💮15. Main ke rumah

38 35 1
                                    

Waktu berjalan dengan cepat ya, nggak kerasa. Demikian aku, yang sudah nggak bisa dideskripsiin lagi kalau soal Mashiho. Kita makin dekat aja, aku senang.

Eh, apaan sih. Sedikit kok senangnya, banyak sebalnya soalnya Mashiho itu tengil banget. Kebiasaannya banyak, salah satunya suka muncul tiba-tiba kalau di sekolah. Atau yang nyebelinnya adalah gangguin aku ngerjain tugas, nelpon sambil ketawa berjam-jam, dan narik rambutku tiap ketemu.

Paling menyebalkan, aku catat itu.

"Tuh cowok lo," Heejin nyolek aku ke sekumpulan cowok yang lagi berjalan ke arah kami yang lagi duduk di kantin. Aku yang lagi nyeruput kuah soto memilih bereaksi biasa aja, sudah bosan lihat rombongan Mashiho nyamperin.

"Ikut dong," Haruto nyuruh Heejin geser. Heejin udah mau protes, tapi dijejalin tissue sama Hyunsuk.

Mashiho senyum ke arahku, terus dia memilih duduk di sebelahku. Hyunsuk di sebelah Mashiho, terus Yedam sebelah Hyunsuk dan Yoshi yang nempelin Soohyun.

"Ih malah dekat-dekat gue. Cewek Lo gue apa Mina sih?" Heejin dorong-dorong Haruto—nyuruh pindah, aku sama Mina ketawa.

"Ya udah sok atuh pacaran sama gue," jawab Haruto yang langsung dipelototin Mina.

"Hehe nggak ndoro, tadi teh dibajak itu mah," kata Haruto lagi.

"Katanya Dilan, masa iya takut sama Mileanya? Sikat atuh lah," ledek Mashiho.

"Heleh-heleh kayak berani sama Eunji aja lo," Yoshi yang jawab. Aku dan yang lain cuma cengengesan ha-ha he-he doang, sisanya mereka perang mulut.

"Ya nggak atuh, kan ini mah istri bukan pacar," kata Mashiho lagi yang sontak bikin semeja ricuh. Aku ngelirik Mashiho yang ketawa, kemudian minum teh gelas punyaku.

"Mau nggak?" tanya Mashiho yang aku jawab dengan ngangkat alis sebagai jawaban 'apa?'

"Jadi istri."

"OHOK," keselek, seriusan panas banget. Heejin langsung berdiri nepuk-nepuk punggungku.

"Lo mah minum udah kayak minum galon aja," kata Heejin.

"Ya maklumin aja atuh salting begitu, itu kupingnya aja sampai merah," kata Haruto.

Mashiho ketawa lagi, ngasih tissue ke aku. Dikira aku mau muntahin minumannya kali ya, tapi aku terima.

"Udah nggak usah salting gitu, suatu saat nanti," bisik Mashiho. Iya nggak salting kok, tapi ini botol teh gelasnya kayaknya mau aku telan.

✶⊶⊷⊶⊷❍ - ❍⊶⊷⊶⊷✶

Jam tanganku sudah menunjukkan pukul empat, dan aku masih diam di kelas aja soalnya ini tugas nggak tahu diri banget—nggak selesai-selesai. Ini gara-gara Haechan sama Kamal sih, bukannya bantuin tugas kelompok malah pacaran aja! Pusing kan, kerjaannya cuma ngeprint sama ngegeser slide powerpoint.

Di kelas cuma nyiksa aku sama Taehyun doang. Kalau Taehyun sih tadi aku tanya lagi ngerjain progja osisnya. Sibuk banget, udah kayak anggota menteri.

"Belum beres juga, Ji?" aku ngelirik Taehyun yang barusan nanya. Dia lagi beresin map-map, kayaknya tugasnya udah beres. Kemudian aku jawab dengan gelengan dan Taehyun nyamperin aku.

"Nggak beres-beres anjir kayak ngitung dosa lo aja. Kebanyakan dosa sih lo," kata Taehyun. Aku pukul lengannya, DOSA LO NOH LEBIH BANYAK!

"Tuh teman lo magadir banget tahu nggak, bukannya bantuin malah pacaran ke bioskop," cibirku. Taehyun ketawa doang, lalu menggendong tasnya.

"Gue duluan ya. Mau ke ruang osis dulu soalnya," pamitnya yang aku jawab dengan acungan jari tanda 'ok'. Lalu Taehyun pergi, sendiri deh aku.

Nggak lama setelah Taehyun pamit, aku dengar ada orang lagi ngobrol di depan kelas ku. Ku lirik dari jendela tapi nggak kelihatan. Ya udahlah ya, lanjut nulis aja.

"Tok tok tok, gofoodnya kakak," kata seseorang di ambang pintu. Aku otomatis nanggah, seseorang di pintu dengan muka yang dihalangi pakai kantong kresek isi sesuatu. Kemudian dia ketawa—kan, Mashiho lagi Mashiho lagi.

"Ngapain sih lo?" tanyaku. Kemudian Mashiho masuk dan duduk di kursi depanku.

"Habis beli roti sama es boba nih, yakin nggak mau?" Mashiho ngebuka kresek yang dia bawa. Sengaja, aku paling nggak bisa kerja kalau ada makanan.

"Diam dulu atuh, lagi ngerjain tugas ini teh," kataku berusaha fokus. Tapi Mashiho malah jail, sengaja tuh beberapa roti sama dua es bobanya di keluarin dari kresek terus ditaruh di hadapanku.

"Eleuh-eleuh enak pisan atuh ini euy tapi—ah ntar dulu!" tolakku lagi. Mashiho ketawa kencang banget, terus ngambil sepotong rotinya.

"Yaudah kerjain aja, aku suapin nih," Mashiho nyuruh aku nganga, yang terpaksa aku turutin. Kampret, tugasnya nggak beres jantung aku juga ikut nggak beres!

"Kok diam? Nulis lagi atuh," suruhnya. Aku ngunyah sambil deg-degan, gimana mau nulis sih??

"Kata Hyunsuk mau tanding basket, kok disini?" tanyaku setelah nelan rotinya.

"Nggak jadi ah, laper," jawabnya santai sambil nyuap potongan roti ke mulutnya. Aku ngangguk-ngangguk, fokus nulis lagi.

"Tugas apaan sih? Nggak beres-beres perasaan?" tanya Mashiho beberapa menit kemudian. Dia kayaknya gabut nungguin aku, ya tapi siapa juga yang nyuruh nungguin aku?

"Tugas kelompok yang dikerjakan sendirian," jawabku sambil masih nulis.

"Sekelompok sama siapa? Hyunsuk? Atau Heejin?" tanyanya lagi.

"Dikira sekelas isinya tiga siswa doang apa? Masa mereka mulu sih."

"Ya kirain. Soalnya paling kelihatan tuh anak dua itu mah nggak pernah mau kerja kelompok," kata Mashiho yang ada benernya juga. Aduh maaf Hyunsuk sama Heejin, di ghibahin nih.

Menit berikutnya aku masih nulis sambil sesekali ditanya Mashiho. Mashiho juga cerita acak soal dia hari ini yang disuruh ngangkut pot ke depan ruang guru, terus dimarahin bu Krystal gara-gara bajunya keluar, dan dilihat ibu-ibu pas ngantri beli roti sama es boba tadi.

"Beres!" kataku sambil lurusin tangan. Mashiho yang lagi nidurin kepalanya dan ngejadiin tangannya sendiri sebagai bantal langsung bangun mukanya antusias pas dengar aku selesai.

"Udah selesai nih? Asik," katanya.

Lalu aku beresin semua barang-barang aku, ditungguin Mashiho yang sudah ada di ambang pintu. Kemudian kita jalan di lorong berdua, menuju parkiran.

"Mau nganter pulang nih?" tanyaku.

"Bukan nganterin aja, tapi sekalian mampir boleh kan?" jawabnya.

"Boleh aja sih tapi—" aku mikirin reaksi mama kalau aku bawa cowok. Ya nggak bakal dimarahin sih, tapi aku malas kalau ditanya-tanya siapa dia siapa dia.

"Tapi apa?" tanya Mashiho.

"Nanti kalau mama nanya, jawabnya jangan nyeleneh ya," kataku.

"Nyeleneh? Oh maksudnya kalau ditanya siapa, nggak boleh jawab kamu calon istri aku gitu?" aku langsung mukul tangannya.

"Kok dipukul sih? Kan nggak bakal bilang gitu," protesnya.

"Iya jangan! Awas aja aneh-aneh, jawab aja teman," kataku.

"Mau teman aja? Nggak mau ditambahin gitu?"

"Maksudnya?"

"Teman dekat kek, sahabat kek, apa kek," Mashiho nyengir lalu jalan duluan. Aku diam, ngelihatin dia.

Kok aku nggak rela bilang iya ya?




————

Besok aku double update deh ya biar cepat kelar~

Good Bye [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang