8

612 61 17
                                    

Warning : Ada sedikit adegan dewasa di akhir, jadi mohon pembaca untuk bijak dengan tidak membaca disaat kalian puasa. Terima kasih.

Tiga anak Adam itu memasuki kediaman keluarga Jeon dengan Wonwoo yang berjalan di belakang Seulgi dan Mingyu.

“Kami datang.” Sapa Seulgi ketika ketiganya sampai di ruang keluarga.

Halmeoni!” panggil Seulgi senang, namun senyumnya menghilang melihat ekspresi wajah Jeon Halmeoni. Ini pertama kalinya dia melihat neneknya memasang ekspresi seperti itu ketika dia memanggilnya. Dan dia tidak berbohong saat mengatakan dia sangat takut karenanya. 

Dia sedikit menepi ketika Jeon Halmeoni berjalan melewatinya menuju kearah Wonwoo yang berdiri diam di belakangnya.

Plak!

Eomma!” pekik Nyonya dan Tuan Jeon bersamaan sambil berlari mendekat. Seulgi dan Mingyu hanya terdiam mematung melihat adegan yang baru saja terjadi.

Wonwoo memegang pipi kirinya yang baru saja ditampar oleh neneknya sendiri.

Sekarang apa lagi?’ tanya batinnya miris.

“Kau masih berani menunjukkan wajahmu disini setelah apa yang kau lakukan pada Seulgi?!” bentak Jeon Halmeoni.

“Apa yang sudah kulakukan, Halmeoni?” tanya Wonwoo datar. Dia sama sekali tidak gentar dengan tatapan Jeon Halmeoni yang seolah ingin merobeknya hidup-hidup.

“Kau masih berani bertanya?!” pipi Wonwoo hampir menjadi korban tamparan Jeon Halmeoni lagi jika saja Tuan Jeon tidak menahan tangan ibunya.

Eomma, lebih baik kita bicarakan baik-baik.” Saran Tuan Jeon.

Nyonya Jeon melangkah mendekati Wonwoo dan memeriksa pipi kiri putranya. Matanya berkaca-kaca melihat pipi Wonwoo memerah.

“Aku tidak apa-apa, Eomma. Jangan menangis.” Bisik Wonwoo.

Nyonya Jeon tersenyum dan mengusap pipi kiri putranya itu lembut.

“Apa yang perlu dibicarakan baik-baik?! Jelas-jelas dia merebut peran yang sudah diperjuangkan Seulgi dengan sengaja membuat Seulgi cedera.”

Wonwoo terbelalak kaget. Dia akan menerima apapun yang dikatakan neneknya, tapi jika itu menyangkut keselamatan Seulgi, dia tidak bisa menerimanya. Tidak pernah terbersit sedikitpun di benaknya untuk menyakiti Seulgi.

“Apa maksud Halmeoni?” tanya Wonwoo datar. Dia mengabaikan tangannya yang digenggam erat Sang Eomma sebagai tanda agar ia tetap diam.

“Kau tahu jelas maksudku!”

Halmeoni, aku mungkin bukan anak yang baik, tapi aku bisa meyakinkan anda bahwa tidak pernah sedikitpun terlintas dibenakku untuk menyakiti Noona.”

“Kau mengelak?!” cecar Jeon Halmeoni, “Kau merebut perhatian yang harusnya ditujukan untuk Seulgi. Kau merebut semua pujian yang harusnya ditujukan pada Seulgi. Apa kau bangga?!”

Wonwoo diam. Bukan karena dia membenarkan apa yang diucapkan neneknya, tapi karena genggaman Eommanya yang makin erat di tangannya. Melarangnya untuk membantah lagi.

Mingyu yang berada di sisi kanan Jeon Halmeoni sangat ingin mengungkapkan kebenarannya. Tapi dia juga sadar bahwa dia tidak berada dalam posisi dimana dia bisa melakukan itu. Dia hanya orang luar yang terpaksa terjebak dalam suasana panas di antara keluarga Jeon. Jika memang ada yang harus melakukannya, orang itu adalah Seulgi yang saat ini terdiam dengan kepala tertunduk. 

SequoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang