Semilir angin berhembus menerpa wajah cantik rupawan yang Taeyong miliki, tatapannya tertuju pada padatnya jalanan Seoul saat malam hari. Dengan tangan memegang secangkir teh, bibirnya sesekali menyecap rasanya.
Entah dirinya terlalu asik dengan pikirannya sampai-sampai tak menyadari Jaehyun yang berdiri dibelakangnya menatapnya dengan senyuman. Tungkai panjang itu mendekat, melingkarkan lengannya pada perut rata Taeyong, sukses membuat tubuh yang lebih mungil itu terperanjat.
"Jaehyun?!" pekik Taeyong yang hampir saja menumpahkan cairan kecoklatan ditangannya. Untungnya saja Taeyong langsung mengenali bau jantan khas milik Jaehyun.
"Hm?" pria itu hanya berdehem seraya mengeratkan pelukan, menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Taeyong yang selalu harum kapanpun itu.
"Hyung mengejutkanku! Kapan Hyung datang?" Taeyong sedikit menengok kearah Jaehyun yang menenggelamkan kepalanya.
"Kau tak mendengarnya sama sekali?" tanya Jaehyun dengan suara teredam.
Taeyong menggeleng pelan, "Tidak."
Hembusan nafas Jaehyun yang ada dilehernya membuat Taeyong sedikit bergidik, "Apa yang kau pikirkan hingga tak mendengar kedatanganku sama sekali?"
Lagi-lagi Taeyong menggeleng, "Tidak ada, hanya menikmati angin malam." wajahnya kembali menghadap jalanan yang sedari tadi dilihatnya.
Jaehyun menatap wajah Taeyong dari samping, "Coba kulihat wajahmu." tangannya menarik dagu Taeyong agar wajah cantik itu menghadapnya.
Matanya meneliti wajah Taeyong, Jaehyun tau pikiran Taeyong masih melayang kemana-mana. Memikirkan rentetan fakta yang terkuak, dan Jaehyun paham akan sikap Taeyong yang terkadang masih terlihat dingin. Jaehyun tak menyalahkan Taeyong sama sekali, dirinya memaklumi itu, karena Jaehyun tau semua adalah salahnya.
"Hm?" Taeyong mencolek dagu Jaehyun yang melamun seraya menatap wajahnya.
"Kau memikirkan sesuatu." ucap Jaehyun, saat tersadar dari lamunannya.
Taeyong menarik tangan Jaehyun yang bertengger didagunya untuk kembali dirinya lingkarkan diperutnya. "Sudah kubilang tidak, Hyung." memaksa Jaehyun pada posisi awal.
"Mungkin mengucapkan kata maafpun tak akan mengubah apapun, tapi aku sangat meminta maaf padamu tentang semuanya. Tentang betapa brengseknya aku dimasa lalu, dan dengan tak tau dirinya si brengsek ini malah menginginkanmu menjadi pendamping hidup." Jaehyun kembali melabuhkan kepalanya pada bahu Taeyong dengan nada yang penuh sesal.
Taeyong diam mendengarnya. Sudah terlalu banyak kata maaf yang Jaehyun sampaikan padanya, sebenarnya Taeyong tak membutuhkan itu sama sekali.
Taeyong tipe orang yang tak terlalu mempermasalahkan bagaimana masa lalu orang lain, selama dia berubah menjadi yang lebih baik untuk sekarang dan masa depannya kenapa tidak?
Hanya saja yang membuatnya khawatir saat ini adalah Rose, wanita itu terlihat seperti bisa melakukan apapun diluar akal sehat manusia. Taeyong takut jika nantinya Jaehyun akan terluka atau bagaimanapun itu.
Tubuh mungil itu berbalik menghadap Sang Kekasih, menatap teduh pada wajah Jaehyun yang memandangnya sayu. Tangannya terangkat untuk menangkup wajah Jaehyun.
"Kenapa Hyung selalu meminta maaf? Apa Hyung menyelingkuhiku?" pertanyaan Taeyong yang sebenarnya bersifat retoris justru malah diberi gelengan kuat oleh Jaehyun.
"Tidakkan? Makanya berhenti meminta maaf." Taeyong menghela nafas pelan, "Selama ini aku bersikap dingin karena pikiranku cukup berkecamuk. Aku syok mendengar cerita masalalu Hyung, dan sekarang aku sudah baik-baik saja." suaranya terdengar lembut berusaha menenangkan Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy CEO (JAEYONG) ✔️
Romance{COMPLETE} "I still can't believe that My Crazy CEO is my husband." •JaeyongArea. •BxB •Homophobic? Jangan mampir ya~
