chapter 5

277 16 1
                                    

"Kamu bener-bener bikin malu mama tau gak?!"

PLAK!

Tamparan keras itu mendarat tepat di pipi Maura, Maura yang habis di tampar oleh ibunya menunduk.

"Kamu udah bohongin mama! Kamu bilang kamu yang di gituin sama dia! Tapi lihat tuh, lihat! Maksudnya apa kamu ikut campur urusan orang hah?! Mau jadi pahlawan kamu?!" Bentak ibunya Maura sambil menjambak rambut anaknya itu di depan Adel, pak Wawan yang menyuruh ibunya Maura berhenti memukuli anaknya, sedangkan Abel, Nadia, Agam cekikikan menonton aksi ibu dan anak tersebut.

"Ughh.. sadap Del.."

"Hihihi, ayo terus terus.." kata Abel pelan,

"Ssttt." Abel meringis dan menyengir kuda saat Arga menegurnya.

"Hehehe." Lalu cengiran Abel langsung sirna saat ibunya Maura menghampirinya.

"Nak, ibu benar-benar minta maaf atas kelakuan anak ibu, kamu gapapa kan? Ada yang sakit? Saya benar-benar minta maaf karna gagal mendidik Maura.." lirih ibunya Maura sambil terisak.

Abel menatap iba seseorang yang mengenggam erat tangannya ini sambil menangis, Abel menatap Maminya yang mengangguk.

"Iya bu," jawab Abel seadanya, karna ia juga bingung harus bicara apa.

"Anak ibu juga sering sekali saya suruh orang tuanya untuk datang, tapi Maura selalu beralasan kalau ibu keluar negeri, benar?" Tanya pak Wawan pada ibunya Maura.

Ibunya Maura sontak menoleh kaget ke arah pak Wawan, dia melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Abel.

"Apa? Keluar negeri? Saya selalu ada di rumah pakk, kita bukan berasal dari keluarga yang berada, boro-boro saya keluar negeri, untuk makan pun terkadang susah." Jelas ibunya Maura sambil berderai air mata.

Sontak saja orang-orang yang berada di ruang Bk ini terkejut bukan main.

Abel Pov

Hah?!

What the--hell?!

Demi apa gue kaget banget dengernya.

Kenapa? Karna Maura bahkan lihat aja penampilannya, dia penampilannya benar-benar kek orang berada, bahkan kemarin dia kesini pernah naik mobil BMW M2.

Kebanyakan orang-orang sekolah menyangka kalau Maura orang kaya, hidupnya benar-benar terlihat sangat mewah melebihi gue.

"Ibu jangan bercada ya sama saya!" Kata pak Wawan mulai marah, karna pak Wawan pun juga tau gimana Maura di sekolah.

Gue lihat Maura yang cuma menunduk sambil terisak.

Gue nggak ngerti, ini yang bohong, Maura atau ibunya?

"Demi Allah pak! Wallahi! Saya gak bercandaa, kalau tidak percaya mari ikut saya untuk saya tunjuki rumah saya." Kata ibunya Maura.

Pak Wawan tercengkang mendengarnya. "T-tapi, dia bahkan ke sekolah mobilnya ganti-ganti dan itu merk kelas atas semua."

"A-apa?" Ibunya Maura menoleh menatap Maura dengan perasaan tak menentu, tersirat jelas kekecewaan dimata ibunya itu.

"Bener itu Maura? Mobil siapa yang kamu bawa hah?! SIAPA MAURA?!! APA BENAR YANG TETANGGA-TETANGGA BILANG?! Kamu ada main sama om-om?" Tanya ibunya Maura dengan nada getir di akhir kalimatnya.

What the fuc---

Nadia menyenggol lengan gue membuat gue menoleh. "Tuhkan bener dugaan kita, Sugar Daddy." Cicitnya.

Gue mengangguk, oh iya gue baru engeh, ternyata memang benar yang selama ini gue lihat, Maura jalan sama pria dewasa dengan pakaian kurang bahan, terlebih pria itu tidak hanya satu.

ARGABELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang