dua

9.6K 770 36
                                    

Happy reading!

****

"Jadi, dia Azeta yang ngilang delapan tahun itu?" Tanya Nadine.

"Hampir sembilan tahun." Koreksi Karel.

"Yang agak tomboy itu, kan?" Livia menimbrung.

"Bener. Aku masih inget banget tuh gayanya mbak Zeta dulu." Jawab Ocha sambil cekikikan.

"Lain kali kita ajak dia ketemulah, Jun. Pasti seru bahas jaman kalian kuliah dulu." Ujar Livia. Juno saling bertatapan dengan Karel lalu ia mengangguk menyetujui usulan Livia.

Azeta memasuki rumah orang tuanya. Ia mendesah saat melihat sang Mama dan sang Papa masih terbangun dan sedang menonton serial netflix.

"Kiev udah tidur, Ma??"

"Udah dari tadi. Kamu nginep aja, Zet. Udah jam segini." Saran sang Mama.

"Iya, Ma." Ia pun menurutinya dan segera memasuki kamar yang di huni oleh Kiev.

Ia menyalakan lampunya. Dilihatnya, putra semata wayangnya itu tengah tidur dengan nyenyak bersama figure Iron man kesayangannya.

Ia mendekatinya. Memandang wajah yang cukup mirip dengan ayah kandungnya sembari mengelus rambutnya.

Ia tak kuasa lagi menahan air matanya. Ia memang selalu berkata bahwa ia tidak pernah berharap ayah kandung Kiev bertanggung jawab atasnya. Namun, tidak munafik, sesekali ia mempunyai harapan bahwa suatu saat pria itu dapat menerima anak ini. Tapi kemudian, ia selalu cepat-cepat menepisnya.

Dan malam ini, ia melihatnya telah bersama wanita lain yang sudah pasti dicintainya. Wanita yang sepertinya adalah wanita baik-baik, yang berbeda dengan mantan-mantanya terdahulu.

Ia semakin yakin bahwa keputusannya adalah hal yang benar. Ia tidak mau menghancurkan hubungan dan kebahagiaan mereka lalu mereka akan menganggap Kiev adalah penyebabnya. Ia tidak ingin itu terjadi. Itu akan menyakitkan untuknya dan untuk Kiev.

Kiev tidak tau apa-apa. Anak itu masih terlalu polos dan suci. Jadi, ia tidak pantas di kambing hitamkan.

Ia jadi berpikir, apa ia harus keluar dari ibukota ini? Untuk menghindari sesuatu yang tidak di harapkan?

"Ngga papa, sayang." Isaknya.

"Kiev punya Mommy. Kiev punya Mommy."

"Mommy akan lakuin apapun buat Kiev. Buat masa depan Kiev walaupun itu harus ngorbanin kebahagiaan Mommy."

Ia mengecup kening Kiev lama. Hingga kemudian pintu kamar tersebut terbuka. Ia pun buru-buru mengusap air matanya saat melihat sang Mama yang datang. Namun, sayang sekali, sang Mama segera menyadarinya.

Ia mendekati Azeta.

"Zet." Ia memandang anak bungsunya dengan iba.

"Iya, Ma."

"Mama tau ini pasti sulit buat kamu." Azeta diam. Itu benar. Tapi itu tidak masalah. Kiev adalah prioritasnya.

"Tapi, apa kamu ngga berpikir untuk mencari ayah buat Kiev, Zet?" Azeta segera mengangkat wajahnya dan menatap sang Mama.

"Ma, Zeta udah pernah bilang, kan? Ngga semudah itu, Ma. Zeta harus cari orang yang bisa nerima masa lalu Zeta dan sayang sama Kiev kayak anaknya sendiri. Selain itu, Kiev juga harus cocok sama dia."

"Tapi kamu bahkan ngga pernah berusaha mencari."

"Ya. Karna Zeta memang ngga pernah berpikir tentang hal itu, Ma. Zeta cuma mau fokus sama Kiev."

beautiful accidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang