chapter 7

321 13 0
                                    

Abel kini sudah rapih dengan seragam batik sekolahnya yang sengaja dia crop, rok putih rampel yang juga sengaja ia potong sebatas empat jari dari atas mata kaki.

Rambut birunya yang sengaja dia kuncir kuda, menyisahkan beberapa anak rambut, setelah menyemprotkan parfum khasnya, Abel menggapai tote bag kesayangannya yang berada di atas kasur juga kaus kaki pendeknya warna pink yang baru dia beli beberapa hari lalu.

Setelah merasa siap, Abel pun keluar dari kamar, menuruni tangga menuju ruang makan.

Disana ada Mami, Papi, Vigo dan Elsa yang tengah menunggunya di meja makan.

"Duuhh, anak gadis lama banget dandannya." Ledek Adel sambil menyendokan nasi ke piring dan menaruh di tempat meja Abel.

"Tau nihh, duh ilaahh." Kata Abel menanggapi, Vigo, Papi dan Elsa terkekeh mendengarnya.

"Elsa gimana sekolahnya?" Tanya papi memulai percakapan ringan.

"Gak gimana-gimana Ncle, biasa aja." Jawab Elsa santai.

"Hmm gitu, terus sekarang kamu izin nih?" Tanya Papi lagi.

"Iyaa hehe, dua hari, hari ini sama besok." Jawab Elsa lagi seraya meringis kecil.

Abel Pov

"Terus, gimana kabar mama papa kamu? Bara udah mulai masuk SMP ya sekarang? Masuk mana dia?" Tanya Papi lagi berturut-turut.

"Papi, lo nanya apa lagi wawancara si? Banyak banget nanyanya." Sewot gue sambil menyuapkan nasi beserta lauknya ke dalam mulut gue.

Gue lihat papi mendelik, lalu memutar bola matanya. "Suka-suka gue, sirik aja." Kata Papi.

Yeee dasa Damar!

Damar siapa?

Ntu Damar, satpam komplek yaaa canda komplek.

Hahaha.

Gak gak, Damar itu nama bokap gue.

"Dih gituu, awas lo yaa.. uang jajan gue potong." Kata gue menirukan dia yang kalau ngambek sama gue.

Papi, Mami, bang Vigo sama Elsa ketawa mendengar perkataan gue.

"Bisa aje lo upil badak."

"Hahahah.. alhamdulillah baik semua Ncle, iya si Bara udah mulai masuk nanti senin depan, dia keterima di SMP 77 Chandras." Jelas Elsa, alisnya terangkat ke arah gue kini tengah menatapnya juga, seolah menyapa gue.

"Wahh deket rumah tuh." Celetuk bang Vigo, tangannya mengambil ceker yang ada di piring lauk ayam goreng, namun sebelum benar-benar terambil Papi lebih dulu mengepret tangannya.

"Ish! Jatah gua ini.." kata Papi sambil mengambil ceker itu dan memindahkan ke piringnya.

Gue lihat Vigo mengusap-usap punggung tangannya yang abis di kepret Papi, hahahaha gue ngakak ngelihatnya.

"Ishh, yaudah si pelit banget." Kata Vigo kesal, Papi acuh. Papi justru meledek Vigo dengan memakan ceker itu di depan wajah Vigo.

"Hmmm.. enak banget nih ceker." Kata papi, mukanya minta banget di lelepin ke selokan.

"Eh, ini moci siapa dah?" Tanya gue yang baru sadar ada banyak banget moci di meja makan.

"Moci gue, nape?" Tanya Papi gak selow, wah ngajak ribut nih haha gak deng canda, bisa-bisa uang jajan gue melayang lagi.

"Banyak banget lo Pi beli moci, mau jualan?" Tanya gue, Papi mendelik.

Lalu gue teringat sesuatu, "eh, emang di Malaysia ada moci ya?" Tanya gue bingung.

ARGABELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang