💮25. Dia kemana

26 24 1
                                    

Hari ini adalah hari Senin, hari yang paling di hindari oleh siswa-siswi sepertiku. Jangan ditanya karena apa. Apa lagi kalau bukan upacara yang mengharuskan kita untuk kumpul di lapangan sekolah. Sebenarnya nggak masalah sih upacaranya—–masalah sebenarnya tuh, berdiri hampir setengah jam hanya untuk dengarin amanat dari kepala sekolah.

Enak sih kalau di dengarin baik-baik, di serap baik-baik apa yang di omongin oleh kepala sekolah, tapi ini nggak—–masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Sampai-sampai nggak kedengaran lagi apa yang di omongin kepala sekolah. Karena anak siswa-siswinya pada asik sendiri ngobrol-ngobrol nggak jelas—–terutama anak kelasku yang kayaknya paling ribut di antara kelas yang lain. Apa lagi si Heejin yang dari tadi udah sibuk ngeluh karena kepanasan dan capek—–dia kedapatan tempat yang kena sinar mataharinya. Untungnya Soohyun, Mina dan aku kedapatan tempat yang teduh.

✶⊶⊷⊶⊷❍ - ❍⊶⊷⊶⊷✶

Kebetulan banget mapel  pertama jamkos, karena bu Jihyo lagi ngehadirin acara pernikahan saudaranya. Lagi enak-enaknya ngelamun—–oknum bernama Choi Hyunsuk menggebrak meja ku, aku menatapnya sinis karena aku kaget untung lagi nggak ngapa-ngapain. Dia dengan santainya duduk di depanku dengan ketidak jelasannya—–cengengesan mulu dari tadi.

Aku berdecak, "Kenapa sih?" tanyaku.

"Lo yang kenapa malah nanya gue, kenapa sih lo? Ngelamun mulu dari tadi," katanya.

"Lagi ngelamunin Mashiho ya?" tanyanya.

"Nggak usah nanya kalau udah tahu," ketusku.

"Gue kan cuma mau memastikan aja, salah?" aku memutar bola mataku dengan malas, nengkelupin kepalaku di atas meja dengan kedua tanganku sebagai bantalan.

"Emang Mashiho kenapa? lesu amat tuh muka kayak habis putus cinta," sindir Hyunsuk.

Aku menegakkan kepalaku, natap Hyunsuk, "Waktu upacara tadi gue nggak ngelihat dia sama sekali. Biasanya kalau upacarakan barisan dia di samping gue," kataku.

"Mungkin dia ada di barisan depan kali, dia kan pendek jadi nggak kelihatan kalau di belakang tapi karena dia bucin makanya dia mundur empat langkah biar di samping lo," ejek Hyunsuk. Aku mendelik pas dia ngomong Mashiho bucin—–pengen protes tapi emang iya.

"Lo juga pendek ya. Nggak usah mendiskriminasikan orang lain," gerutu ku.

"Sadar diri gue mah pendek makanya barisan gue di depan. Emang lo sama cowok lo itu," balasnya.

"Ya nggak usah di perjelas juga kalau dia pendek. Halah sependek-pendeknya gue masih pendekan lo ya."

"Iya tahu yang bucin mah di belain," kata Hyunsuk.

"Oh atau nggak dia bolos," lanjutnya. Aku mikir, loading. Setelah di pikir-pikir opsi pertama nggak mungkin. Karena aku tahu sebucin apa Mashiho dengan ku. Lalu opsi kedua ... itu bisa aja terjadi dan yang jadi pertanyaanku sekarang. Kenapa dia bolos? Apa alasannya?

Seseorang menepuk pundakku dari belakang, aku menoleh, "Lo kenapa?" tanya Soohyun.

Aku menghela nafas, menatap wajah Soohyun dengan pandangan sendu, "Gu—"

"Biasalah. Kangen Mashiho," potong Hyunsuk.

Aku mendengus, "Rese lo!"

"Hyun, gue ke toilet dulu ya," pamit ku.

"Ayo gue temenin," usulnya.

"Nggak usah. Mau cuci muka doang, gerah nih," kataku. Soohyun ngangguk dan aku pergi ke toilet dengan muka lesu. Sumpah deh di sisi lain aku merasa kalau aku lebay banget nggak sih? Tapi mau gimana lagi namanya juga khawatir. Soalnya dari semalam dia nggak aktif sama sekali biasanya kan dia tiap menit, detik, jam selalu spam aku tapi malam ini nggak. Wajar dong aku khawatir!

Good Bye [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang