lima

8.1K 690 14
                                    

Double up! Hihihi

Panik ga? Panik ga? Panik ga?

Wkwkwk.

Happy Reading, guys!!

***

Karel pulang ke apartemennya dengan lesu. Membuat Nadine bertanya-tanya apa yang terjadi dengan kekasihnya itu. Tadi, Karel hanya bilang bahwa ia tengah nongkrong bersama teman-teman kantornya. Jadi ia penasaran kenapa Karel terlihat muram.

"Kamu baik-baik aja, Rel??" tanya Nadine khawatir.

"Hmm-mmm." jawabnya sembari melonggarkan dasinya. Nadine tak sepenuhnya percaya namun ia tak berniat untuk memaksa Karel bercerita dengannya saat ini. Biasanya, Karel akan bercerita padanya saat kondisi hatinya membaik.

Tapi masalahnya, apakah Karel akan bercerita pada Nadine tentang apa yang terjadi sore ini?

Kekasih Karel ini memang mengenal Azeta lewat cerita-cerita dari bibir Juno dan Karel. Namun, yang ia tahu Azeta hanyalah seorang tetangga, teman main dan sahabat kedua pria itu. Begitu pula dengan Livia yang menganggap demikian. Padahal sejatinya sempat terjadi sesuatu diantara mereka bertiga.

"Kamu mau makan dulu apa mandi dulu? Tadi aku order ayam suwir sama cumi item di Vika. Enak banget rasanya. Kamu pasti suka." Nadine terlihat bersemangat.

"Aku mau mandi dulu." ujar Karel berusaha tetap tersenyum untuk menghargai Nadine.

"Oke, aku tunggu." balas Nadine. Karel mendekati Nadine dan mengecup keningnya sebelum beranjak dari tempat duduknya.

Ia memasuki kamar mandi dan menyalakan pancuran. Membiarkan air menghujani kepala dan tubuhnya. Berharap bisa menyegarkan pikirannya kembali.

Ia menempelkan sebelah tangannya di dinding selagi menikmati guyuran itu.

Pikirannya masih terpaku pada Azeta. Ia menyesal pertemuannya dengan Azeta hari ini harus berakhir seperti tadi. Sangat tidak sesuai dengan harapannya. Padahal banyak sekali hal yang ingin ia bicarakan baik-baik dengan wanita itu namun ia malah merusaknya. Azeta terlihat marah dan kesal tadi.

Ia benar-benar menyesal. Ia hanya berharap mendapatkan kesempatan lagi untuk kembali bertemu dengan Azeta.

🌻🌻🌻

Azeta sempat percaya ia bisa menghadapi Karel dan Juno. Terutama Karel. Tapi bagaimana ia akan memberitahukan kebenaran yang ia sembunyikan selama bertahun-tahun ini?

Tidak mungkin kan tiba-tiba ia mengatakan, "Hai, selama ini gue punya anak. Umurnya udah 8 tahun. Lo berdua pasti taulah ini anak siapa."

Selain itu, ia menyadari bahwa ternyata ia masih tidak siap. Mungkin Alena akan muak mendengar ketidak siapannya. Tapi orang lain tidak bisa mengontrol kondisi mental seseorang. Benar, bukan?

Sekarang ia pusing memikirkan segalanya. Ia tidak ingin menuntut apapun pada ayah kandung Kiev atau meminta pertanggung jawaban padanya. Ia masih sanggup mengurus dan membiayai kehidupan putranya. Ia hanya memikirkan bagaimana reaksi ayah kandung Kiev seandainya ia tahu bahwa ia memiliki seorang putra selama ini. Ia kembali memikirkan segala kemungkinan yang ada, entah itu baik atau buruk.

Juga, ia kembali memikirkan tentangnya yang sudah memiliki kekasih. Jujur saja ia selalu memikirkannya sejak mereka bertemu pertama kali di Restaurant itu.

Ia pikir, mungkin harusnya ia tidak terlalu jujur soal mempunyai pacar adalah hal terakhir yang dipikirkannya. Tapi sayangnya, Karel sangat tau dirinya. Harusnya ia sadar pertanyaan Karel tadi hanya sebuah pancingan tapi jawaban yang keluar dari mulutnya malah memperparah kecurigaan mereka.

"Gue heran kenapa orang-orang sekarang seolah menuhankan pacaran." katanya dulu, hampir sembilan tahun yang lalu.

Ia memejamkan mata yang sedari tidak mau terlelap. Ia mendengus dan berbaring miring. Menutup kepalanya dengan sebuah bantal, berharap ia berhenti memikirkan segala hal. Berhenti untuk overthinking.

Tapi, tidak. Ia tidak bisa. Dan sebuah gagasan muncul. Ia tidak tahu kenapa tiba-tiba muncul gagasan itu dipikirannya, yang ia tahu gagasan itu seakan menyusupinya.

Mungkinkah karna ia pikir suatu hari nanti Kiev akan mempunyai dua orang Ibu?

"Apa gue harus nerima tawaran Mama?"

🌻🌻🌻

Azeta tidak memberi tahu sang Mama tentang gagasan menerima tawaran sang Mama yang ingin mencomblangkannya dengan salah satu wali murid yang tak lain adalah ayah teman Kiev.

Jika ia ingin menerima tawaran sang Mama, ia harus menyelidiki orang itu terlebih dulu bukan? Yah, setidaknya ia harus melihat seperti apa dia.

"Cleo juga ikut les renang?" tanya Azeta pada Kiev saat dalam perjalanan mengantar putranya untuk les berenang.

"Iya. Tapi hari ini hari pertama Cleo." jawab Kiev.

'Bagus.'

"Cleo biasanya diantar siapa?"

"Papanya."

"Oohh..."

"Ngomong-ngomong, kenapa Kiev jarang cerita tentang Cleo ke Mommy?"

"Karna Cleo lebih sering main sama perempuan." ah, maksudnya mereka tidak terlalu dekat.

"Mmm..." Zeta manggut-manggut mengerti.

"Mommy tahu Cleo?" tanya Kiev. Azeta menggeleng jujur.

"Mommy tahu dari Oma."

"Ooh..." Kiev ber-ooo ria dan kembali memainkan mainannya. Setelah beberapa saat, mereka pun sampai ke tempat tujuan. Kali ini, Azeta akan menunggui putranya yang akan belajar berenang itu.

Kiev membawa tas yang berisi keperluan berenangnya, sedangkan Azeta membawa perbekalan seperti camilan dan juga makanan berat.

"Mommy, itu dia Cleo." tunjuk Kiev pada Cleo dibelakangnya. Kiev melambai kearahnya. Sontak Azeta menoleh ke belakang, ke arah pandang Kiev. Dan segera matanya terpaku pada seseorang yang amat familiar untuknya.

Sial! Sial! Sial!

"Ayo, Om. Kok berhenti sih?" keluh Cleo dengan suara imutnya pada seorang pria yang familiar di mata Zeta itu. Seseorang yang saat ini tengah menatapnya dari ekspresi terkejut hingga tanpa ekspresi. Kosong. Seperti tak ada apa-apa dalam matanya.

"Zet," gumamnya kemudian dengan bibir bergetar.

"Juno,"

🌻🌻🌻

Panik asli si Zeta wkwkwk.
Semangat vote dan komennya ya guys....
Love you ♥

beautiful accidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang