1

943 75 3
                                    

“Hei, apa kalian kembar?” Wonwoo mengangguk menjawab pertanyaan teman sebangku yang tidak dia ketahui namanya.

Itu wajar, karena ini adalah hari pertamanya di Senior High setelah masa-masa orientasi selesai.

“Oh, aku Soonyoung. Kwon Soonyoung. Kau?”

Wonwoo membalas jabatan tangan yang diulurkan pria itu. “Wonwoo. Jeon Wonwoo.”

“Lalu siapa nama saudara kembarmu?”

“Jeon Seulgi.”

Soonyoung menganggukkan kepala.

“Aku sering bertemu dengan anak kembar, tapi kebanyakan mereka bergender sama. Baru kali ini aku bertemu dengan kembar dengan gender berbeda. Berapa jarak usia kalian?”

“Aku lahir 4 menit setelah Noona.” Jawab Wonwoo singkat. Dia bukan tipe yang suka mengobrol sebenarnya, tapi teman sebangkunya itu bertanya dengan raut penasaran yang sangat kentara. Terlihat jelas jika dia benar-benar ingin tahu, bukan hanya sekedar basa-basi. Wonwoo jadi tidak tega untuk mengabaikannya. Lagipula perasaannya mengatakan kalau teman sebangkunya itu tipe orang yang tidak akan berhenti bertanya sebelum mendapat jawaban yang dia inginkan.

“Kau memanggilnya Noona ketika kau hanya berjarak 4 menit dengannya?!” tanya Soonyoung terkejut.

“Entah itu empat atau satu menit, dia tetap lebih dulu lahir.”

Soonyoung mengedikkan bahu, “Terserah. Itu urusan kalian.”

Wonwoo menatap Soonyoung jengah, ‘Jika kau hanya akan menanggapinya dengan malas-malasan begitu, kenapa kau bertanya?’ batinnya.

Dua anak Adam yang baru kenal itu akhirnya hening. Sampai sebuah teriakan membuat mereka terlonjak.

“Yak! Soonyoung-ah.. kenapa aku bisa sekelas lagi denganmu?!” pekik orang itu sembari berlari kecil kearah Soonyoung dan menghadiahi jitakan manis di kepala pemuda bermata sipit itu.

“Yak! Junhui! Apa yang kau lakukan?!” bentak Soonyoung tidak terima. Dia bangkit berdiri dan hendak membalas namun Jun dengan lihai menghindar.

“Sial!” umpat Soonyoung karena tidak satupun pukulannya yang mengenai kepala Jun. Tapi dia cukup puas setelah melayangkan banyak pukulan di lengan dan pundak laki-laki kelahiran China itu.

Jun meletakkan tasnya di belakang meja yang duduki Soonyoung dan Wonwoo. Pria itu menghembuskan nafas bosan.

“Aku tidak percaya aku masuk Senior High hanya untuk kembali bertemu denganmu. Parahnya lagi satu kelas. Sepertinya aku dikutuk.” Keluhnya.

Soonyoung menggebrak meja yang ditempati Jun keras-keras, “Harusnya aku yang mengatakan itu! kembali satu kelas dengan makhluk astral aneh sepertimu. Astaga.. hidupku benar-benar tidak akan tenang.” Balasnya.

Keduanya saling melempar tatapan tajam selama beberapa saat sebelum tertawa lepas. “Apa kabar, bung? Bagaimana liburanmu di China?” tanya Soonyoung setelah tawanya reda.

“Menyenangkan. Aku merasa seperti Tuan Muda di rumah. Keluargaku memperlakukanku dengan sangat baik karena itu pertama kalinya aku ke China setelah dua tahun di Korea.”

“Menyenangkan sekali. Aku menghabiskan liburanku di rumah. Merelakan telingaku menjadi pelampiasan omelan Eomma.” Keluh Soonyoung.

“Oh!” pekiknya tiba-tiba seolah mengingat sesuatu yang penting, “Aku lupa memperkenalkan kalian. Wonwoo-ya, ini Jun. Dia temanku sejak Junior High. Dan Jun, ini Wonwoo, teman sebangkuku yang baru kukenal pagi ini.” Soonyoung menatap bergantian kearah Jun dan Wonwoo berperan sebagai perantara pertemanan diantara keduanya.

SequoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang