💮08. Jalan pertama bersama dia

66 38 1
                                    

Tiga hari berlalu sejak ghibah anak-anak soal Mashiho sama Nako yang sebenarnya nggak mau aku ambil pusing. Mereka jadian kek, menikah kek, atau berantem juga untungnya buatku apa? itu pendapatku—mungkin sebelum munculnya Mashiho beberapa hari belakangan ini. Kalau sekarang—aku nyaris berfikir keras soal aksi cowok pentolan ini yang kayaknya selalu ada di sekelilingku.

Mashiho makin sering ngechat aku—walau sekedar komen status, ini aku bisa disebut dekat nggak sih sama dia? sampai kadang aku suka mikir, ini nggak apa-apa aku notice dia disaat rumor Mashiho dan Nako lagi hangat-hangatnya di sekolah? nggak mau munafik, tapi aku cewek dan bisa baper kalau begini caranya. Tapi terserah, aku cuma bisa merespon sewajarnya. Maaf egois, aku cuma menikmati alurnya aja.

Hari ini—hari minggu dan Mashiho nagih janjinya buat jalan-jalan sama aku. Dia jemput aku jam sepuluhan. Dirumah cuma ada bang Tae, jadi aku pamit sambil teriak aja ke dia yang nggak tahu udah bangun atau belum.

"Widihh wangi bener," kata Mashiho pas aku baru keluar pagar. Padahal aku pakai parfum cuma tiga semprot, nggak ngerti bagian mananya yang terlalu wangi.

"Nggak usah lebay," kataku dan langsung ngambil helm yang Mashiho sodorin terus naik ke motornya.

"Mau pegangan atau peluk nih?" kata dia sambil ketawa. Aku ketok aja helmnya, enak aja nyuruh peluk. Yaudah aku pegangan ke ujung jaketnya aja.

Di jalan kita ngobrol banyak banget. Dia ngereceh mulu, aku ketawa sampai nangis di atas motor. Ada aja yang dia omongin—walau rada nggak kedengaran, tapi ngakak juga karena kita teriak-teriak di atas motor kayak orang gila.

Mashiho ngusulin buat nonton onward yang langsung aku setujui. Kita masuk ke salah satu mall dan beli tiket. Sambil nunggu mulai, aku ngajak dia mutar-mutar di lantai satu.

"Lucu nih," Mashiho ngelihat jepit rambut warna baby pink gitu. Kita masuk ke salah satu aksesoris, aku yang kepo dia ngomong sendiri langsung nyamperin dia.

"Ngapain? mau makai?" kataku yang langsung dapat tempeleng pelan dari dia.

"Emangnya gue cowok apaan hah?" katanya.

"Pakai coba," kataku dan Mashiho nyengir terus nyubit hidungku. Parah, kayak ada yang panas dan itu di pipiku.

"E-eh yaudah mau beli nggak?" Mashiho langsung mgelepasin jepit di rambutku.

"Nggak ah jarang dipakai nanti," kataku lalu nyimpen jepitnya di tempatnya dan jalan keliling lagi.

"Mashi yang ini lucu," aku nunjuk sebuah gelang hitam yang ada gantungan bintang ke Mashiho. Mashiho mendekat, lalu ngambil gelang yang sama tapi gantungannya berbentuk bulan.

"Beli yuk! lo yang bintang gue yang bulan," kata dia sambil sumringah merhatiin gelang itu. Aku geleng-geleng, biar apa emangnya?.

"Kenapa mau beli gelang?, anak cowok mulai suka aksesoris?." tanyaku sambil lihat-lihat aksesoris lain.

"Ya nggak apa-apa. sebagai tanda aja, lo bintang dan gue bulan jadi gue bisa bareng sama lo." langkahku terhenti dan langsung noleh ke Mashiho yang masih sibuk milih gelang. Aku nyamperin dia lagi, ikut merhatiin tangannya yang sibuk milihin gelang.

"Kan lebih gedean bintang daripada bulan, emangnya gue lebih gede dari lo?." tanyaku dan Mashiho langsung masang raut muka mikir.

"Masa? yaudah tukeran deh, gue bintang biar lebih gede." dia ngambil dua gelang itu lalu langsung ke kasir. Yang aku lakuin cuma bisa ngikutin dia sampai geleng-geleng. Dan lima menit kemudian dia keluar dari toko itu. Mashiho nahan tangan kiriku, lalu makein gelang bulan yang barusan dia beli.

