9

606 61 9
                                    


“Kim Mingyu?”

Wonwoo menelan ludah gugup ketika Mingyu menatapnya tajam dan tidak mengatakan apapun. Pria tinggi itu malah makin mendekatkan wajah mereka berdua. Sayangnya dia tidak bisa mundur lagi karena pinggangnya tertahan oleh pinggiran meja.

Mingyu tersenyum. Dan melayangkan kecupan seringan kupu-kupu di bibir tipis Wonwoo.

Wonwoo tercengang dan membatu.

“Terima kasih. Aku suka saat namaku terlontar dari bibirmu. Jadi, terus sebut namaku.” Bisiknya seduktif.

Nyawa Wonwoo melayang saat itu juga.

Mingyu menggelengkan kepala mengusir bayangan menjurus mesum di kepalanya. Ancaman Wonwoo benar-benar memberikan pengaruh tidak baik baginya. Terutama pada nafsu prianya. Karena ancaman itu membuatnya tidak bisa mencium Seulgi.

Kernyitan di kening Wonwoo semakin dalam melihat tingkah aneh Mingyu yang menggelengkan kepalanya tanpa sebab.

“Kau..”

“Katakan kalimat pertamamu tadi, Jeon Wonwoo!” Mohon Mingyu lagi.

“Kim Mingyu?

Shit! Kenapa harus sama dengan bayanganku?! Bahkan nada suaranya pun sama! Tahan dirimu, Kim Mingyu! Kau menyukai Seulgi, kau bisa menciumnya nanti! Jangan lampiaskan nafsumu pada adiknya! Atau kau akan makin dibenci olehnya!’ batin Mingyu mensugesti diri.

Wonwoo tersentak ketika Mingyu menyandarkan kening di bahunya yang disusul dengan hembusan nafas keras.

“Akhirnya kau menyebut namaku.” Gumamnya namun cukup keras untuk ditangkap pendengaran Wonwoo.

“Kupikir aku tidak akan mendengarnya lagi.”

Wonwoo menelan ludah. Tidak dapat dipungkiri kalau dia sedikit berdebar mendengar gumaman Mingyu. Dia berdecak keras karena dia tidak bisa menahan laju darahnya yang dengan begitu kurang ajar berkumpul di kedua belah pipi hingga membuatnya bersemu.

Namun decakan itu disalahartikan oleh Mingyu. Dia pikir Wonwoo merasa risih padanya. Oleh karena itu dia segera menjauhkan kepalanya dari bahu Wonwoo.

“Aku akan memasak.” Ujarnya. Namun tubuhnya sama sekali tidak bergerak. Masih mengungkung Wonwoo diantara meja makan dan dirinya.

“Aku tidak..”

“Jangan keras kepala!”

“Ak..”

“Makan atau ku adukan pada Seulgi penyebab kau mengabaikannya beberapa bulan lalu!” ancam Mingyu. Sebenarnya dia tidak terlalu yakin ancamannya akan berhasil, tapi dia merasa itu patut dicoba.

Wonwoo tercekat di tempatnya mendengar ancaman Mingyu. Dalam hati dia menggeram kesal. Ingin rasanya dia mencekik Mingyu sekarang jika saja tangannya tidak lemas.

“Kau licik!” ejeknya.

“Jadi pilihanmu?”

Wonwoo berdecak, “Baik. Sekarang menjauhlah!” Wonwoo mendorong Mingyu kuat hingga pria tiang itu terdorong mundur beberapa langkah.

Mingyu tersenyum, tangannya terangkat hendak mengusak rambut Wonwoo namun langsung ditepis oleh si empunya. 

Wonwoo memilih duduk di meja makan sembari memainkan ponsel pintarnya. Menunggu Mingyu yang tengah menyiapkan makan malam sekaligus makan siang dan sarapannya.

SequoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang