tujuh belas

5.9K 625 42
                                    

Enzo mengacak rambut Kiev lembut saat bocah laki-laki itu berusaha mencari perhatiannya. Jujur saja itu tidak mengganggu Enzo sama sekali. Ia justru prihatin pada anak laki-laki seusia putrinya itu.

"Dia terus nanyain Daddynya." ujar Azeta pada Enzo saat anak-anak mereka berlarian.

"Aku pikir dia udah ngga mempan lagi sama jawaban ngga masuk akalku atau jurus ngelesku."

"Mereka lebih cerdas dari yang kita pikir, Zet. Mungkin keliatannya mereka ngga paham apapun tapi sebenarnya mereka punya pemahaman yang ngga pernah kita kira." ujar Enzo. Azeta mengangguk mengerti.

"Artinya aku harus pinter-pinter jawab pertanyaannya, kan?" Enzo hanya tersenyum dan mereka kembali memperhatikan anak-anak mereka.

"Btw, Papa Cleo, kamu ngga nyaranin aku buat pertemuin mereka?"

"Astaga, Zet. Panggil Enzo aja, oke?" Enzo hampir saja bergidik dipanggil Papa Cleo oleh Azeta (hahaha).

"Dan apa kamu berharap aku nyaranin itu?" Azeta menggeleng.

"Biasanya orang-orang yang tau tentang ayah kandung Kiev bakal nyaranin aku buat jujur sama dia."

"Aku ngga mau dan ngga punya hak buat judging kamu, Zet. Kamu udah dewasa, kamu pasti punya pertimbangan, punya alasan kenapa kamu memutuskan sesuatu. Lagipula kita juga belum lama kenal, kan?" Azeta menatap pria tampan itu lalu ia tersenyum. Rasanya senang sekali ada orang yang mau mengerti dirinya walaupun seperti yang Enzo katakan, mereka belum benar-benar saling mengenal satu sama lain.

"Tapi, aku pengen lebih kenal kamu luar dalam, Zet. Ngga peduli gimana masa lalu kamu."

________

"Mas Karel, Mas Karel." heboh Ocha saat menemui Karel yang masih ada di kantornya.

"Ada apa sih, Cha?" Karel terlihat cemas karna sejak Ocha menelponnya beberapa waktu lalu untuk menanyakan dimana keberadaannya, Ocha sudah heboh.

"Mas, Ocha tadi habis ketemu mbak Zeta." adu Ocha.

"Ya Ampun, Cha. Mas kira kenapa." Karel tak habis pikir.

"Ih, Mas Karel. Dengerin dulu napa!" sungut Ocha.

"Kenapa sih emangnya? Mas Karel juga ketemu sama Mbak Zeta di pernikahan Mas Juno."

"Mas, Mbak Zeta udah punya anak."

"Ha? Hahaha." sejenak Karel terkejut tapi beberapa detik kemudian ia tertawa.

"Kok malah ketawa sih, Mas?"

"Ya lagian kamu ada-ada aja. Azeta tu belum nikah."

"Ocha tau, Mas. Tapi tadi tu pas Ocha ke PIM Ocha liat Mbak Zeta lagi sama Kak Enzo sama si Cleo."

"Sama Kak Enzo?" raut Karel mendadak berubah. Entahlah, hanya membayangkannya saja rasanya ia tidak suka.

"Iya. Trus kan Ocha mau nyamperin mereka, kan? Tiba-tiba ada bocah seumuran Cleo manggil Mommy ke Mbak Zeta. Dia bilang gini, eh bentar tadi siapa namanya ya? Kev, Kevin?"

"Kiev maksud kamu?" Karel ingat Kiev adalah teman Cleo yang juga anak Aletta.

"Nah, iya. Kiev. Dia bilang gini, 'Mommy, Kiev mau yang rasa bubble gum ya?' gitu, Mas."

"Itu anak kakaknya Mbak Zeta."

"Ih, Mas Karel! Mukanya tu mirip sama Mbak Zeta." Ocha terlihat geregetan.

"Iya, Mas tau. Kan Mas pernah ketemu."

"Tapi dia manggil Mommy, Mas. Tanpa ada embel-embel 'Zeta'. Cuman Mommy. Siapa tau dia memang anak Mbak Zeta tapi anak diluar nikah."

Deg

"Lagipula kan kita ketemu lagi sama Mbak Zeta setelah hampir 9 tahun. Kita ngga tau apa yang terjadi sama Mbak Zeta. Bisa aja dia nyembunyiin anak itu selama ini karna malu." Karel tiba-tiba diam. Ia merasakan sesuatu mendesak dadanya.

Ia pun teringat akan kepergian Azeta yang tiba-tiba dan tanpa sepengetahuannya dan Juno. Ia ingat saat bertemu Alena beberapa waktu lalu. Wanita itu bersikap aneh dan gugup. Bahkan ia segera menyuruh Kiev pergi dengan alasan mencari suaminya. Ia juga ingat ekspresi Azeta saat Cleo menanyakan Kiev di depannya.

Berapa usia Cleo? 8 tahun?

Itu artinya Kiev juga berumur 8 tahun?

Dan berapa tahun lamanya sejak Azeta pergi hingga mereka kembali bertemu lagi?

9 tahun?

Sekarang semua menjadi masuk akal. Alasan kenapa Azeta menghindarinya dan Juno. Hanya ada satu kemungkinan, yang tak lain dan tak bukan, bahwa Kiev adalah putranya.

"Mas Karel! Kok malah ngelamun sih?!" protes Ocha.

"Ngga mungkin." gumamnya lirih. Dadanya terasa lebih menyempit. Matanya berkaca-kaca.

Jadi, selama ini ia memiliki seorang putra?

Putra yang tidak pernah ia ketahui keberadaannya?

Putra yang selama ini disembunyikan darinya?

Putra yang bahkan tidak pernah ia bayangkan?

Jadi, selama ini ia memiliki seorang putra?

Benarkah Kiev adalah putranya?

________

Sekarang, Karel sedang berada di kediaman Juno dengan tampang lesu. Ia sedang duduk di ruang tamu menunggu Juno yang sedang mandi.

"Kenape lo tumben amat." tanya Juno setelah selesai mandi. Mereka memang sudah berbaikan sebelum berlangsungnya pernikahan Juno.

"Kayaknya gue tau kenapa Azeta ngehindarin kita selama ini." katanya muram. Mendengarnya, Juno pun mengerjap.

"Kenapa?" tanya Juno was-was.

"Azeta- dia punya anak." jawab Karel. Juno terdiam.

"Mungkin itu anak gue." lanjutnya.

"Lo tau darimana?" tanya Juno lagi. Karel pun menjelaskan teorinya pada Juno.

"Klo misalnya itu bener itu anak gue-" tiba-tiba Karel berhenti dan menyadari sesuatu.

"Tunggu, tunggu, kenapa lo ngga kaget gue cerita ini?" curiga Karel pada Juno.

"Jangan bilang lo udah tau!" tuding Karel sebelum Juno sempat mengatakan sesuatu. Dan Juno pun segera bungkam.

"Hmh, ternyata selama ini lo udah tau dan lo ikut-ikutan nyembunyiin fakta itu dari gue?! Lo emang berengsek, Jun!" Karel tampak kecewa dan terluka.

"Ini kemauan Azeta. Gue ngga berhak ngasih tau lo!" Juno membela diri walaupun perasaan bersalah menghinggapinya.

"Jadi dia bener anak gue? Darah daging gue?" mata Karel memerah karna mati-matian menahan tangis. Juno mengalihkan pandangannya dari Karel, tak tega. Bagaimana jika ia yang berada di posisi Karel? Mungkin reaksinya akan lebih mengerikan dari sahabatnya ini.

"Arrrgghh... Bangsat!" maki Karel frustasi. Ia pun kemudian beranjak dari kediaman Juno tanpa berpamitan padanya.

________

Komen dong....

Vote juga dong....

Aku bakal up klo udah 30 komentar dan 120 vote yaa...

Hehehe

Terimakasih...💋💋

beautiful accidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang