💮12. Cuma terbawa aja kok!

47 39 54
                                    

Besok paginya seperti biasa aku siap-siap dan berangkat sekolah. Sekarang aku lagi sarapan sambil mainin hpku bentar karena grup kelas lagi rame ngomongin kalau hari ini uang khas harus lunas.

"Kalau lagi makan ya makan hp letakan dulu!" kata papa. Kenalin nih, orang tersibuk sejagad raya yang sekarang ada di meja makan sama aku. Jadi pagi ini, tumben nggak sepagi biasanya alias bisa buat antarin aku ke sekolah.

"Ini disuruh bayar uang khas tap—" omonganku terputus karena layar hpku nampilin notifikasi dari dua orang secara bersamaan.

Mashiho
Masih dirumahkan? aku jemput

Hyunsuk bogel
Woy bareng kuy, gue mau lihat tugas soalnya

Aku langsung keselek, dan papa langsung nyodorin segelas air ke aku. Selesai acara batuk-batuk, papa natap aku heran.

"Kenapa sih kamu? kata papa juga apa, makan yang bener!" katanya.

"Ih iya maaf tapi pa bisa nggak sekarang aja berangkatnya?" kataku ke papa. Papa masih makan, natap aku heran lagi.

"Santai aja atuh baru jam segini, itu makanannya aja belum habis."

"Eunji, piket pa hari ini," kataku lalu papa dengan cepat selesain makanannya alias percaya aja aku piket padahal mah megang sapu kalau disuruh aja. Jam setengah tujuh kurang, secara tumben aku udah di dalam mobil menuju ke sekolah buat menghindari dua oknum nggak jelas yang secara ngotot mau jemput aku.

✶⊶⊷⊶⊷❍ - ❍⊶⊷⊶⊷✶

Aku jalan di koridor dengan santai karena ini tuh kepagian. Tapi beneran sial karena dari arah parkiran ada Hyunsuk yang ngelihatin aku kemudian nyamperin aku.

"Heh di ajak bareng malah nggak balas," katanya nepuk bahuku.

"Masa? gue nggak lihat, tadi barengan papa," kataku. Hyunsuk ngangguk-ngangguk. Lalu jalan di sebelahku.

"Ngomong-ngomong, lo masih dekat sama Mashiho?" tanya Hyunsuk random.

"Biasa aja sih, kenapa nanya gitu?" tanyaku balik.

"Nggak apa-apa sih, cuma mau mastiin lo nggak baper aja," aku noleh ke Hyunsuk, memicingkan mata curiga. Kenapa nih anak?

"Oh gitu, nggak kok. Makasih udah peduli," jawabku.

"Santai aja, kita sahabat jadi harus saling peduli," kata dia yang aku angguki.

Sampai di kelas aku nggak interaksi lagi sama Hyunsuk. Aku ngobrol sama Mina di bangku ku karena bangku Mina sama Soohyun tuh di depan bangku aku dan Heejin. Sampai belboun, aku nggak menoleh ke Hyunsuk walau dari tadi aku mikirin kenapa dia kepo banget soal aku yang baper atau nggaknya ke Mashiho.

"Heh, lo dilihatin Hyunsuk mulu tuh habis ngutang ya ke dia?" kata Heejin sambil nyenggol tanganku pas pelajaran fisika. Aku langsung noleh ke Hyunsuk yang mejanya di jajaran tengah tapi lebih ke belakang. Barengan dengan aku lihatin Hyunsuk, Hyunsuk ternyata beneran lihatin aku dan langsung ngalihin pandangannya ke papan tulis. Terserah, aku kembali fokus sama apa yang di tulis di papan tulis dan berniat nggak mau mikirin apapun sampai beberapa menit ke depan.

✶⊶⊷⊶⊷❍ - ❍⊶⊷⊶⊷✶

Hari ini aku jadwal pulang jam empat. Dan sekarang aku keluar las sambil nenteng jaket Mashiho yang aku bawa tadi karena lupa semalam nggak dibalikin. Kelas Mashiho sama kelasku nggak jauh, cuma dipisahin satu kelas dan aku udah di depan pintu kelasnya.
Aku sedikit nongolin kepalaku buat ngelihat ada siapa di kelasnya. Sepi, tapi ada cewek dan cowok yang lagi ngobrol di meja paling depan sebelah kanan.

"Ho, ada yang nyariin tuh," itu Nako—yang nunjuk aku pakai dagunya. Si cowok yang udah jelas kalau itu Mashiho menoleh karena posisinya membelakangi aku.

"Eh kenapa, Ji? udah pulang?" tanyanya yang aku angguki. Kemudian dia nyamperin aku dan aku langsung nyodorin jaketnya.

"Nih jaketnya, makasih," aku langsung balik badan setelah nyerahin jaket Mashiho. Tapi tangan aku ditahan.

"Mau kemana? tungguin mau ambil tas," Mashiho masuk ke kelasnya kemudian ngambil tasnya lalu pamit ke Nako. Aku menghela nafas dan jalan duluan keluar sekolah.

"Kenapa sih? kebelet?" tanyanya yang aku nggak gubris. Sampai di trotoar, Mashiho ngikutin aku.

"Sana pulang, bawa motor kan?" tanyaku.

"Aku pulang kalau sama kamu."

"Gue pulang sendiri aj—"

"Tunggu disini jangan kemana-mana!" dan Mashiho langsung lari ke dalam sekolah. Aku menghela nafas kasar, dasar keras kepala. Dan sialnya, angkot nggak ada mulu dan keburu ada Mashiho dengan motornya nyamperin aku.

"Ayo naik, jaket akunya pakai dulu," kata Mashiho sambil nyerahin jaketnya yang baru aku balikin. Aku menggeleng dan dengan terpaksa naik. Sepanjang jalan aku nggak bersuara, dan Mashiho pun yang mungkin ngelihat kondisi muka aku yang malas bicara.

"Kalau alasan kamu diam gara-gara Nako, itu nggak guna tahu," Mashiho bersuara ketika kita baru belok di perempatan. Aku melirik dia dari spion, bersamaan dengan dia yang ternyata ngelihatin aku dari spion.

"Nako itu teman doang ya ampun, kan udah dibilang waktu itu kalau itu cuma skenario," aku nggak ngejawab, asik memerhatikan jalanan. Lalu Mashiho ngerem karena ada lampu merah, ngelirik aku dari spion motornya.

"Senang sih dicemburuin gini tapi kalau diam gini mulu mah nggak rame atuh ah salah nih gua ngeprank, pangeran memang serba salah," cerocosnya. Aku masih diam, enggan bersuara bahkan sampai kita berhenti di depan rumah ku. Aku turun, bersamaan dengan Mashiho yang ngebuka helmnya.

"Istirahat ya, lagi ruwet kan otaknya?" tanyanya basa-basi. Aku tersenyum tipis, menggeleng.

"Makasih ya, Ho. Duluan," pamit ku dan langsung masuk. Kali ini nggak aku intip dia, melainkan langsung masuk kedalam rumah. Aku tahu dia bohongan, tapi aku harap dia ngerti—ngerti kalau seharusnya pikiran cewek nggak sepositif itu walau aku maupun dia nggak ada hubungan apapun. Aku begini karena aku suka—eh nggak kok, aku cuma terbawa suasana! iya, cuma terbawa aja kok.




—————

Nungguin ya?

Good Bye [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang