Happy Reading!!
***
"Kiev, ini bekelnya dimasukin tas dulu, nak." Suruh Azeta setelah merapikan bekal untuk anak tercintanya. Kiev, si penurut pun segera memasukkan bekal makan siang di dalam tas bekalnya.
"Mommy, kaos kaki Kiev mana??" Tanya Kiev pada Azeta.
"Mommy ambilkan dulu." Azeta segera mengambilkan kaos kaki bersih untuk Kiev dan memberikan padanya.
Setelah siap semua, mereka pun naik ke dalam mobil.
Begitulah kegiatan Azeta setiap pagi sebagai single parent di usianya yang hampir menginjak 26 tahun.
"Siap?" Tanya Azeta setelah memakaikan seatbelt untuk Kiev. Anak laki-laki polos itu mengangguk.
"Let's gooo." Serunya dengan bersemangat. Mobil mereka pun melaju menuju sekolah Kiev.
Setelah sampai, Kiev tidak langsung turun. Ia memandang ke depan. Melihat beberapa teman dan murid sekolahnya yang di antar oleh ayah mereka.
"Kiev ngga turun, sayang??"
"Kiev ingin punya Daddy." Ujar Kiev tanpa Azeta duga. Padahal ia sudah lama tidak membicarakan soal daddy.
Azeta terdiam, tak tahu harus bicara apa. Dadanya terasa sesak tiba-tiba.
"Kiev masih ingin tau, kenapa cuma Kiev yang ngga punya Daddy? Kenapa cuma Kiev yang ngga dikasih Daddy sama Tuhan?" Anak laki-laki itu menatap Mommynya. Ia tidak pernah puas dengan jawaban Azeta perihal Daddy. Pertanyaan Kiev benar-benar menyakitkan bagi Azeta. Ia iba sekaligus merasa bersalah pada putranya itu.
"Karna... Kiev istimewa. Kiev special. Walaupun Kiev ngga punya Daddy tapi Kiev selalu punya Mommy, kan?" Kiev menatap Azeta sejenak dengan dahi mengkerut, jelas masih tak puas dengan jawaban sang Mommy. Namun kemudian ia mengangguk dan menundukkan kepalanya. Kiev, terlihat jauh lebih dewasa dari anak seusianya saat ini.
"Kiev sayang Mommy, kan?" Kiev mengangguk lagi.
"Nah, kalo gitu hug Mommy." Kiev pun memeluk Azeta. Lalu ia mencium Mommynya sebelum turun dari mobil.
Azeta menatap punggung kecil Kiev dari dalam mobil. Ia menggigit bibir bawahnya keras, menahan rasa sesak di dada juga air mata.
"Maafin Mommy, nak." Gumamnya lirih. Ia merasa bersalah sekali pada Kiev. Tapi apa boleh buat, ia memang harus melakukannya.
Selama ini Azeta menyembunyikan kepada siapapun soal ayah kandung Kiev. Kecuali pada Alena, kakak ketiganya. Yang keluarganya tau, Kiev adalah hasil one night stand Azeta dengan stranger saat ia mabuk.
Namun, Azeta tidak terima jika ada yang menganggap Kiev adalah kesalahan. Baginya, Kiev adalah anugerah dan hadiah terindah dari Tuhan untuknya. Maka dari itu, ia begitu amat sangat menyayanginya. Ia akan melakukan apapun demi Kiev.
Tapi, untuk tentang Daddy Kiev, mungkin itu pengecualian.
🌻🌻🌻
Azeta mengambil ponselnya saat berada di sebuah Restaurant. Ingin memgabari sang Mama jika ia pulang telat karna akan ada acara perpisahan untuk teman kantornya yang di mutasi ke kota lain.
"Ma, Zeta nitip Kiev dulu ya. Zeta pulang agak maleman soalnya ada acara perpisahan kantor." Ujar Zeta pada Mamanya via telepon. Putranya itu memang seringkali berada di rumah sang Mama, apalagi jika ada Zafran keponakannya dan juga saat ia terlampaui sibuk.
"Ya. Kamu yang hati-hati. Jangan mabuk." Mamanya mengingatkan.
"Hahaha. Enggalah, Ma." Azeta tergelak.