“Wonwoo-ya!” Wonwoo yang baru saja keluar dari ruang Gardening Club dengan kotak yang berisi peralatan berkebun sontak tersenyum melihat siapa yang memanggilnya.
“Jeonghan Hyung.” Panggilnya.
“Tanaman yang mana lagi?” tanya Jeonghan jenaka.
Wonwoo tergelak, “Taman di dekat lapangan basket indoor. Tukang kebun memberitahuku kalau ada beberapa tanaman bonsai yang mulai tak terawat disana. Jadi aku ingin merapikannya.” Wonwoo mengangkat kotak peralatan di tangannya.
“Sendiri?”
“Tentu saja. Siapa yang bisa kumintai bantuan?” jawab Wonwoo.
Jeonghan menghembuskan nafas jengah, “Para anggota lain masih bersikap seperti itu?”
Wonwoo mengangguk.
“Lebih baik kau melakukan sesuatu tentang itu, Wonwoo-ya. Atau mereka akan semakin seenaknya.”
“Aku berencana untuk makin memperketat peraturan mengenai absensi dan penerimaan anggota baru, tapi itu masih sekedar rencana. Aku belum berniat untuk merealisasikannya.” Papar Wonwoo.
“Kenapa tidak? Itu ide bagus. Sebenarnya aku dan Jin Hyung sudah memikirkan itu sebelumnya.”
“Lalu kenapa tidak direalisasikan? Kalau begitu aku tidak akan kesulitan seperti sekarang.”
“Yahhh... kami berdua memiliki alasan berbeda. Menurut Jin Hyung hal itu termasuk pemaksaan. Dia tidak ingin anggota klub ini datang karena paksaan. Dan dia mulai mengoceh tentang kesensitifan tanaman mengenai emosi dan ketulusan manusia.”
“Lalu Hyung?”
Jeonghan terkekeh gugup, “Aku? Hmm.. Aku hanya malas untuk mengurusnya.”
Wonwoo menatap Jeonghan datar, “Entah bagaimana kau bisa menjadi ketua klub.”
“Yak! Begini-begini aku juga bertanggung jawab!” belanya.
“Ne, ne..”
“Jeonghan-ah!!” dua orang yang tadi berbincang di depan ruangan Gardening Club itu sontak menoleh dan menemukan seorang pria melambai ke arah mereka –tepatnya kearah Jeonghan.
“Wonwoo-ya, aku ingin membantumu, tapi ada sesuatu yang harus kulakukan.”
“Kau akan pergi kencan?” tanya Wonwoo yang sukses membuatnya mendapat geplakan keras.
“Kencan dalam mimpimu! Aku harus ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas Shin Ssaem! Kau tahu? Kepalaku rasanya ingin meledak saking banyaknya berpikir!” rutuk Jeonghan.
“Tapi.. bukankah itu Seungcheol Hyung?” Wonwoo memasang senyum miring, “Bagaimana dengan progress hubungan kalian? Apa Hyung masih terjebak dalam Friendzone?”
“Diam! Berbicara denganmu benar-benar buang-buang waktu!” elak Jeonghan dengan pipi memerah, “Baiklah. Aku harus pergi. Maaf tidak bisa membantu.”
“Tidak masalah, Hyung. Belajarlah dengan rajin.” Jeonghan mengangguk kemudian berlari ke arah Seungcheol yang berdiri di depan perpustakaan.
Wonwoo sendiri melanjutkan langkahnya ke tempat yang disebutkan tukang kebun sekolahnya. Dia terdiam ketika matanya menangkap pemandangan tidak mengenakkan di depannya.
“Kenapa aku tidak menyadarinya? Dan kenapa tidak ada yang memberitahuku? Astaga.. ini berantakan sekali.” Gumamnya. Dia melihat jam di pergelangan tangan kirinya kemudian menghela nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequoia
FanfictionCerita mereka begitu kompleks. Layaknya SEQUOIA yang memiliki semua huruf vokal dalam katanya. Bagiku, kebahagiaan saudaraku adalah yg terpenting, bahkan meskipun itu berarti aku harus terluka. - Jeon Wonwoo Yang mereka lakukan memang keterlaluan...