Bagian 24

1.5K 171 6
                                    

"Terimakasih" Ucap Krist dengan supirnya tersebut sambil merangkul kekasihnya

"Tidak masalah tuan" Liev permisi dengan kedua tuannya tersebut dan pergi memarkirkan mobil.

"Krist, kau baik-baik saja?" Tanya Singto yg tengah menuntun kekasihnya tersebut masuk ke hotel.

Krist tersenyum dan ia membuka tangannya yg menutup dada sedari tadi dan memperlihatkan dengan kekasihnya tersebut kalau dadanya terluka dengan sangat dalam akibat tertancap kaca saat ia terpental tadi.

"Astaga" Singto mengangkat tubuh Krist dan menggendongnya ala bridal style dan masuk kedalam hotel tersebut dan memesan kamar dengan cepat.

Singto membaringkan tubuh Krist diranjang, dapat ia lihat kalau Krist sudah memucat karna kehilangan banyak darah dan itu sungguh membuatnya menjadi sedikit bingung untuk memulai dari mana.

Ia pun membuka kancing baju Krist dan terlihatlah kaca tersebut masih setia menempel dengan sangat kuat di bagian dada Krist dan luka tersebut sangat besar dan juga dalam.

Singto memanggil Staf hotel untuk membawakannya P3K dan juga alat medis jika mereka ada menyimpannya dan ternyata benar, pihak hotel menyimpan benda tersebut jika ada pasien yg mendadak terluka.

Singto membuka bajunya karna sudah di penuhi darah, dan perlahan mendekati Krist.
"Sayang" Panggil Singto yg tengah mempersiapkan alat medis tersebut.

Krist yg mendengar suara lembut dan dalam tersebut memanggil dirinya tentu saja membuka matanya perlahan karna matanya sudah otomatis tertutup.

"Phi Sing"

"Kita obati dulu ya"

"Um" Krist pasrah saat dirinya benar-benar lemah kali ini, dan ia juga merasakan kalau darahnya keluar dengan sangat banyak dan ia membiarkan itu berlalu.

"Phi Sing, jika aku tidak bisa melakukan apa-apa, aku harap phi bisa melakukannya untukku" ujar Krist dengan suara paraunya.

"Nanti saja kita bahasnya sayang, aku harus menyirami bahumu dengan alkohol terlebih dahulu" Singto langsung saja menyiram bahu Krist dengan alkohol yg kadarnya sesuai dengan rumah sakit pada umumnya.

"Ssshhh" Krist menahan sakit tersebut sambil menggigit bibirnya, sakit tersebut sampai ke ujung kepalanya dan itu sangat terasa ngilu, Singto mengambil gunting yg berbentuk capitan dan mengambil bongkahan kaca tersebut secara perlahan

Mereka tidak memiliki bius, namun Singto mencoba melakukannya semaksimal mungkin.

"Krist kau bisa menahannya sebentar??" Tanya Singto.

"Aku hampir mati kehilangan darah phi, cepatlah sebelum aku mati sungguhan"

Singto kembali mencobanya dan menarik kaca tersebut yg menempel terlalu dalam.

"Aarrggg" Air mata Krist keluar dan keringat dingin pun mulai keluar.

"Oh tuhan, bertahanlah Krist" Singto mengelap mata nya menggunakan tangan karna ia hilang fokus dan berpikir yg macam-macam Tentang kekasihnya, takut kehilangan tentu saja ia takut.

"Phi Sing, lakukan pakai tanganmu" Teriak Krist yg sudah tak tahan, lukanya semakin lama semakin sakit.

"Aaaaahhh" Singto pun mencongkel dada Krist menggunakan tangannya lalu mengambil kaca tersebut, kamar hotel di penuhi dengan teriakan Krist dan yg dilakukan berhasil, kaca sebesar telapak tangan pun berhasil di cabut.

Singto sedikit hilang akal, ia melihat Krist mulai tak bergerak "Krist..!!"

"KRIIISSSTTT" teriak Singto.

Alhasil tidak bergerak dan tak bersuara.
"Aahhhh" Singto menjahit luka tersebut dengan teliti dan berkali kali ia mengelap luka tersebut menggunakan kapas steril dengan tangan yg sudah menggigil.

"Bertahanlah Krist, bertahan lah sebentar lagi" Singto menarik nafasnya dengan kasar melalui hidung dan berkali kali ia menggeleng kepalanya karna menahan air mata

"Aku harap Kaca tadi tidak menusuk paru-parumu" Monolog Singto.

Seseorang masuk kedalam dan membawakan infus, ia tidak tahu kalau mereka memanggil perawat dan juga dokter.

"Untung saja dia masih bernafas" Ucap dokter tersebut.

Mereka memasangkan infus di tangan Krist dan melihat kondisi Krist yg kian menurun drastis.
"Kau menjahit dengan bagus" Ucap Dokter tersebut lalu memberi resep obat untuk pasien.

Singto terdiam dan senang dalam satu waktu, Krist bernafas dan ia sudah berpikir kalau kekasihnya itu mati ditangannya.

"Terimakasih dok" Ucap Singto lemah.

Para dokter dan perawat pun pergi meninggalkan kamar dan Singto masih setia duduk yg sedikit jauh dari Krist.

"Maafkan aku jika aku payah dalam menjagamu" Ucap Singto

Singto berdiri dari duduknya dan berpindah keranjang berbaring disamping Krist lalu memeluknya hingga ia meneteskan airmatanya.

"Maafkan aku"

"Maafkan aku"

"Maafkan aku"

Suara tersebut semakin lama semakin hilang dan juga hening karna Singto tertidur lelap disamping Krist, Krist yg matanya masih tertutup meneteskan airmatanya karna semuanya berlalu begitu saja, berdua di Negara asing dan hampir terbunuh oleh sesuatu yg bisa merenggut nyawa orang banyak menjadi sebuah tantangan tersendiri oleh mereka, ya itu lah resiko mereka menjadi bos mafia. Mereka harus siap menerima kematian ditangan orang lain.

.
.
.

38 hari mereka berada di hotel dan 30 hari sebelumnya kawanannya dan kawanan Krist datang menemui mereka di rusia.
Dan hotel sudah Singto sewa untuk dirinya dan juga beberapa temannya itu karna ia tak ingin orang lain masuk dan membahayakan nyawanya.
Dan sebulan penuh Krist tidak menyadarkan diri.

"Sing, katakan pada kami apa yg terjadi sebenarnya"  tanya Tay

"Aku rasa masih ada yg mengikuti kami hingga kemari" Ucap Singto yg menatap Krist dengan tatapan sendunya

"Siapa??  Bukankah kita sudah membunuh mereka semua" Ucap Gun.

"Kita sudah membunuhnya tapi bukan berarti kita kehilangan musuh, dan musuh tersebut pasti menggilai dengan catatan Rusia dan juga menginginkan seluruh harta dari Krist."

"Bagaimana bisa" Off hampir tak percaya.

"Aku rasa ada orang yg masih bersembunyi dibalik kita semua" Ucap Singto.

"Siapa??" Tanya Mix.

"Dia akan memunculkan batang hidungnya didepan kita tak lama lagi" Ucap Singto dengan keyakinan yg kuat dan feeling nya akn sesuatu sangat kuat apa lagi dengan kejahatan dan mengganggu hidupnya, akan ada kehidupan baru setelahnya jika mereka mengganggu kehidupannya.

Semua terdiam dan tampak berpikir akan sesuatu, sesuatu yg mungkin saja akan terjadi jika Krist tidak berhasil mereka bunuh.

.
.
.

"Kita akan menunggu tanggal mainnya"

"Baik tuan"


Jangan lupa kalian beri jejak bintang dibawah agar aku bisa lebih semangat lagi untuk bikin ceritanya.

Aku up segini dulu karna lagi sakit kepala, semoga suka dengan ceritanya
oia tentang adegan dewasa didalam cerita ini mungkin akan sedikit atau sama sekali gak ada, karna ku pikir akan sangat berat dicerita kalau terlalu banyak adegannya.

To be continue..

Bye bye ❤

The Two Mafia's Revenge [SingtoxKrist]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang