dua puluh sembilan

8.2K 511 54
                                    

Apakah kebenaran selalu menyakitkan? Seperti yang ia alami saat ini. Kebenaran bahwa tunangannya memiliki seorang putra dan pernah bercinta dengan sahabatnya sendiri benar-benar menyakitinya. Padahal mereka sudah merencanakan pernikahan dan masa depan mereka. Mereka bahkan sudah merencanakan akan memiliki 3 putra.

Ia benar-benar seperti dihantam oleh batu besar karena tidak pernah membayangkan hal ini terjadi.

Nadine meneguk vodkanya dalam sekali teguk. Pikirannya kini kalut mempertanyakan perasaan Karel padanya.

"Hei," sapa seseorang yang suaranya sangat familiar untuknya. Sosok itu duduk di sampingnya, di meja bar.

"Hei. Livia sama siapa?" cemas Nadine karena saat ini Livia tengah hamil.

"Sama nyokap gue."

"Oh," katanya yang kemudian menunduk.

"Is she okay?"

"Ya. Are you okay? She's worrying about you." Nadine menggeleng jujur.

"Jadi lo udah tau kalo selama ini Karel punya anak dari Azeta?" tebak Nadine. Juno yang habis memesan minuman pun menatapnya iba. Ia sudah tau bahwa Nadine telah mengetahuinya dari Karel sendiri tadi siang.

"Ya. Bahkan gue lebih dulu tau dari Karel." Nadine menggelengkan kepalanya.

"Dan lo yakin itu anak Karel?"

"I'm sorry, Nad. Tapi tanpa Azeta bilang pun gue tau itu anak Karel." Nadine benar-benar tampak sangat kecewa. Mengingatkannya akan kekecewaannya dulu pada Karel dan Azeta. Walaupun mungkin tak dapat dibandingkan.

"Apa dulu mereka pernah punya hubungan?"

"Seinget gue nggak." jawab Juno jujur.

"Terus gimana mungkin Azeta hamil anak Karel?" Nadine masih terheran-heran akan jawaban Karel dan Juno. "Please, Jun. Jangan coba-coba sekongkol sama Karel." peringat Nadine.

"No, I don't. It was... complicated, Nad."

"Honestly," mata Nadine melebar. "I don't get it." ia benar-benar tidak mengerti. Juno meneguk minumannya. Ia menatap Nadine sejenak sebelum ia menarik dan menghembuskan napas perlahan.

"Awalnya, itu kayak... accident." Juno agak ragu saat mengatakan kata accident. Jika Azeta mendengarnya, apa ia akan terima dengan sebutan itu? Karena itu berhubungan dengan Kiev.

"Artinya..." Nadine tampak kesusahan melanjutkannya. Membayangkan Karel bersama Azeta, tanpa ada hubungan apapun membuatnya sakit. Kenapa Azeta tidak menjadi mantan Karel saja? Karena kedengarannya itu jauh lebih baik.

Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Awalnya ya? Itu artinya mereka ngelakuin itu berkali-kali? Tapi tanpa hubungan apapun selain atas nama sahabat?" dengan berat Juno mengangguk. Nadine menutup kedua matanya dengan tangan kanannya sembari menangis tertahan.

"It was like... Friends with benefit?" Juno hanya diam. Mungkin saja Karel dan Azeta bisa di sebut Friends with benefit, tapi bahkan mereka tidak pernah membicarakan sex mereka.

"Nad," Juno menyentuh bahu Nadine hati-hati. "Gue tau ini nggak tepat dan gue nggak berhak ngomong gini karena ini pasti sulit buat lo tapi, itu udah masa lalu Karel sama Azeta, Nad. Sekarang mereka udah punya kehidupan masing-masing. Dan Azeta nggak akan biarin Kiev jadi alasan terhambatnya hubungan kalian. Dari awal, Azeta memang nggak mau ngerepotin Karel. Jadi lo nggak usah khawatir." Nadine menatap Juno.

"Tapi itu semua balik lagi sama lo, Nad. Lo bisa milih buat bertahan sama Karel dan menerima masa lalunya, atau lo keberatan dan lebih baik lepasin dia." ujar Juno menyadarkan Nadine seberapa serius hubungannya dengan Karel. Ia sangat mencintai Karel dan Kiev adalah bagian dari Karel yang seharusnya juga ia terima.

beautiful accidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang