33

246 35 4
                                    


“Mingyu-ssi! Bisa bawa Wonwoo bersamamu?”

Mingyu tidak langsung menjawab, alih-alih dia melihat bergantian antara Wonwoo yang menolak melihat ke arahnya dan YiBo. Dia juga sempat melihat Taehyung yang menganggukkan kepala saat mereka bertatapan. Saat ini Mingyu merasa campur aduk. Dia senang jika memang harus satu mobil dengan Wonwoo meskipun pada akhirnya mereka hanya akan saling diam. Tapi disisi lain dia juga kesal. Dia merasa sedang dipermainkan. Saat dia memperjuangkan Wonwoo, mereka seolah menganggapnya tidak tahu malu karena berharap, tapi saat dia memutuskan untuk menjauh, mereka justru mendorongnya mendekat. Dan Wonwoo yang enggan menatapnya atau menanggapi permintaan YiBo juga tidak membantu apapun.

“Haruskah?” pada akhirnya ini yang ia katakan.

Mendengar balasan yang diluar dugaan itu bukan hanya Taehyung dan YiBo yang terkejut melainkan Wonwoo juga.

‘Benar-benar sudah berakhir, ya?’

“Aku akan naik mobil sendiri.”

“Dia di rumah sakit XX. Aku pergi dulu.” setelah mengatakan itu, Mingyu benar-benar pergi tanpa menoleh lagi ke belakang.

YiBo dan Taehyung saling lirik sama sekali tidak menyangka ini yang akan terjadi. Mereka pikir Mingyu akan menerima permintaan YiBo dan memanfaatkan kesempatan itu untuk mengajak Wonwoo bicara dari hati ke hati. Busan-Seoul bukan jarak yang dekat, bukan tidak mungkin dia bisa membuat Wonwoo mau diajak bicara. Tapi yang terjadi justru Mingyu menolak dan Wonwoo  ditinggalkan.

“Aku..”

“Aku yang akan mengantarmu.”

“Tapi manajer mu..”

“Tidak perlu khawatir, aku memang harus menemuinya di Seoul hanya saja tadi aku berniat naik pesawat. Tapi kalau begini aku harus merubah rencana, kau tidak cukup bisa dipercaya untuk menyetir sendirian dengan jarak sejauh itu.”

Wonwoo hanya mengangguk. Otaknya mendadak kosong.

“Aku titip tempat ini, Hyung.” YiBo menarik tangan Wonwoo tapi sebelum mencapai pintu dia kembali berbalik, “Jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan! Kalau sampai aku tahu kau melakukan sesuatu yang tidak pantas selama aku tidak ada, aku tidak akan tinggal diam!”

Taehyung bergidik mendengar ancaman itu, “Aku seperti menghadapi ayah mertua.” gumamnya setelah YiBo benar-benar keluar dari kafe. Dia mengunci semua pintu dan jendela, mengeceknya sekali lagi, mematikan lampu dan naik ke atas. Tenang saja, dia tidur di kamar tamu bersama Mark dan Jeno. Jangan tanya bagaimana pembagian tidur mereka, yang jelas satu orang harus mengalah untuk tidur di lantai.


“Kau baik-baik saja, Hyung?”

Wonwoo yang sedari tadi melihat keluar jendela mengalihkan pandangan ke depan, “Tidak.”

“Bagaimana perasaanmu?”
“Khawatir tentu saja. Kakakku masuk rumah sakit, kau tahu?” jawabnya setelah terdiam beberapa saat seolah memikirkan jawaban yang cocok.

“Dan kau tahu bukan itu yang kumaksud, bukan?”

“Aku tidak mengerti.” Wonwoo kembali mengalihkan perhatiannya keluar jendela. Tapi kali ini dia merubah posisinya menjadi menekuk lutut.

“Apa ini sudah sesuai dengan kemauanmu?”

“Aku tidak mengerti.”

YiBo tersenyum miring mendengar nada suara Wonwoo yang semakin lirih dan sedikit sengau.

“Apa yang tidak kau mengerti? Pertanyaanku atau perasaanmu?”

“YiBo, diamlah! Tutup mulutmu!” kalimat itu jika dikatakan dengan nada yang tepat akan terdengar kasar tapi Wonwoo mengatakannya dengan lirih jadi kesannya justru menyedihkan.

SequoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang