sepuluh (Past V)

6.1K 505 34
                                    

Yang nungguin mana suaranya?

Udah siap?

Cus baca

Happy Reading!

***

"Zet, ngga berangkat? Udah jam segini loh." teriak Alena dari bawah.

"Zet," panggil Alena lagi karna Azeta tak menyahutnya. Ia mendengus dan menaiki tangga ke kamar Azeta. Saat memasuki kamar adik satu-satunya itu, terlihat Azeta masih meringkuk di kasurnya.

"Zet, bangun ih." Alena menggoyangkan tubuh Azeta dan merasakan suhu tubuhnya yang panas. Tangannya segera berlari ke leher dan kening sang adik.

Ia demam.

"Ya Ampun..." Alena dengan gerak cepat segera merawat Azeta. Tapi ia tak bisa menjaga Azeta seharian ini karna ia ada janji dengan dosen pembimbingnya hari ini.

"Len, Zeta ngga sekolah?" tanya Karel yang tiba-tiba muncul di kamar Azeta. Alena menggeleng.

"Badannya panas banget." jawabnya. Karel pun maju dan melihat Azeta yang tengah dikompres. Wajahnya terlihat sangat pucat.

"Ternyata bisa sakit juga ni anak." komentar Karel yang kemudian duduk di ranjang Azeta. Tadinya ia hanya ingin mengambil tasnya disini.

"Duh, gimana ya, Rel? Gue ngga bisa jagain Zeta. Hari ini gue ada janji sama dospem gue." Alena terlihat bingung. Karel diam sejenak.

"Biar gue yang jagain." putus Karel.

"Trus lo bolos?"

"Ntar gue bisa titip absen." jawab Karel sambil nyengir.

"Ngga, Rel. Jangan."

"Ngga Papa, Len. Sekali-kali. Kesian dia klo sendirian."

"Serius, Rel?" Karel mengangguk mantap.

"Makasih, Rel." ucap Alena sembari tersenyum penuh arti.

________

Karel merebahkan diri di samping Azeta setelah kepergian Alena. Ia menatapnya. Azeta terlihat kalem saat ini. Mungkin karna ia sedang sakit.

Ia berpikir, bagaimana jika Azeta seperti kebanyakan perempuan? Berdandan, feminin, manja, pasti ia akan cantik sekali. Bahkan melebihi Alena.

Tapi ia menyadari, jika itu terjadi, mungkin mereka tidak akan bersama seperti saat ini. Maksudnya... berteman dengannya tanpa jaim dan canggung.

Tangannya yang sedari tadi gatal mulai menyentuh wajah Azeta. Pipinya, hidungnya, matanya juga bibirnya.

Ia berani bertaruh, pasti bibir indah ini belum pernah terjamah siapapun. Ia menjelajahi bibir Azeta dengan ibu jarinya sembari tersenyum sebelum akhirnya senyumnya pudar dan ia menyumpah serapah.

"Brengsek! Gue mikir apa sih?"

________

Azeta terbangun dan mendapati Karel yang tidur di sebelahnya. Kepalanya terasa pening, badannya benar-benar terasa tidak enak sekarang.

Ia pun menatap jam weker kemudian beralih pada Karel.

"Ni anak bolos?" gumamnya tak habis pikir. Ia bergerak tak nyaman lalu merubah posisi menghadap Karel. Ia memandanginya.

Dengan iseng ia mencubit-cubit pipi Karel, menarik-narik hidung mancungnya juga matanya.

"Zeettt!" kesalnya.

beautiful accidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang