28

293 32 7
                                    














“Kalian lama sekali!” seru Dara begitu melihat dua orang pria menghampiri mereka.

“Kami sulit menemukan lokasi cafe ini.” jawab salah satunya beralasan.

Dara berdecih kemudian mengangkat tangannya untuk meminta menu.

Haechan dengan sigap mengantarkan buku menu kepada mereka dan mencatat pesanan. Setelahnya dia kembali ke belakang untuk membantu Jaemin menyiapkan pesanan.




“Kupikir Wonwoo Hyung dan YiBo Hyung tidak akan turun. Menurutmu apa kita perlu menutup florist? Kita tidak bisa menggantikan Wonwoo Hyung.” Haechan berujar.

Jaemin yang sibuk menata toast di atas piring tidak menjawab. Baru setelah meletakkan makanan diatas nampan dia memberi tanggapan, “Aku tidak tahu. Tapi kurasa kita tunggu saja sejam lagi. Kalau memang selama jangka waktu itu Wonwoo Hyung belum turun, kita tutup floristnya.”

Haechan mengangguk, “Jaemin-ah, apa aku berdosa kalau mengharap tidak banyak pelanggan yang datang hari ini?”

“Kenapa?”

“Jungkook Hyung keluar, Wonwoo Hyung dan YiBo Hyung tidak bisa dipastikan akan membantu atau tidak. Kalau banyak pelanggan yang datang kita berdua saja tidak akan bisa menanganinya, kan?”

“Kita masih belum tahu. Sudahlah, lebih baik segera kau antarkan pesanan ini sebelum wanita-wanita itu berteriak di depan wajahmu!”

Baru saja Haechan akan mengangkat nampan, dia dikejutkan oleh Wonwoo yang berdiri di depan pintu dapur.

“Wonwoo Hyung!”

“Kenapa kau sekaget itu?” heran Wonwoo.

“Karena Hyung tiba-tiba berdiri di depan pintu dan kami pikir Hyung juga tidak akan turun.”

“Kenapa aku tidak boleh turun?” Wonwoo melihat dua karyawannya dengan kening mengernyit sebelum kemudian mengerti sesuatu, “Kalian pasti mendengar aku bicara dengan YiBo, ya? Jangan khawatir, kami hanya sedikit berdebat.”

Jaemin dan Haechan hanya mengangguk canggung.

“Biar aku yang mengantar ini.” Wonwoo mengambil alih nampan di tangan Haechan kemudian berbalik.

“Dia bilang berdebat kecil, tapi saling melempar suara keras. Apa benar…”

“Aku dengar itu, Lee Haechan!”

Dan Haechan langsung bungkam setelahnya. Jaemin terbahak.

“Diam kau! Atau kuadukan Jeno kalau kau pergi dengan Sungchan kemarin!” ancam Haechan yang tidak membuat Jaemin takut sama sekali.





“Permisi, pesanan anda.” Wonwoo mulai menyajikan pesanan satu persatu tanpa menyadari tatapan seluruh penghuni meja itu terarah intens padanya. Dia menyadari itu setelah dia selesai dengan tugasnya dan hendak permisi pergi.

“Aku permisi. Terima kasih.” pamit Wonwoo dengan senyum kikuk.

“Wonwoo, kau Wonwoo?” sahut seorang wanita yang membuat Wonwoo mengernyit heran.

“Maaf, anda mengenal saya?”

Bukannya jawaban Wonwoo justru dibuat lebih terkejut karena wanita tadi langsung berdiri dan memegang pundaknya.

“Kau benar-benar Wonwoo? Jeon Wonwoo?” cecarnya.

Wonwoo mengangguk, “Apa kita pernah bertemu sebelumnya, Nona?”

“Kau melupakanku? Ini bahkan belum lama sejak kita lulus. Aku Sandara, teman sekelasmu saat SHS.”

Wonwoo melepas cengkraman wanita itu di pundaknya perlahan, “Maaf, kurasa anda salah orang. Aku tidak memiliki teman sekelas bernama Sandara dan lagi aku sudah lulus SHS bertahun-tahun lalu, mungkin saat itu anda masih JHS.”

SequoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang