, Sajangnim." ucap Taeyong dengan terbata, tangannya mendorong-dorong tubuh Jaehyun pelan. "T-Tapi lepas dulu pelukannya." rengeknya pelan, Jaehyun akhirnya melepaskan pelukannya.
Sesaat setelah pelukan itu terlepas Taeyong segera berlari keluar ruangan Jaehyun dengan secepat mungkin, "Ahh, si bodoh itu. Apa dia ingin menjadi Flash?" ucap Jaehyun, kemudian terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy CEO (JAEYONG) ✔️
Любовные романы{COMPLETE} "I still can't believe that My Crazy CEO is my husband." •JaeyongArea. •BxB •Homophobic? Jangan mampir ya~