"Pakai terus, biar ingat gue." katanya lalu gantian dia yang pakai gelang bintangnya di tangan kanannya. Aku nanggah lihat mukanya yang tersenyum, lalu tangannya dengan mudah mengandeng tanganku buat menjauh dari toko itu.

✶⊶⊷⊶⊷❍ - ❍⊶⊷⊶⊷✶


Sekitar jam duaan aku sama Mashiho baru keluar dari bioskop. Dari tadi ini anak ngeluh lapar terus, yaudah kita langsung ke food court mall yang ada di lantai dua.

"Ada sanksi nggak kalau gelangnya hilang?." tanyaku yang melirik tanganku sendiri pas di eskalator. Mashiho menoleh, mengangguk.

"So pasti ada dong, kalau sampai itu gelang hilang pokoknya traktir makan." gitu jawabannya. Aku mendecih pelan lalu tertawa. Mashiho juga, kemudian kita sampai di lantai dua.

"Lo mau makan apa? gue yang pesan, lo yang cari mejanya." kata Mashiho. Aku mengedarkan pandangan mencari makanan yang kira-kira enak, dan langsung tertuju ke stan di paling ujung.

"Ramen aja deh! chatime lagi ramai nggak ya?." kataku.

"Ramen sama chatime? oke. Chatimenya mau rasa apa?." tanyanya.

"Green tea aja, ramennya jangan yang terlalu pedas!." Mashiho ngangguk dan jalan menuju stan ramen. Aku tersenyum, kemudian nyari meja yang kosong.

Nggak ada lima belas menit, Mashiho udah kembali sambil bawa dua chatime—buat aku dan dialah. Dia kayaknya mesan kopi susu, sedangkan aku udah jelas green tea.

"Kok cepat banget?, nggak ngantri?." tanyaku sambil menerima sodoran chatime dari Mashiho. Mashiho nusuk chatimenya, menggeleng sambil duduk di kursi.

"Nggak, soalnya mereka tahu gue mau beli yaudah pada minggir." untung aku belum minum, kalau udah mungkin aku keselak. Reaksi ku cuma ketawa, lalu fokus ke hpku.

"Bye the way, cowok lu marah nggak nih gue ajak lo kesini?." tanya Mashiho tiba-tiba. Aku nanggah, menyedot chatime punyaku sambil menggeleng.

"Kebalik, harusnya gue yang nanya." kataku.

"Nanya apaan?, emang gue kenapa?."

"Nako marah nggak kalau gue jalan sama lo?." Mashiho diam, lihatin aku. Nggak benar, aku membuang pandangan aja kesekitar. Tapi sedetik kemudian Mashiho ketawa sambil geleng-geleng.

"Aneh aja sih, masa gue dicemburuin sama teman sekelas?." tanyanya balik. Aku mengerutkan dahi, kan kata Lea mereka lagi masa pendekatan?.

"Katanya pdkt-an." jawabku.

"Oh jadi lo kerjaannya ghibahin gue sama Heejin? atau sama Hyunsuk?." tanyanya. Aku ketawa, ngegeleng.

"Enak aja, gue nggak segabut itu ya." jawabku kemudian.

"Gue tahu kok kalau lo gabut, lo bakal ngapain." katanya. Aku ngangkat alisku sebagai pertanyaan.

"Pasti cemburuin guekan?."

"Ya allah ya rabb ada air comberan nggak sih? mau gue siram muka lo seriusan deh." jawabku yang membuat Mashiho ketawa. selanjutnya, ramen datang dan kita fokus dengan mangkuk masing-masing tanpa ada yang bicara. Sampai Mashiho nyodorin hpnya, ngeliatin sesuatu dilayar hpnya ke aku.

"Boleh nggak disimpen?." tanyanya dan aku melotot karena ada photo aku di roll kameranya. Mau aku rebut, tapi dia lebih cepat.

"Nggak boleh jahil ya~." katanya. Aku mendengus, memilih lanjut makan.

"Lucu ih kayak marmut, lumayan nih kalau dijadiin pengusir tikus." dan sedetik kemudian aku sukses mendaratkan cubitan ditangannya.









——

Hbd Takata Mashiho my husband uhuyyy😭💜aturan mau semalam up nya eh malah ga ada sinyal gaiseu mian lah ya.

Good Bye [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang