empat belas (Past VII)

6.4K 493 16
                                    

Yang membuat kesal Karel, setelah sering bercinta dengan Azeta adalah sikap Azeta yang selalu acuh tak acuh. Tak pernah mau membicarakan tentang ini dengan Karel. Ia selalu menghindar setiap kali Karel ingin membahasnya. Tentang hubungan mereka yang saat ini lebih seperti friends with benefit ini.

"Zet," panggil Karel selepas mereka mencapai puncaknya setelah beberapa saat. Azeta tiba-tiba bangun, menutupi dadanya lalu meraih pakaiannya yang berserakan dilantai.

"Gue mau mandi." katanya. Bukan tanpa alasan, Azeta pikir jika ia membicarakannya dengan Karel, semuanya akan berubah. Juga, ia takut jika mengetahui perasaan Karel yang sebenarnya, yang hanya memanfaatkan dirinya, yang tidak benar-benar mencintainya. Lebih baik ia pura-pura saja seolah baik-baik saja. Jadi ia tidak akan sakit hati.

Karel mendengus kesal. Ia pikir ia harus menghentikan ini sebelum semuanya terlambat, sebelum ia semakin menggila dengan Azeta dan sebelum Juno tahu.

Kini, walaupun akhir-akhir ini ia sering merasakan cemburu tak beralasan pada Juno saat sahabatnya itu bercanda bersama Azeta atau saat Azeta hanya memperhatikan Juno, ia benar-benar merasa mengkhianati Juno.

Ia beranjak dari ranjang Azeta dan pergi setelah berpakaian lengkap.

🌻🌻🌻

"Huekkkk.... Huekkkk...." Azeta mual-mual setelah mencium bau bawang putih saat sarapan di nasi gorengnya suatu pagi.

"Zet, ngga usah masuk dulu klo ngga enakan." Azeta menggeleng karna sebentar lagi ujian nasional.

"Ih, kamu mual-mual gini. Masuk angin deh kayaknya." Alena tidak pernah terpikir bahwa Azeta sedang hamil.

"Ngga papa, Kak. Aku baik-baik aja kok."

"Serius, Zet?" Alena tak yakin tapi Azeta mengangguk. Alena pun membiarkan Azeta bersekolah.

Sepulangnya dari sekolah, ia segera membeli testpack karna ia ingat ia belum datang bulan.

Ia pun mengeceknya, dan betapa terkejutnya ia saat mendapati dua garis disana. Ia shock dan menangis. Padahal Karel selalu memakai pengaman, hanya sekali tanpanya saat mereka mabuk. Mungkinkah karna malam itu?

Ia sempat berpikir untuk menggugurkan janinnya namun ia buru-buru mengusir pikiran itu. Ia tak mau jadi pembunuh. Jadi, ia memutuskan untuk mempertahankannya dan mencoba untuk memberi tahu Karel nanti.

🌻🌻🌻

Karel datang ke kontrakan Azeta saat wanita itu tengah membuat teh hangat. Disana hanya ada Azeta. Alena dan kekasihnya sedang pergi. Sedangkan Juno, ia tengah nongkrong bersama teman-temannya.

"Gue balikan sama Agatha." ujar Karel yang bersandar di pinggiran konter dapur. Azeta yang membelakanginya merasakan tinjuan di jantungnya. Ia menelan ludah.

"Baguslah," katanya sembari mengaduk teh hangatnya.

"Lo... Lo ngga niat buat cari pacar, Zet?" tanya Karel.

"Buat apa?" tanya Azeta. Ia tidak melihat dirinya membutuhkan itu saat ini. Maksudnya ia tidak membutuhkan orang lain, selain Karel. Azeta menggelengkan kepalanya.

"Gue heran kenapa orang-orang sekarang seolah menuhankan pacaran." katanya yang jelas menyinggung Karel.

"Jadi lo lebih suka have sex tanpa terikat?! Supaya lo bisa bebas main sana-sini?! Atau lo juga ngelakuin itu sama Juno?!" balas Karel menyinggungnya. Azeta sontak menoleh dan menatap Karel tajam dan tersinggung.

Itukah yang Karel pikirkan tentang dirinya?

"Fuck-you!" ia menyodorkan kedua jari tengahnya pada Karel lalu meninggalkan teh hangatnya dan juga cowok itu.

Ia membanting pintu kamarnya dan terisak pelan. Ia tidak menyangka Karel berpikiran seperti itu tentangnya. Apa Karel pikir ia semurah itu? Padahal ia hanya melakukannya dengan cowok itu. Satu-satunya.

Ia mengusap air matanya dan berpikir akan menghadapi janin ini sendirian. Tanpa Karel yang tak pernah mencintainya. Ia bodoh, harusnya ia tidak sempat berpikir untuk memberi tahu Karel perihal kehamilannya. Atau berharap cowok itu akan memberi solusi untuk mereka berdua.

Kini Azeta berani bertaruh, jika ia memberi tahu Karel yang saat ini kembali bersama Agatha, pasti ia akan menyuruhnya untuk menggugurkannya.

🌻🌻🌻

"Huufftt..." Juno mendesah saat menghempaskan diri di atas ranjang Azeta saat suara gemericik air kamar mandi terdengar. Ia mencecap Indra perasanya yang terasa asam. Ia mengambil permen di toples yang tak jauh darinya, membukanya lalu membuang kulitnya di tempat sampah kering disana. Namun matanya tertuju pada sesuatu di tempat sampah tersebut.

Ia membuka penutupnya dan terlihat bungkus kondom dan juga pengaman tersebut disana. Ia mengambil bungkus itu dan menutup tempat sampah tersebut. Tatapannya kedepan, menganalisis sesuatu.

Selama ini, hanya ia dan Karel yang keluar masuk kamar Azeta. Ia tak pernah bercinta dengan Azeta. Bahkan menyentuhnya pun tidak. Ia mati-matian menahan diri. Hanya satu orang yang dapat melakukannya.

Memikirkannya membuat tangannya terkepal. Ia kecewa dan merasa dikhianati. Bisa-bisanya mereka melakukan ini dibelakang dirinya? Dengan sembunyi-sembunyi?

"Bajingan!" ia pun segera turun dan menuju kontrakannya. Ia menuju kamar Karel dan membanting pintunya hingga terbuka. Terlihat pria itu tengah mencari sesuatu.

"Eh, bangsat! Lo bisa ketok pintu?!" kesalnya saat melihat Juno tiba-tiba masuk kamarnya.

"Ini punya lo?" tanya Juno dingin sembari mengacungkan bungkus kondom.

"Punya gue?"

"Ya, dikamar Zeta."

Deg

Karel menelan ludah.

"Oh, itu memang punya gue." jawabnya dengan menunjukkan sikap acuh tak acuh padahal sejatinya ia merasa bersalah setengah mati.

Juno menatapnya dengan penuh kemarahan.

"Lo emang bajingan, Rel." katanya dengan tangan terkepal.

"Gue? Hmh! Mungkin lo harus coba sama Azeta. Gue jamin dia ngga akan keberatan." Karel memilih mengatakan hal brengsek.

"Atau... Lo juga udah-"

Bugg

Tinjuan Juno yang sedari tadi ditahannya melayang ke wajah Karel.

"Lo pikir gue sebajingan lo?! Selama ini gue nahan diri buat nyentuh Azeta. Dan lo-lo bajingan!" ia melayangkan tinjunya lagi pada Karel.

Karel tak tinggal diam, ia membalas serangan Juno, membuat mereka saling menyerang satu sama lain. Mereka berhenti saat dipisahkan oleh teman-teman kontrakan mereka dengan kondisi babak belur.

🌻🌻🌻

beautiful accidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang