“Sampai kapan kau akan mendiamkanku?” Mingyu melirik Wonwoo yang duduk di kursi penumpang sebelahnya. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju apartemen Mingyu.
“Kenapa kau tidak memberitahu kalau ibumu akan datang?”
Mingyu menghela napas, tidak menyangka Wonwoo masih membahas tentang itu, “Bukannya aku tidak ingin memberitahu, aku sendiri lupa kalau ibu akan datang.”
“Kenapa kau bisa lupa kalau ibumu akan datang?” rutuk Wonwoo masih enggan melihat ke arah Mingyu.
“Baik, aku minta maaf, oke?”
“Aku malu sekali. Pertama kali kami bertemu dan aku sudah memberikan kesan pertama yang buruk.”
“Hei, buruk dari mana? Itu justru memberi kesan kalau kita saling mencintai.” bela Mingyu.
“Omong kosong apa yang kau katakan!” Sentak Wonwoo. Sekarang dia benar-benar berbalik untuk melihat ke arah Mingyu, “Kita terlihat seperti pasangan mesum yang tidak tahu tempat dengan melakukan hal seperti itu di rumah sakit! Ibumu pasti menganggap aku pria yang tidak baik sekarang.”
“Ibuku tidak akan berpikir begitu.” bela Mingyu berusaha menenangkan, “Lagipula kita hanya berciuman, Wonwoo-ya. Kita tidak sedang bercinta atau semacamnya.” Jawaban yang keluar tanpa dipikir itu membuahkan pukulan keras di pundaknya.
“Aku akan kembali ke Busan dan tidak akan pernah mau bertemu dengan ibumu kalau itu benar-benar terjadi.”
Mingyu mencibir, “Kau harus bertemu dengannya kalau ingin menikah denganku.” Wonwoo ternganga mendengar pernyataan itu, “Kenapa kau terlihat kaget? Bukankah itu sudah jelas?”
“Aku tidak ingin bicara denganmu lagi.” rajuk Wonwoo. Dia kembali ke posisi awalnya menghadap keluar jendela.
Jadi biar ku jelaskan apa yang terjadi tadi di ruangan Mingyu.
Ketika pintu menjeblak terbuka otomatis ciuman keduanya berhenti namun posisi mereka masih sama. Dan saat mereka mendongak, mereka menemukan seorang wanita paruh baya sedang melihat ke arah mereka dengan ekspresi terkejut yang begitu kentara. Awalnya Wonwoo tidak menyadari siapa wanita itu dan berpikir dia hanya salah satu keluarga pasien yang salah masuk ruangan sampai panggilan Mingyu menjelaskan semuanya.
“Eomma!”
Kata-kata itu terus terngiang di kepalanya seolah ingatannya sedang mencari apa arti dari kata tersebut. Dan ketika sudah sepenuhnya sadar, dia langsung mendorong tubuh Mingyu yang entah kenapa tidak beranjak dari atasnya meski tahu ibunya sudah memergoki mereka.
Selama beberapa saat tidak ada yang berbicara di antara mereka karena sama-sama tenggelam dalam rasa terkejut yang perlahan berubah menjadi canggung.
Sampai Ibu Mingyu sendiri yang memecah hening, “Ibu datang untuk mengantar makan siang dan sepertinya kau tidak membaca pesan dari Ibu, jadi Ibu memutuskan untuk membawanya ke ruanganmu. Tapi Ibu pikir itu pilihan yang salah.” Ibu Mingyu meletakkan satu bungkusan di atas meja, “Maaf sudah mengganggu. Silahkan lanjutkan!” Setelah mengatakan itu dia pergi begitu saja meninggalkan Wonwoo yang belum sempat mengklarifikasi perbuatan tak senonohnya dengan Mingyu.
Kembali ke masa sekarang..
“Aku malu sekali.” gumam Wonwoo sambil membentur-benturkan kepalanya pelan ke jendela mobil, “Aku bahkan belum sempat menyapa.”
“Sampai kapan kau akan terus memikirkannya?” sembari mengatakan itu Mingyu mematikan mesin mobilnya karena mereka sudah sampai di apartemennya. Dia keluar dan memutari bagian depan mobil demi membukakan pintu untuk Wonwoo yang masih belum selesai merutuki dirinya. Bahkan sampai mereka berdua masuk ke apartemen Mingyu, Wonwoo masih terlihat seperti orang yang ketahuan mencuri pakaian dalam wanita. Melihat itu Mingyu jadi tidak tega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequoia
FanfictionCerita mereka begitu kompleks. Layaknya SEQUOIA yang memiliki semua huruf vokal dalam katanya. Bagiku, kebahagiaan saudaraku adalah yg terpenting, bahkan meskipun itu berarti aku harus terluka. - Jeon Wonwoo Yang mereka lakukan memang keterlaluan...