💮02. Ngapain sih mikirin dia?

113 43 38
                                    

Aku dan dia—–orang yang nggak aku kenal sampai di rumahku sekitar jam setengah sepuluhan. Aku lihat beberapa lampu rumah udah di matikan kayaknya udah pada tidur. Pantes bang Tae aku telponin nggak di jawab, kayaknya dia juga udah tidur. Aku langsung turun, dia—–orang yang nggak aku kenal tadinya mau pamit pulang tapi aku cegah bentar.

"Ini hoodie lo?" kataku sambil nyerahin hoodienya yang berwarna ungu itu.

"Udah lo bawa pulang aja, nggak apa-apa kok," katanya sambil natap lekat wajahku.

"Ya udah mau masuk dulu nggak? Masih hujan nih nunggu hujannya agak reda aja lo pulangnya nanti sakit lagi," tawarku dia langsung ngegeleng.

"Jangan deh, udah malem nggak enak," katanya kemudian.

"Nggak apa-apa, bentar doang kok di teras," kataku lagi.

"Nggak usah, gue langsung pulang aja."

"Ya udah lo hati-hati aja," dia hanya  menganggukkan kepalanya, aku balas tersenyum ke cowok itu yang di balas tersenyum juga olehnya tapi senyumnya terhalang helm  full facenya. lalu dia pamit pulang ke aku, aku hanya menganggukkan kepalaku sambil dadah ke dia. Masih aku liatin  sampai punggung cowok itu pun menghilang dibalik belokan komplek. Eh aku sempet mikir juga dia nggak bakal nyasar kan ya?

Setelahnya aku tutup pintu pagar rumahku dan langsung ngacir ke dalam rumah. bisa ku lihat di ruang tv ada seorang cowok yang lagi menonton sinetron Indosiar sambil nangis dan menselonjorkan kakinya ke atas meja. Dasar korban sinetron!

"Eh Eunji baru pulang dek?" katanya yang baru sadar kalau aku ada di samping dia sambil berdiri ngeliatin apa yang dia tonton. Oh—–sinetron azab toh. Dia yang ngeliatin aku sambil cengar-cengir seperti tidak ada dosa sama sekali. Kebayangkan kesalnya gimana?

"Kenapa nggak angkat telpon dari gue?" kataku lalu ngelirik ke dia dengan tatapan horor.

"Eh hehe lo nelpon ya? abang nggak tahu, hp abang di kamar lagi di charger," katanya sambil menggarukkan tengkuknya yang tidak gatal.

✶⊶⊷⊶⊷❍ - ❍⊶⊷⊶⊷✶

Besoknya, aku sekolah seperti biasa—mandi, makan, dan siap-siap seperti pada umumnya. Aku berangkat di antar bang Tae yang semalam abis aku gebukin gara-gara nggak jawab telpon dari aku terus nggak jemput aku di minimarket. katanya di luar dingin lah, hujannya makin deras lah,  males ngeluarin motor atau mobil lah, inilah, itulah banyak ngelesnya. Dasar cowok, ada aja alesannya!

"Nanti jemput nggak?" bang Tae berhentiin mobil pas di depan gerbang. Aku buka seatbelt, langsung natap dia.

"Awas aja nggak jemput kayak kemarin, gue tendang lo sampai thailand!" kataku melotot dan dia cuma nyengir. Iya kemarin itu aku jalan kaki tahu pulang sekolahnya, lagian sih dia nggak jemput-jemput kan akunya cape nungguin dia mulu. Mau naik grab, gokar atau semacamnya tapi nggak ada saldo dan juga baterai hp tidak mendukung alias—–lowbet. kan sayang mau di pakai buat dengerin musik pulang sekolah ntar.

"Maap dong kok dendam?" kata dia sambil cubit pipiku. Aku tabok aja lagi tangannya, sakit tahu!

"Ih kok KDRT sih?" katanya sambil ngacak-ngacak rambutku.

"Diem ih rambut gue ngapain lo acak-acakin? Tahu nggak sih ini butuh waktu berjam-jam untuk ngurusin nih rambut?" kataku sambil benerin rambut ku, sedangkan bang Tae cuma bisa nyengir.

"Ih sayang bawel mulu sih."

"Geli tahu bang, udah ah gue turun."

"Iya sayang, hati-hati ya," bang Tae senyum dan aku balas dengan muka mau muntah setelah salam sama dia. Kemudian aku turun, dan nggak lama bang Tae nurunin kaca mobil sesudah aku keluar.

Good Bye [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang