"Nak Arga?"
Panggil Adel, Arga berdehem dan segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Di tempat kejadian itu saya emang lagi sama Abel untuk kasih hasil ulangannya, terus tiba-tiba Maura dateng ke kelas, dia langsung narik Abel dan nampar Abel--"ujar Arga terpotong.
"LO GAK USAH FITNAH! GUE GAK TAMPAR DIA!" Bentak Maura, Arga hanya merespon Maura sekilas hanya dengan lirikan malas ke arahnya.
"Habis itu mereka saling tampar sampai akhirnya Maura ngejambak rambut Abel, dia--"
"Pak! Dia fitnah!" Seru Maura menunjuk Arga dengan emosi.
Arga berhenti bicara, dia hanya menampilkan wajah datar, menaikan sebelah alisnya seolah merespon seruan Maura.
"Jelas-jelas apa yang lo ceritain itu gue yang dapetin, bukan lakuin!" Seru Maura dengan gaya sok tak bersalahnya.
"Hah?" Beo pak Wawan.
"Bapak kalo nyari saksi jangan sahabatnya dong pak! Dia membalikan fakta!" Seru Maura tak terima.
"Tau, tolong hargain anak saya." Kata ibu dari Maura, Abel dan teman-temannya saling lihat-lihatan sambil menahan tawa.
Sedangkan Adel mulai kesal karna permasalahan tak kunjung beres,
"ibu tolong dengerin dulu ya bu." Kata Adel berusaha untuk sopan.
"Bagaimana saya mau mendengarkan omong kosong itu?"
"Jhee, omong kosong? Haha." Kata Nadia tertawa ngejek.
"Bu, yang omong kosong itu anak ibu, bukan anak saya, tolong hargai dulu penjelasan Arga." Kata Adel mulai terulut emosi.
"Bu, tolong ya bu, urus anaknya jangan semakin memperbelit keadaan." Sinis ibu Maura.
Adel tampak semakin kesal, "anak lu, anak lu yang memperbelit keadaan bu.." geram Adel.
"Ibu punya saksi lain gak? Kalau mereka bisa aja sekongkol kan, karna mereka teman-temannya anak ibu." Kata ibu Maura lagi.
"Yaelahh, banyak buu banyak!" Sahut Agam ikut kesal dan jengkel.
"Anak-anak kelas sebelah juga tau, mereka liat gimana liarnya anak ibu." Desis Abel, ibu Maura menggebrak meja kuat.
BRAK!
"Jaga ya mulut kamu! Anak saya tidak liar!" Bentaknya yang membuat Abel semakin meledeknya.
"Oh iyaa? Massaaaa?" Ledek Abel, lalu tertawa bersama Adel, Nadia dan Agam.
"Tolong yaa jaga sikap kamu!" Hardik ibu dari Maura sambil menunjuk-nunjuk Abel.
Abel mengikuti nada bicara ibunya Maura, "tolong yaa! Didik anak kamu! Hahahaha." Abel, Nadia dan Agam tertawa, sedangkan Arga, dia hanya diam menonton pertengkaran itu juga pak Wawan yang tampak pusing.
"Dasar anak kurang ajar!" Ibunya Maura hendak menampar Abel, namun dengan cepat Adel menahannya.
"Tolong ya bu, jangan kasar! Sekesal-kesalnya saya dengan anak saya, saya gak pernah nampar dia, jadi tolong hargai saya sebagai orang tuanya." Kata Adel menahan geram.
"Tolong didik anaknya yang bener bu," kata ibunya Maura.
"Iya, kita sama-sama didik anak kita buat jadi anak yang lebih baik, biar jadi anak yang tidak muka dua juga pandai dalam bidang pelajaran, bukan bidang kebohongan." Kata Adel menyindir halus. Maura diam-diam tersinggung akan perkataan Adel, namun dia memilih diam seolah tidak perduli.
"Oke semua harap tenang, kita panggil saksi yang lain." Putus pak Wawan terlihat lelah.
"Buat apa pak? Nanti pasti bakal dibilang fitnah lagi, karna mereka bakal bilang seperti apa yang saya bilang." Kata Arga yang kembali angkat suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGABEL
Teen Fiction●BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA💕● Abel, itu orangnya simpel, dia asik kalau gak di usik. Abel si Badgirl yang selalu diincar kakak kelas karna penampilan dan keberaniannya pada senior-senior di sekolah. Di scors? Abel tidak takut di scors, karna it...